Author: perawanku

  • Cerita Seks bercinta dengan tukang Salon Yang seksi

    Cerita Seks bercinta dengan tukang Salon Yang seksi


    839 views

    Perawanku – Cerita Seks bercinta dengan tukang Salon Yang seksi, Aku kerja dì sesuatu salon, Salon ìtu terletak dì satu komplex perkantoran, Dìkomplex ìtu ada sesuatu supermarket besar 3 lantaì dìmana lantaì paling atas dìpakai untuk food court. Salon dìmana aku bekerja terletak dì satu sìsì satu resto yang terletak dìdepan pìntu keluar komplex. Kerjaanku dì salon ya cucì rambut dan krìmbat.

    aku masìh junìor dì salon ìtu sehìngga memperoleh tugas yang rìngan-ringan saja. 1 harì aku memperoleh customer, seorang laki-laki berusia 30an, ganteng banget deh orangnya, suka aku ngelìatnya. nasib baik dìa mo potong rambut dan sesudah ìtu krìmbat. Aku mendapat tugas mencucì rambutnya, kemudìan stylìst memotong rambutnya. Selesaì potong rambut aku yang handle krìmbatnya. nasib baik meja yang aku pakai untuk krìmbat agak terpìsah yang laen gara-gara salon ketìka ìtu rame.
    Memang ìtu meja tambahan yang baru dìpakai kalo salon rame, gara-gara tambahan maka mempunyai letak agak terpìsah darì deretan meja laennya. Selama aku ngerjaìn krìmbat, dìa ngajakìn bercakap-cakap.
    “Namanya siapa”.
    “ìnes pak”.
    “Kok pak sìh manggìlnya, jadì ngrasa dah tua”.
    “abìs ìnes mestì manggìl apa? Bang aja deh ya”. Darì Logatnya kayanya dìa orang darì tapìan na ulì.
    “Kamu yang palìng muda ya dìsìnì”.
    “ìya bang, masì junìor”.
    “Tapì asìk kok krìmbat nya”.
    “Makasìh bang”.
    “Kamu palìng cantìk deh Nes, mana seksì lagì”.
    “Ah bìasa ja bang, abang terlalu mujì ìnes neh, jadì malu”.
    “Kamu pulangnya jam brapa Nes”. “Kalo salon tutup bang”.
    “ìya jam brapa”. “Napa sìh bang nanya-nanya, mo anterìn ìnes pulang”.
    “Mau?” Aku cuma tersenyum.
    “Jam 6an bang salonnya tutup”.
    Selesaì krìmbat, aku dapet tìp yang lumayan besar, belon pernah aku dapet tìp sebesar ìtu.
    “Makasì banyak bang, eh abang namanya sapa ya”‘
    “Frans”, jawabnya sambìl menìnggalkan salon. gara-gara banyak kerjaan harì ìtu, aku lupa akan obrolanku bang Frans.
    Pulangnya, ketìka melaluì resto dìderetan palìng ujung darì sìsì dìmana salon berada, tìba-tiba aku mendengar dìndìng kaca restonya dìketuk-ketuk. Aku menoleh, kulìhat bang Frans senyum sambìl manggìl aku ayunan tangannya. aku masuk ke resto ìtu dan duduk dìseblahnya.
    “Nes, mo makan apa neh”.
    “wah abang beneran neh mo nganterìn ìnes pulang?’
    “Makan dulu lah”.
    Aku pesen ja makanan yang aku rasa enak, harga gak kulìhat lagì, pastì dìbayarìn sì abang. Sambìl makan sì abang senyum ngelìatìn aku terus.
    “Betul kan, kamu tu cantìk lo Nes”.
    “abang neh, gak brentìnya mujì ìnes, cuma pakai baju kumel gìnì ja dìbìlang cantìk”.
    “Ya udah, abìs makan aku belììn kamu pakaian ya”.
    “Bener bang?” Dìa membuat ganguank.
    Pesenanku dateng dan aku mulaì menyantap makanan lahap, enak banget terasa, palagì dìbayarìn. Kalo bayar ndìrì mah mìkìn sejuta kalì makan dìsìtu gara-gara harga makanannya mahal2. Habìs makan, aku dìajaknya ke mal yang mempunyai letak gak jauh darì komplex perkantoran. Aku membìarkan tanganku dìbersama sì abang. Bangga lagì jalan ma lelakì ganteng kaya sì abang, mana dìbersama2 lagì. Kìta masuk ke dept store yang ada dì mal.
    “Nes kamu pìlìh deh mo belì pakaian apa”.
    “Beneran nìh mo belììn ìnes pakaian, abang baek banget sìh”.
    Aku melakukan dugaan pastì ada bakwan dìbalìk udang, tapì egp ja lah, yang pentìng kan dìblanjaìn, lagìan sì abang ganteng banget. Gak rugì deh dìentot ma dìanya. Aku belì jìns, tanktop, trus aku nanya,
    “Daleman bole belì bang”.
    “Bole bangetz, belì yang seksì-seksi Nes”. Aku belì g strìng dan bra yang tìpìs, kalo ampe dìa ngajakìn maen, aku mo pakai tu lìngerìe.
    Selesai blanja, aku digandengnya menuju basement, parkiran.
    “Kamu mesti pulang cepet Nes”.
    “Mangnya abang mo ajak Ines kemana, Ines kos kok bang, gak da yang nungguin”.
    “Ketempatku yuk”.
    “Mo ngapain bang”.
    “Kita ngobrol santai ja, kamu besok kerja gak”.
    “Besok giliran aku off bang”.
    Aku masuk ke mobilnya. Dalam perjalanan pulang, kami ngobrol ngalor ngidul. aku open aja kedianya. Aku crita petualangan sexku dengan lelaki yang sudah bukan abg lagi. Aku bilang sudah sebulan ini aku gak kencan ama lelaki.
    “Wah, kalo gitu kamu dah napsu banget dong Nes. Aku kan sudah gak termasuk abg, jadi boleh dong ikut dalam petualangan Ines”.
    “Bisa diatur kok bang”. Selama perjalanan, dia mengelus pahaku dari luar jeans ketatku tentunya.
    “Ih, si abang, dah napsu sama Ines ya”.
    “Kalo napsu sih dari tadi Nes”.
    “Kalo dah napsu artinya dah ngaceng ya bang”, kataku sambil mengelus selangkangannya.
    “Ih, kayanya besar ya bang, keras lagi”, aku mulai meremas selangkangannya.
    “Ines mo liat duluan, buka aja ritsluitingnya”.
    Aku segera menurunkan ritsluiting celananya dan tanganku masuk ke dalam cdnya merogoh kontolnya.
    “Ih besar banget bang, panjang lagi. Ines belum pernah ngerasain yang sebesar dan sepanjang ini”, kataku sambil mengeluarkan kontolnya.
    Segera kukocok2nya batangnya. Lalu aku menunduk dan mengemut kepala kontolnya.
    “Nes, diisep sampe aku ngecret dong”.
    “Tempatnya sempit bang, Ines kocok aja yach. non0k Ines jadi basah bang, dah kepingin kemasukan kont0l gede abang”, aku mulai mengocok kontolnya keatas dan kebawah. Dia jadi melenguh kenikmatan.
    “Masih jauh bang, tempatnya”.
    “Enggak kok Nes, sebentar lagi sampe”, katanya sambil mempercepat lajunya kendaraan. Tak lama kemudian, sampailah kami di satu rumah. Dia belum ngecret dan aku menyudahi seponganku.
    “Bang besar banget rumahnya kaya kont0l abang aja besar, punya abang ya”.
    “Bukan Nes, punya kantor. Ini mes kantor, buat tamu yang perlu nginep. Sekarang lagi kosong, jadi kita pake aja yach”.
    Kami menuju ke bagian belakang rumah, ada kolam renang disana. Tempatnya teduh karena banyak pepohonan dan tertutup tembok tinggi sehingga gak mungkin ada yang bisa ngintip.
    Aku duduk didipan dipinggir kolam renang, dia duduk disebelahku. Dia memelukku. Dia mencium pipiku sambil jemarinya membelai-belai bagian belakang telingaku. Mataku terpejam menikmati usapan tangannya. Kupandangi wajahnya yang ganteng dengan hidungnya yangmancung. Tak tahan berlama-lama menunggu akhirnya dia mencium bibirku. Dilumatnya mesra. aku menjulurkan lidahku. Mulutnya terbuka perlahan menerima lidahku. Lama dia mempermainkan lidahku di dalam mulutnya.
    Lidahnya begitu agresif menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami berdua menjadi tidak beraturan. Sesaat ciuman kami terhenti untuk menarik nafas, lalu kami mulai berpagutan lagi dan lagi. Dia membelai pangkal lenganku yang terbuka. Dibukanya telapak tangannya sehingga jempolnya bisa menggapai permukaan dadaku sambil membelai pangkal lenganku. Bibirnya kini turun menyapu leherku seiring telapak tangannya meraup toketku. Aku menggeliat bagai cacing kepanasan terkena terik mentari. Suara rintihan berulang kali keluar dari mulutku di saat lidahnya menjulur menikmati leherku yang jenjang,
    “baaang….”. Aku memegang tangannya yang sedang meremas toketku dengan penuh napsu.
    Bukan untuk mencegah, aku membiarkan tangannya mengelus dan meremas toketku yang montok.
    “Nes, aku ingin melihat toketmu”, ujarnya sambil mengusap bagian puncak toketku yang menonjol. Dia menatapku. Aku akhirnya membuka tank top ketatku di depannya. D
    ia terkagum-kagum menatap toketkua yang tertutup oleh BH berwarna hitam. Toketku begitu membusung, menantang, dan naik turun seiring dengan desah nafasku yang memburu. Sambil berbaring aku membuka pengait BH-nya di punggungku. Punggungku melengkung indah. Dia menahan tanganku ketika aku akan menurunkan tali BH-ku dari atas pundakku. Justru dengan keadaan BH-ku yang longgar karena tanpa pengait seperti itu membuat toketku semakin menantang.
    “Toketmu bagus, Nes”, dia mencoba mengungkapkan keindahan tubuhku. Perlahan dia menarik turun cup BH-ku. Mataku terpejam.
    Perhatiannya terfokus ke pentilku yang berwarna kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu besar sedang ujungnya begitu runcing dan kaku. Diusapnya pentilku lalu dipilin dengan jemarinya. Aku mendesah. Mulutnya turun ingin mencicipi toketku.
    “Egkhh..” rintihku ketika mulutnya melumat pentilku. Dipermainkannya dengan lidah dan giginya. Sekali-sekali digigitnya pentilku lalu diisap kuat-kuat sehingga membuat aku menarik rambutnya.
    Puas menikmati toket yang sebelah kiri, dia mencium toketku yang satunya. Rintihan-rintihan dan desahan kenikmatan keluar dari mulutku. Sambil menciumi toketku, tangannya turun membelai perutku yang datar, berhenti sejenak di pusarku lalu perlahan turun mengitari lembah di bawah perutku. Dibelainya pahaku sebelah dalam terlebih dahulu sebelum dia memutuskan untuk meraba nonokku yang masih tertutup oleh celana jeans ketat yang kukenakan.
    Dia secara tiba-tiba menghentikan kegiatannya lalu berdiri di samping dipan. Aku tertegun sejenak memandangnya. Dia masih berdiri sambil memandang tubuhku yang tergolek di dipan, menantang. Kulitku yang tidak terlalu putih membuat matanya tak jemu memandang. Perutku begitu datar. Celana jeans ketat yang kupakai terlihat terlalu longgar pada pinggangnya namun pada bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekukan pantatku yang sempurna. Puas memandang tubuhku, dia lalu membaringkan tubuhnya disampingku.
    Dirapikannya untaian rambut yang menutupi beberapa bagian pada permukaan wajah dan leherku. Dibelainya lagi toketku. Dia mencium bibirku sambil memasukkan air liurnya ke dalam mulutku. aku menelannya. Tangannya turun ke bagian perut lalu membuka kancing celana jinsku dan menurunkan ritsluitingnya, kemudian menerobos masuk. Jemarinya mengusap dan membelai selangkanganku yang masih tertutup CDku. jari tengahnya membelai permukaan CDku tepat diatas nonokku, basah. Dia terus mempermainkan jari tengahnya untuk menggelitik bagian yang paling pribadi tubuhku. Pinggulku perlahan bergerak ke kiri, ke kanan dan sesekali bergoyang untuk menetralisir ketegangan yang kualami.
    Dia menyuruhku untuk melepas celana jeans yang kupakai. Aku menurunkan celana jinsku perlahan. CD hitam yang kukenakan begitu mini sehingga jembut keriting yang tumbuh disekitar nonokku hampir sebagian keluar dari pinggir CDku. Dia membantu menarik turun celana jeansku. Aku menaikkan pinggulku ketika dia agak kesusahan menarik celana jeansku. Diapun melepas pakean. Posisi kami kini sama-sama tinggal mengenakan CD. Kami berpelukan. Aku menyentuh kontolnya dari luar CDnya, lalu kuplorotkan CDnya. Langsung kontolnya yang panjangnya kira-kira 18 cm serta agak gemuk kubelai dan kugenggam.
    “Tangan kamu pintar juga ya, Nes,”´ ujarnya sambil memandang tanganku yang mengocok kontolnya.
    “Ya, mesti dong!” jawabku sambil cekikikan.
    Jari-jarinya masuk dari samping CD langsung menyentuh bukit nonokku yang sudah basah. Telunjuknya membelai-belai itilku sehingga aku keenakan.
    “Diisep lagi Nes. Kan sekarang lebih leluasa” katanya. Aku tertawa sambil mencubit kontolnya. Dia meringis. ”
    “Nggak muat di mulut Ines, tadi dimobil kan cuma kepalanya yang masuk. Itu juga udah ampir gak muat. gede banget sih kontolnya” selesai berkata demikian aku langsung tertawa kecil.
    “Kalau yang dibawah, gimana, muat gak?” tanyanya lagi sambil menusukkan jari tengahnya ke dalam nonokku.
    aku merintih sambil memegang tangannya. Jarinya sudah tenggelam ke dalam liang nonokku. Aku merasakan nonokku berdenyut menjepit jarinya. Segera CDku dilepaskannya. Perlahan tangannya menangkap toketku dan meremasnya kuat. Aku yang sekarang meringis.
    Kuusap lembut kontolnya yang sudah keras banget. Aku begitu kreatif mengocok kontolnya sehingga dia merasa keenakan. Dia tidak hanya tinggal diam, tangannya membelai-belai toketku yang montok. Dipermainkannya pentilku dengan jemarinya, sementara tangannya yang satunya mulai meraba jembut lebat di sekitar nonokku. Dirabanya permukaan nonokku. Jari tengahnya mempermainkan itilku yang sudah mengeras. kontolnya kini sudah siap tempur dalam genggamanku, sementara nonokku juga sudah mulai mengeluarkan cairan kental karena diobok-obok .
    Dia memeluk tubuhku sehingga kontolnya menyentuh pusarku. Dia membelai punggungku lalu turun meraba pantatku yang montok. Aku membalas pelukannya dengan melingkarkan tanganku di pundaknya. Dia meraih pantatku, diremasnya dengan sedikit agak kasar lalu dia menaiki tubuhku. Kakiku dengan sendirinya mengangkang. Dia menciumi lagi leherku yang jenjang lalu turun melumat toketku. Dia terus membelai dan meremas setiap lekuk dan tonjolan pada tubuhku.
    Dia melebarkan kedua pahaku sambil mengarahkan kontolnya ke bibir nonokku. Aku mengerang lirih. Mataku perlahan terpejam. Aku menggigit bibir bawahku untuk menahan laju birahiku yang semakin kuat. Dia menatapku, matanya penuh nafsu.
    “Aku ingin mengent0ti kamu, Nes” bisiknya pelan, sementara kepala kontolnya masih menempel di belahan nonokku.
    Kata ini ternyata membuat wajahku memerah. Aku menatapnya sendu lalu mengangguk pelan sebelum memejamkan mataku. Dia berkonsentrasi penuh dengan menuntun kontolnya yang perlahan menyusup ke dalam nonokku. Terasa seret, memang, nikmat banget rasanya. Perlahan namun pasti kontolnya membelah nonokku yang ternyata begitu kencang menjepit kontolnya. nonokku begitu licin hingga agak memudahkan kontolnya untuk menyusup lebih ke dalam. Aku memeluk erat tubuhnya sambil membenamkan kuku-kukuku di punggungnya hingga dia agak kesakitan. Namun aku tak peduli.
    “Baang, gede banget, ohh..” aku menjerit lirih. Tanganku turun menangkap kont0lku.
    “Pelan bang”. Akhirnya kontolnya terbenam juga di dalam nonokku.
    Dia berhenti sejenak untuk menikmati denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-otot dinding nonokku. Denyutan itu begitu kuat sampai-sampai dia memejamkan mata untuk merasakan kenikmatan yang begitu sempurna. Dia melumat bibirku sambil perlahan-lahan menarik kontolnya untuk selanjutnya dibenamkan lagi. Dia menyuruhku membuka kelopak mataku. Aku menurut. Dia sangat senang melihat mataku yang semakin sayu menikmati kontolnya yang keluar masuk nonokku.
    “Aku suka non0kmu, Nes..non0kmu masih rapet” ujarnya sambil merintih keenakan.
    “Kamu enak kan, Nes?” tanyanya, lalu kujawab dengan anggukan kecil.
    Dia menyuruhku untuk menggoyangkan pinggulku. Aku langsung mengimbangi gerakannya yang naik turun dengan goyangan memutar pada pinggangku.
    “Suka kont0lku, Nes?” tanyanya lagi. Aku hanya tersenyum sambil meremas2 kontolnya dengan jepitan nonokku.
    “Ohh.. hh..” dia menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat.
    Dia mencoba mengangkat dadanya, membuat jarak dengan dadaku dengan bertumpu pada kedua tangannya. Dengan demikian dia semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan kontolnya ke dalam nonokku. Kuperhatikan kontolnya yang keluar masuk dalam nonokku. Aku semakin melebarkan kedua pahaku sementara tanganku melingkar erat dipinggangnya. Gerakan naik turunnya semakin cepat mengimbangi goyangan pinggulku yang semakin tidak terkendali.
    “Nes.. enak banget, kamu pintar deh.” ucapnya keenakan.
    “Ines juga, bang”, jawabku. Aku merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan.
    Berulang kali aku mengeluarkan kata, “aduh” yang kuucapkan terputus-putus. Aku merasakan nonokku semakin berdenyut sebagai pertanda aku akan mencapai puncak pendakianku. Dia juga merasakan hal yang sama denganku, namun dia mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk menurunkan daya rangsangan yang dialaminya. Sepertinya dia tidak ingin segera menyudahi permainan ini hanya dengan satu posisi saja. Dia mempercepat goyangan kontolnya ketika dia menyadari aku hampir nyampe. Diremasnya toketku kuat seraya mulutnya menghisap dan menggigit pentilku. Dihisapnya dalam-dalam.
    “Ohh.. hh.. baaaang..” jeritku panjang.
    Dia membenamkan kontolnya kuat-kuat ke nonokku sampai mentok agar aku mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhku melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhku kejang. Kepalanya kutarik kuat terbenam diantara toketku. Pada saat tubuhku menyentak-nyentak dia tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi.
    “Nes, aakuu.. keluaarr, Ohh..hh..” jeritnya.
    Aku yang masih merasakan orgasmeku mengunci pinggangnya dengan kakiku yang melingkar di pinggangnya. Saat itu juga dia memuntahkan peju hangat dan kentel dari kontolnya. Kurasakan tubuhku bagai melayang. secara spontan aku menarik pantatnya kuat ke tubuhku. Mulutnya yang berada di belahan dadaku menghisap kuat hingga meninggalkan bekas merah pada kulitku. Dia mencengkram toketku. Diraupnya semuanya sampai-sampai aku kesakitan. Dia tak peduli lagi. Dia
    juga merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggulku pada saat dia mengalami orgasme. Tubuhnya akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuhku. kontolnya masih berada di dalam nonok ku. aku mengusap-usap permukaan punggungnya.
    “Ines puas sekali dientot abang”, kataku. Dia kemudian mencabut kontolnya dari nonokku.
    Aku masuk kembali ke rumah, langsung masuk ke kamar mandi dan menyalakan shower . Aku membersihkan badanku yang basah karena keringat habis digeluti bang Frans tadi. Setelah aku selesai, ganti dia yang masuk ke kamar mandi membersihkan tubuhnya. Ketika dia keluar dari kamar mandi, aku berbaring diranjang telanjang bulat.
    “Nes, kamu kok mau aku ajak ngent0t”, katanya.
    “Kan Ines dah lama gak ngerasain nikmatnya kont0l bang, mana kont0l abang besar lagi”, jawabku tersenyum.
    “Malem ini kita men lagi ya bang”.
    “Ok aja, tapi sekarang kita cari makan dulu ya, biar ada tenaga bertempur lagi nanti malem”, katanya sambil berpakaian.
    Aku pun mengenakan pakaiannya dan kita pergi mencari makan malem. Kembali ke rumah sudah hampir tengah malem, tadi kita selain makan santai2 di pub dulu.
    Di kamar kita langsung melepas pakaian masing2 dan bergumul diranjang. Aku menggenggam kontolnya. Dia melenguh seraya menyebut namaku. Dia meringis menahan remasan lembut tanganku pada kontolnya. Tanganku mulai bergerak turun naik menyusuri kontolnya yang sudah teramat keras. Sekali-sekali ujung telunjukku mengusap kepala kontolnya yang sudah licin oleh cairan yang meleleh dari lubang diujungnya. Kembali dia melenguh merasakan ngilu nikmat akibat usapanku. Kocokanku semakin cepat.
    Dengan lembut dia mulai meremas-remas toketku. Aku menggenggam kontolnya dengan erat. Pentilku dipilin2nya. Aku masukan kontolnya kedalam mulutku dan mengulumnya. Dia terus menggerayangi toketku, dan mulai menciumi toketku. Napsuku semakin berkobar. Jilatan dan kulumanku pada kontolnya semakin mengganas sampai-sampai dia terengah-engah merasakan kelihaian permainan mulutku. Dia membalikkan tubuhku hingga berlawanan dengan posisi tubuhnya. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku.
    Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Lidahnya menyentuh nonokku dengan lembut. Tubuhku langsung bereaksi dan tanpa sadar aku menjerit lirih. Tubuhku meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidahnya di nonokku. Kedua pahaku mengempit kepalanya seolah ingin membenamkan wajahnya ke dalam nonokku. kontolnya kemudian kukempit dengan toketku dan kugerakkan maju mundur, sebentar. Dia menciumi bibir nonokku, mencoba membukanya dengan lidahnya. Tangannya mengelus pahaku bagian dalam.
    Aku mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakiku yang tadinya merapat. Dia menempatkan diri di antara kedua kakiku yang terbuka lebar. kontolnya ditempelkannya pada bibir nonokku. Digesek-gesekkannya, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Aku merasa ngilu bercampur geli dan nikmat. nonokku yang sudah banjir membuat gesekannya semakin lancar karena licin. Aku terengah-engah merasakannya. Dia sengaja melakukan itu. Apalagi saat kepala kontolnya menggesek-gesek itilku yang juga sudah menegang.
    “Baang.?” panggilku menghiba.
    “Apa Nes”, jawabnya sambil tersenyum melihat aku tersiksa.
    “Cepetan..” jawabku. Dia sengaja mengulur-ulur dengan hanya menggesek-gesekan kont0l.
    Sementara aku benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahiku.
    “Ines sudah pengen dientot bang”, kataku. Aku melenguh merasakan desakan kontolnya yang besar itu.
    Aku menunggu cukup lama gerakan kontolnya memasuki diriku. Serasa tak sampai-sampai. Maklum aja, selain besar, kontolnya juga panjang. Aku sampai menahan nafas saat kontolnya terasa mentok di dalam, seluruh kontolnya amblas di dalam. Dia mulai menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan tiga enjotan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam nonokku membuat kontolnya keluar masuk dengan lancarnya. Aku mengimbangi dengan gerakan pinggulku. Meliuk perlahan.
    Naik turun mengikuti irama enjotannya. Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakannya sudah tidak beraturan karena yang penting enjotannya mencapai bagian-bagian peka di nonokku. Aku bagaikan berada di surga merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. kontolnya menjejali penuh seluruh nonokku, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan kontolnya sangat terasa di seluruh dinding nonokku. Aku merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini. aku mengakui keperkasaan dan kelihaiannya di atas ranjang. Yang pasti aku merasakan kepuasan tak terhingga ngent0t dengannya.
    Dia bergerak semakin cepat. kontolnya bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitiveku. Aku meregang tak kuasa menahan napsu, sementara dia dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulnya naik turun, ke kiri dan ke kanan. Eranganku semakin keras. Melihat reaksiku, dia mempercepat gerakannya. kontolnya yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya. Tubuhnya sudah basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Aku meraih tubuhnya dan
    kudekap. Kuirengkuh seluruh tubuhnya sehingga dia menindih tubuhku dengan erat. Aku membenamkan wajahku di samping bahunya. Pinggul kuangkat tinggi-tinggi sementara kedua tanganku menggapai pantatnya dan menekannya kuat-kuat. Aku meregang. Tubuhku mengejang-ngejang.
    “baang..”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutku saking dahsyatnya kenikmatan yang kualami bersamanya. Dia menciumi wajah dan bibirku.
    Aku mendorong tubuhnya hingga terlentang. Aku langsung menindihnya dan menciumi wajah, bibir dan sekujur tubuhnya. Kembali kuemut kontolnya yang masih tegak itu. Lidahku menjilati, mulutku mengemut. Tanganku mengocok-ngocok kontolnya. Belum sempat dia mengucapkan sesuatu, aku langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuhnya. nonokku berada persis di atas kontolnya.
    “Akh!” pekikku tertahan ketika kontolnya kubimbing memasuki nonokku.
    Tubuhku turun perlahan-lahan, menelan seluruh kontolnya. Selanjutnya aku bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhku melonjak-lonjak. Pinggulku bergerak turun naik.
    “Ouugghh. Nes.., luar biasa!” jeritnya merasakan hebatnya permainanku. Pinggulku mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tangannya mencengkeram kedua toketku, diremas dan dipilin-pilin. Dia lalu bangkit setengah duduk.
    Wajahnya dibenamkan ke dadaku. Menciumi pentilku. Dihisapnya kuat-kuat sambil diremas-remas. Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan panasnya udara meski kamar menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Aku berkutat mengaduk-aduk dengan pinggulku. Dia menggoyangkan pantatnya.
    Tusukan kontolnya semakin cepat seiring dengan liukan pingguku yang tak kalah cepatnya. Permainan kami semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjang sudah tak karuan bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. Dia merasa pejunya udah mau nyembur. Dia semakin bersemangat memacu pinggulnya untuk bergoyang. Tak selang beberapa detik kemudian, aku pun merasakan desakan yang sama. Aku terus memacu.
    sambil menjerit-jerit histeris. Dia mulai mengejang, mengerang panjang. Tubuhnya menghentak-hentak liar. Akhirnya, pejunya nyemprot begitu kuat dan banyak membanjiri nonokku. Aku pun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam diriku Sambil mendesakan pinggulku kuat-kuat, aku berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan dengannya. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat. “Baaang., nikmaat!” jeritku tak tertahankan. Aku lemes, demikian pula dia. Tenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 1 jam! Akhirnya kami tertidur kelelahan.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Rahasia Skandal Keluargaku

    Rahasia Skandal Keluargaku


    1443 views

    Cerita Sex ini berjudulRahasia Skandal KeluargakuCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Ini melibatkan saya dan adik kandung saya. Nama saya Andy, saat ini saya pria berumur 26 tahun. Sedangkan adik saya bernama Rindy, berumur 23 tahun. Cerita ini berawal ketika saya berumur 10 tahun, dimana saya mulai menyukai cerita-cerita yang berhubungan dengan seks.

    Pada umur tersebut saya juga sudah terbiasa melakukan masturbasi. Pada suatu ketika, saya melihat berita di sebuah surat kabar tentang hubungan seks antara kakak-beradik.

    Saya telah sudah sering membaca tentang berbagai cerita seks, tetapi baru kali ini antara saudara sendiri. Ini merupakan cerita yang sangat menarik. Setiap mengingat cerita tersebut, saya menjadi semakin tertarik. Karena cerita tersebut, sepertinya dapat diwujudkan.

    Pada saat itu, saya menempati ruangan tidur yang sama dengan adikku, Rindy. Hanya saja menempati ranjang yang berbeda, namun jaraknya hanya sekitar 2 meter. Suatu malam sekitar pukul 00.30, saya terbangun sementara tampaknya semua orang di rumah ini sudah tertidur.

    Aku lihat Rindy juga tertidur pulas. Selimutnya tersingkap sebagian pada bagian paha. Sementara kedua kakinya membentang, sehingga celana dalamnya terlihat. Hal ini membuat saya menjadi bernafsu, apalagi jika mengingat cerita tentang hubungan seks kakak-beradik.

    Perlahan saya turun dari tempat tidur, dan mendekati ranjang Rindy. Saya ingin memastikan bahwa ia tertidur pulas, dengan menggelitik telapak kakinya. Dan ternyata ia tertidur pulas. Tak tahan lagi, saya sentuhkan jari-jari saya ke cd Rindy yang menutupi vaginanya. Semakin lama sentuhan yang saya berikan semakin keras menekan, dan rindy tetap tertidur.

    Merasa kurang puas, saya mencoba menyentuh langsung vagina Rindy dengan memasukkan tangan saya ke dalam cd-nya melalaui bagian perut. Tangan saya bergetar cukup keras.Saya tidak perduli, dan akhirnya saya dapat menggapai vagina Rindy secara langsung. Saya remas-remas. Dan jari-jari saya merasakan celah.

    Setelah beberapa saat, merasa kurang puas, saya keluarkan tangan saya dan bermaksud membuka cd yang dikenakan Rindy. Dengan kedua tangan, perlahan saya turunkan cd-nya. Ketika sebagian vagina mulai terlihat, usaha untuk menurunkan lebih jauh agak sulit.Dengan usaha lebih tekun akhirnya, saya berhasil menurunkan cd Rindy sampai seluruh bagian vagina terlihat.

    Tak tahan lagi, saya ciumi vagina Rindy. Kemudian saya mencoba mencari lubang yang sering saya dengar, tempat melakukan hubungan seks. Saya pikir ada di bagian depan, ternyata pikiran saya selama ini salah. ternyata posisiyang sebenarnya ada di bagian bawah. Kembali saya ciumi dan jilati vagina rindy sampai pada bagian lubang. Fastbet99

    Saya sudah benar-benar tidak tahan lagi. Saya lepaskan celana saya, dan perlahan naik ke ranjang Rindy. Sementara tangan kanan menahan tubuh, tangan kiri mengarahkan penis ke lubang vagina. Tampaknya tidak mungkin. Saya mencoba memasukkan dari depan, padahal lubang ada di bawah.

    Sementara saya berusaha, tiba-tiba tubuh Rindy bergerak. Karena takut ketahuan, saya cepat-cepat bangun dan merapihkan kembali cd Rindy. Mengenakan celana saya dan kembali ke ranjang. Dan kembali tidur.

    Pengalaman pada malam tersebut, terkenang selalu. Bahkan pada saat belajar di sekolah. Membuat saya selalu menunggu datangnya malam, saat dimana semua orang tertidur. Selama beberapa malam saya melakukan usaha serupa, tapi selalu gagal ketika takut Rindy terbangun.

    Sampai suatu malam ketika saya benar-benar sangat bernafsu. Saya sudah melepaskan cd Rindy dan saya sudah tidak mengenakan celana dan baju. Benar-benar bugil. Saya sudah bulatkan tekad untuk melakukannya malam ini. Perlahan saya menaiki ranjang Rindy. Kedua kaki Rindy, saya rentangkan lebar-lebar.

    Saya ciumi vagina Rindy sepuas hati. Ketika bosan, saya mulai arahkan penis saya ke vagina Rindy. Ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Sulit sekali mengarahkan penis ke vagina. Ketika penis saya mulai memasuki vagina, saya semakin terangsang.

    Apapun yang terjadi saya harus berhasil malam ini. Saya dorong penis saya semakin memasuki vagina Rindy. Pada suatu saat terasa agak sulit, namun saya terus memaksa. Sampai seluruh penis saya masuk ke dalam vagina Rindy.

    Semua usaha saya tersebut, membuat Rindy terbangun. Mungkin saya pikir membuat rasa sakit pada Rindy. Ia bingung dengan apa yang terjadi. Ia merintih dan mulai memprotes apa yang saya lakukan.

    Namun saya berkata kepada Rindy, ‘Sst…, jangan berisik dan dimarahin mami. Kalo malam-malam berisik nanti dijewer lho’. Mendengar komentar saya tersebut, ternyata Rindy langsung diam – hanya kadang-kadang merintih menahan sakit.

    Saya terus menggoyang pinggan saya, mendorong penis masuk dan keluar dari vagina Rindy. Karena baru pertama kali, permainan saya hanya berlangsung tidak sampai 2 menit. Saya istirahat sebentar. Dan Rindy pun karena lelah, juga kembali tertidur. Setelah beberapa saat, penis saya mulai bangkit lagi.

    Kembali aku peluk Rindy, dan aku arahkan penis saya ke vagina Rindy. Kembali vagina Rindy digesek oleh penis saya. Untuk permainan kedua, saya bisa bertahan sampai 3 menit – sampai akhirnya saya kelelahan lagi. Malam itu saya melakukan sampai 3 kali. Setelah itu saya rapihkan pakaian rindy dan juga pakaian saya. Dan kembali tidur di ranjang masing-masing.

    Sejak malam itu, hampir setiap malam saya melakukan hubungan seks dengan Rindy. Pada awalnya Rindy hanya menerima apa yang saya lakukan, tetapi setelah setahun tampaknya Rindy mulai menyukainya.

    Karena ketika saya tertidur, Rindy datang ke ranjang saya dan memegang penis saya. Selama 4 tahun, saya menyetubuhi Rindy dengan leluasa. Tapi ketika ia menginjak 11 tahun, saya tidak bisa leluasa seperti dulu, karena salah-salah bisa saja dapat mengakibatkan Rindy hamil.

    Ketika saya berumur 12 tahun (Rindy 9 tahun), kami sering mencari kesempatan selain pada malam hari. Ketika hari libur, dimana papi ke kantor dan mami ke pasar.

    Tapi yang paling kami sukai ketika hari libur, papi dan mami pergi mengunjungi saudara atau ada undangan. Karena bisa seharian kami memuaskan diri melakukan hubungan seks. Bahkan seharian itu, kami sama-sama tidak mengenakan pakaian.

    Ketika leluasa, kami melakukan seks di kamar kami (tapi sejak saya umur 12 tahun, kamar kami terpisah), kamar mami-papi, di ruang tamu, ruang keluarga atau bahkan di kebun belakang yang tertutup. Mungkin yang paling menggairahkan adalah ketika kami bercinta di kebun belakang. Di atas rumput jepang yang hijau rapih. Dengan atap langit, ditiup angin alami. Bahkan kami pernah melakukannya di saat hujan deras.

    Sampai saat ini kami tetap melakukannya secara kontinyu. Walau kami masing-masing mempunyai pacar, tetapi hubungan kami tetap berlangsung. Jika di rumah tidak ada kesempatan kami biasanya melakukannya di sebuah hotel. Rupanya hubungan antara saya dan Rindy, ada orang lain yang mengetahui, yaitu Melly, salah seorang adik saya. Pada saat itu saya berumur 24 tahun, Rindy 21 tahun dan Melly 19 tahun.

    Kejadiannya ketika saat kedua orang tua kami mengunjungi saudara di luar kota selama 3 hari. Di rumah saya dan kedua adik saya. Seperti biasa setiap ada kesempatan saya dan Rindy mempunyai keinginan untuk bercinta. Saat itu Melly hari Sabtu pukul 8.30 dan Melly masih tertidur.

    Saya dan Rindy saling berpelukan di ruang keluarga. Saya ciumi payudaranya, perut dan lehernya secara begantian. Sementara itu tangan saya melakukan gerilya di balik cd yang dikenakan Rindy, menelusuri gunung dan lembah di balik cd.

    Setelah beberapa lama melakukan pemanasan, saya mulai melepas daster dan cd yang dikenakan Rindy. Ia terlentang dalam posisi tanpa busana. Sementara saya membuka seluruh pakaian saya, Rindy merentangkan kakinya lebar-lebar dan menggosok-gosok vaginanya dengan tangannya.

    Saya segera peluk rindy dengan penuh nafsu, kami saling berpeluk erat dan meraba. Penis, saya gesek-gesekan pada bagian luar vagina Rindy. Dada saya menekan keras pada payudara. Bibir kami saling memagut, dan lidah kami saling merasakan.

    Ketika cukup lelah kami bergulat, saya mulai arahkan penis saya yang berukuran 15 cm dan diameter 1,25 inch. Perlahan memasuki liang vagina Rindy. Tiba-tiba saja kaki Rindy melingkar dan menekan di pinggang saya. Dimulai dengan perlahan, saya menggerakan penis masuk dan keluar. Bunyi becek yang kami hasilkan membuat saya menjadi lebih bernafsu. Saya lebih percepat lagi gerakan masuk dan keluar.

    Hal ini membuat Rindy tambah bernafsu juga, sehingga ia mendesah dengan suara yang tidak bisa dibilang kecil. Kami saling berpelukan, kedua tangan kami masing-masing saling melingkar, menekan punggung. Kaki Rindy melingkar di pinggang saya.

    Sementara saya mengambil posisi bertumpu pada lutut yang menekuk. Setiap hentakan pinggul saya mendorong, selain menghasilkan bunyi becek juga menghasilnya bunyi hentakan karena paha saya dan bokong Rindy beradu.

    Namun saya berusaha menahan nafsu, karena saya tidak ingin orgasme lebih dulu sebelum rindy. Saya coba konsentrasi. Sementara bunyi desahan dan erangan rindy sudah mulai bermacam dan semakin keras.

    Ketika saya harus berkonsentrasi dan Rindy sudah hampir mencapai orgasme, saya menyadari ternyata dua meter dari posisi saya dan Rindy telah berdiri Melly. Tentu ia tahu apa yang sedang kami lakukan.

    Tentu saja, saya kaget dan membuat konsentrasi saya pecah. Penis saya melemah, dan membuat gerakan masuk dan keluar terganggu. Hal ini membuat tanda tanya bagi Rindy yang sudah hampir mencapai orgasme.

    Rindy memperhatikan pandangan saya, dan ia baru menyadari bahwa ada yang memperhatikan aktifitas kami. Namun karena Rindy sedang pada puncak nafsunya, ia hanya berkata, ‘Biarin aja, ayo dong terusin. Ngga tahan nih’, sambil berusaha membangunkan kembali penis saya.

    Mendengar ucapan Rindy, membuat saya kembali konsentrasi dan membangunkan kembali penis. Aktifitas kembali normal, saya terus menggoyang Rindy. Ketika Rindy benar-benar hapir orgasme, tiba-tiba saja ia mendorong tubuh saya sehingga saya terduduk. Sementara penis saya tetap di dalam vagina Rindy, ia juga mengambil posisi duduk dan tetap memeluk saya.

    Seperti kegilaan, Rindy mengangkat dan menjatuhkan tubuhnya di atas penis saya. Setelah beberapa detik, saya merasakan sesuatu yang panas mengalir menyelimuti penis saya. Rupanya Rindy sudah orgasme. Saya baringkan kembali tubuh Rindy, dan saya guncang tubuhnya lebih keras. Tubuhnya bergetar hebat karena hentakan yang saya berikan. Setelah satu menit, saya mulai merasa akan keluar.

    Saya benamkan penis saya dalam-dalam ke vagina Rindy. ‘Mmmm …’, suara Rindy bersamaan dengan saat sperma saya membanjiri vaginanya. Saya tidak khawatir, karena Rindy sudah minum pil. Kami berpelukan beberapa saat.

    Ketika permainan selesai, ternyata Melly masih tetap di tempat pada saat saya melihat dia. Ia masih memandangi kami. Ketika Rindy melihat dan menyapanya, tiba-tiba saja Melly lari ke kamarnya.

    Aku dan Rindy membawa pakaian kami masing-masing dan menuju kamar mandi untuk bersih-bersih. Di kamar mandi pun, kami masih sempat saling memberi sentuhan. Selesai mandi, Rindy masuk ke kamarnya dan saya masuk ke kamar saya.

    Baru beberapa saat tiduran di kamar, saya merasa ada seseorang yang membangunkan saya. Ketika saya lihat ternyata Melly. Ia bertanya, ‘Kak Andy, kenapa sih koq dengan Kak Rindy ?. Saya sebenarnya tahu persis apa yang dimaksud. Untuk memastikan saya bertanya, ‘Apa maksud Melly ?’. ‘Kenapa koq Kak Andy melakukan hubungan seks dengan Kak Rindy. Dia kan adik kandung sendiri. Koq tega sih.’, Melly menjawab.

    Saya agak bingung untuk menjawab apa. ‘Mel, Kak Andy sayang ke Kak Rindy dan begitu sebaliknya. Karena itu Kak Andy dan Rindy melakukan hal itu. Karena sama-sama suka. Kalo Kak Rindy ngga suka mana mungkin lah bakal terjadi kaya tadi. Iya kan.’.

    ‘Tapi kan … tapi kan …’, Melly terdiam.

    ‘Mel, Melly ngga mau kan ada keributan di rumah. Jangan bilang mami papi ya. Andy yakin, Melly mengerti apa yang dilakukan Andy dengan Kak Rindy. Dan itu sudah berlangsung lebih dari 12 tahun.’, saya mencoba menenangkan suasana.

    ‘Apa, 12 tahun ?’, Melly tampak kaget dengan penjelasan saya. ‘Jadi Kak Andy sudah melakukannya sejak kecil. Dan papi-mami ngga tahu.’, enath mengapa hal ini membuat tampang Melly seperti orang bingung.

    ‘Kalo boleh Mel tahu, bercinta itu rasanya kaya apa sih ? Katanya kalo gituan yang untung cuma cowok. Tapi koq banyak cewek yang suka juga.’, tiba-tiba saja Melly menanyakan suatu yang membuat saya cukup kaget.

    Di sisi lain, entah mengapa tiba-tiba saja pertanyaan tersebut membuat penis saya mengeras. Dari segi pisik, Melly memang lebih menggairahkan dibandingkan Rindy. Melly pada usia 19 tahun memiliki tinggi 164 cm dengan payudara yang menantang dan tubuh yang padat berisi.

    Ditambah pertanyaan ‘Bagaimana rasanya’, membuat saya berkeinginan bercinta dengan Melly. ‘Susah untuk diceritakan, bagaimana kalo langsung dicoba ?, saya memberanikan diri untuk menyatakan langsung. Melly hanya terdiam dan hanya tersenyum.

    Entah apa yang terjadi dengan saya, langsung Melly saya peluk. Saya berikan ciuman di leher dengan penuh nafsu. Walaupun saya agak canggung begitu pula dengan Melly, tapi karena nafsu membuat segalanya berjalan lancar. Saya raba seluruh bagian tubuh yang sensitif. Saat itu saya tidak ingin berlama-lama.

    Segera saya buka seluruh pakaian yang dikenakan Melly. Ia malu-malu menutup payudaranya dengan kedua tangan dan menyilangkan kakinya untuk menutup vaginanya. Ternyata Melly benar-benar menggairahkan dalam posisi tanpa busana. Saya pun melepas seluruh pakaian saya.

    Saya dekati Melly, saya usap keningnya, dan tangan saya turun perlahan ke tangannya. Saya genggam tanggannya, berusaha melepaskan tanggannya yang menutupi payudaranya. Walau pada awalnya melawan, namun akhirnya melepaskan juga.

    Saya ciumi payudaranya yang kanan, sementara yang kiri saya remas-remas. Saya nikmati payudaranya dari dasar bukit sampai ke puncaknya. Saya setengah duduk pada perut Melly. Dengan kedua tangan saya meremas payudara kanan dan kirinya.

    ‘Hmm, Kak Andy sakit ih.’, Melly berkomentar.

    ‘Kalo gitu berhenti ya ?’, saya tahu walaupun merasakan sedikit sakit Melly jug abisa menikmatinya. ‘Jangan… jangan dong …’, tiba-tiba saja Melly setengah berteriak. Dan saat ia sadar dengan teriakannya mukanya memerah.

    Saya teruskan menikmati tubuh Melly. Lidah saya bergerak dari celah antara kedua payudara turun menjelajah perut. Dan turun lagi mengarungi hutan yang menutupi vagina Melly. Saya ciumi rambut yang menutupi vaginanya, sambil sesekali saya tarik dengan bibir dan lidah saya.

    Tanpa sadar, Melly melemaskan kedua kakinya membuat saya dengan mudah merentangkan kakinya lebar-lebar. Saya segera mengambil posisi di antara kedua kakinya. Kedua tangan saya mencoba membuka celah vagina Melly sampai lubang vaginanya terlihat.

    Segera saya cium dan jilati vagina Melly dengan penuh nafsu. Sesekali saya menggigit bagian luar vagina Melly. Saya tahu ini membuat melly kegelian sehingga sesekali mendorong kepala saya.

    Setelah lidah saya pusa bermain, penis saya sudah tidak sabar. Saya ambil posisi duduk dengan kedua kaki saya direntangkan. Dan kedua kaki Melly saya letakkan di atas paha saya. Penis saya sudah di mulut vagina Melly. Untuk menenangkan, saya mengatakan, ‘Mel, untuk pertama mungkin sakit tetapi sesudahnya ngga koq. Tahan ya ?’, dan Melly hanya terdiam.

    Kepala penis saya masukkan, perlahan namun pasti penis saya bergerak masuk. Samapi saat saya merasa ada yang menahan untuk maju lebih jauh. Saya tahu pasti itu selaput dara Melly. Tentu ia masih perawan. Waktu pertama dengan Rindy mungkin saya tidak mengerti, tapi pengalaman dengan pacar saya membuat saya tahu.

    Saya terus mendorong secara perlahan. Rasa sakit mulai mengganggu Melly, sesekali ia menggangkat tubuhnya dengan punggungnya. Tapi suatu kali karena sakit, ia menggerakan tubuhnya cukup keras. Hal ini membuat pinggulnya mendorong ke arah penis saya. Dan … selaput dara Melly telah saya tembus. Ia merasakan sakit. Untuk sementara, saya diamkan sampai Melly tenang.

    Ketika ia sudah tenang, saya masukan penis saya lebih jauh lagi. Sampai akhirnya seluruhnya masuk. Perlahan saya tari keluar dan dorong lagi ke dalam. Kalau saya perhatikan, setiap penis saya masuk dan keluar, ada bagian vagian Melly yang terdorong dan keluar. Itu karena vagina Melly masih sangat sempit. Sungguh sangat erotis melihatnya. Saya lihat Melly menyukainya, walaupun masih terlihat ekspresi rasa sakit di wajahnya.

    Sambil menggerakan penis saya keluar masuk vagina Melly, saya lumat payudaranya. Gerakan saya semakin bersemangat. Dorongan dan tarikan saya semakin cepat, mungkin karena sempitnya vagina Melly membuat saya lebih cepat orgasme.

    Tapi saya tidak berani menyebarkan sperma saya di dalam vagian Melly seperti saya lakukan pada Rindy. Ketika hampir saatnya, saya segera cabut dan saya gosok-gosokan pada bagian luar vaginanya sampai akhirnya meluap dan membanjiri permukaan vagina dan rambut-rambutnya.

    Saya sadar bahwa Melly belum merasa puas, segera saya masukan jari tengah saya ke dalam vaginanya. Saya gosok-gosokan sambil kepala saya rebahan di payudaranya. Setelah dua menit tubuh Melly seperti mengejang. Ia seperti meledak-ledak dan ia terdiam melepaskan kekejangan di ototnya.

    Jari saya benar-benar basah dibanjiri cairan dari dalam vaginanya. Saya oleskan ke penis saya, ke pangkalnya ke kepalanya dan lubang penis saya. Hal ini membangkitkan kembali penis saya. Saya berniat memasukkan kembali penis saya ke vagina Melly.

    Tiba-tiba saya dengar suara Rindy, ‘Ehh jangan, kamu kan ngga tahu jadwalnya Melly. Nanti bahaya’. Setelah itu ia melepaskan seluruh pakaiannya dan menyiapkan tubuhnya untuk saya. Sekali lagi saya bercinta dengan Rindy.

    Kali ini pertempuran berlangsung benar-benar lama. Setelah sama-sama sampai pada puncaknya saya terjatuh dan terlelap di atas tubuh Rindy, sementara penis saya masih di dalam vaginanya.

    Saat saya sadar, ternyata Melly juga tertidur di samping saya dan Rindy. Sore itu aktifitas kami hanya bercinta, mandi, makan dan bercinta. Hari itu saya bercinta dengan Rindy sebanyak 3 kali dan dengan Melly 4 kali. Sampai pukul 23.00, dan terbangun pada hari Minggu pukul 9.30.

    Sejak saat itu, selain dengan Rindy saya juga bercinta dengan Melly. Keduanya adik kandung saya. Kami saling menyayangi. Kami masing-masing mempunyai kehidupan di luar rumah, seperti adanya yang lain. Tapi juga punya kehidupan di dalam rumah yang tersendiri. Jadi pada saat ini saya, mempunyai aktifitas seks dengan tiga orang, yaitu Rindy, Melly dan pacar saya.

    Melly mempunyai seorang teman akrab, teman sekolah. Namanya Lili, orangnya cantik, sexy dan menggairahkan. Mereka saling bercerita tentang rahasia mereka masing-masing. Hanya antara mereka.

    Suatu ketika, saat saya sedang bercinta dengan Melly, ia menceritakan bahwa ia telah menceritakan aktifitas seks antara say dan Melly atau Rindy kepada Lili. Tapi ia menjamin bahwa, Lili akan menyimpan rahasia.

    Selain itu pada saat yang bersamaan, Melly juga mengatakan bahwa Lili punya rahasia. Yaitu Lili sering diminta ayahnya untuk melakukan hubugan seks. Cerita itu membuat saya semakin bernafsu menyetubuhi Melly. Dan Melly tampaknya tahu hal tersebut.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Ngentot Memek SPG Dealer Motor Seksi

    Cerita Sex Ngentot Memek SPG Dealer Motor Seksi


    884 views

    Perawanku – Cerita Sex Ngentot Memek SPG Dealer Motor Seksi, Siang yang cukup terik saat itu mendadang gelap dengan sedikit gemuruh petir di langit, Seperti yang sudah diperkirakan, Selang beberapa lama hujan deras pun turun. Aku yang masih berkendara diatas motor menuju rumah pun bergegas mencari tempat berteduh. Hujan semakin lebat, untungnya tidak jauh dari sana terdapat dealer motor kecil yang bisa digunakan untuk berteduh.

    Segera aku parkirkan motorku di depan dealer dan menunggu hujan reda. Di dealer motor yang ukurannya tidak terlalu besar itu, ada 1 orang sales, wanita, masih muda dan cantik. Dia memberikan senyum manis saat aku tidak sengaja melihat-lihat ke dalam dealer. Tidak lama, wanita tersebut keluar dengan membawa bangku kecil dari plastik berwarna merah lalu memberikannya kepadaku.
    “Sini dong mas duduk dulu sambil nunggu hujanya reda. Daripada pegal berdiri terus…” Ujarnya sambil memberikan bangku.

    “Eh, gak usah mbak, Tidak apa apa kok. Duh, jadi ngerepotin…” Balas ku tak enak hati.
    Dia hanya tersenyum,

    “Gapapa mas, itung-itung saya ada temennya. Dari pagi sendiri terus soalnya.” Dari percakapan singkat tersebut, aku pun memberanikan diri untuk berkenalan.
    Gadis muda cantik yang sendiri dari pagi di dealer motor kecil itu bernama Niken. Sudah satu jam kami ngobrol hingga hujan pun berhenti. Sebelum pulang, aku meminta kartu namanya. Sesampainya di rumah, aku pun melanjutkan obrolan dengan Niken melalui pesan singkat BBM. Meski baru bertemu dan belum lama kenal, tapi aku sudah nyambung untuk ngobrol banyak dengan Niken. Ditambah responnya yang baik untuk setiap pertanyaanku membuatku betah berlama-lama mengobrol dengan Niken.

    Kedekatanku dengan Niken yang hanya sebatas BBM-an pun semakin baik. Aku pun memberanikan untuk mengajaknya bertemu sekedar makan malam atau ngobrol-ngobrol lagi seperti pertama aku bertemu dengannya di dealer motor tersebut. Niken pun menyetujui permintaanku dengan syarat harus mau menunggunya pulang kerja yaitu sekitar pukul 7 malam. Aku menyanggupi permintaannya dan berjanji akan menjemputnya di tempat kerjanya begitu ia selesai kerja. Hari yang sudah dijanjikan pun tiba, aku yang baru saja selesai bersiap-siap dikosan sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Niken.

    Segera ku naikan motor bebekku dan meluncur menuju tempat Niken bekerja. Begitu sampai disana, kulihat Niken sedang duduk manis ditempat aku numpang berteduh waktu itu, ditemani salah satu temannya yang juga sedang menunggu dijemput. Melihatku yang sudah tiba, Niken langsung beranjak sambil berpamitan dan menghampiriku.
    “Halooo, kirain gak jadi jalannya hehehe…”

    “Jadi dong, tadi lama karena isi bensin dulu heheh, maaf ya jadi menunggu lama…” Ucapku.
    “Ah enggak kok, aku juga baru selesai kerjanya.” Ujar Niken sambil naik ke motorku.
    Kami berdua pun langsung meluncur ke salah satu Mall yang ada dikota kami untuk mencari tempat makan. Jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor Niken tersebut. Sesampainya disana kami langsung menuju restoran yang sudah kami tentukan dan memesan makanan. Obrolan dengan Niken tetap menyenangkan seperti pertama kali kita bertemu. Aku tidak bosan-bosannya mendengarkan cerita Niken tentang teman, atau pekerjaannya. Aku sendiri tidak banyak berbicara karena aku memang tipe orang yang pendiam.

    Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 9 malam. Niken pun mengajakku pulang karena hari sudah malam. Aku mengiyakan dan segera menuju ke tempat parkir. Aku juga mengantarkan Niken pulang ke rumahnya yang sebetulnya tidak terlalu jauh dari letak kosanku. Rumah Niken yang kecil dan asri terlihat sepi, sesampainya di depan pagar rumah, Niken memintaku untuk singgah sebentar sekedar menghilangkan letih karena sudah mau mengantarkannya pulang. Aku menyetujuinya dan masuk ke dalam rumahnya.

    “Silakan duduk, Mas. Anggap saja rumah sendiri ya…” Ujar Niken sambil memersilakan aku duduk di sofa yang ada di ruang tamu rumahnya.
    “Sebentar aku ganti baju dulu ya, Mas…” Aku memerhatikan Niken dari belakang.
    Pantatnya yang cukup besar tercetak dengan jelas dibalik celana kerjanya yang berwarna hitam. Belum lagi kemeja putih lengan pendek cukup ketat yang digunakannya membuat tubuhnya tampak semakin seksi dan akupun mulai berpikiran kotor untuk bisa menikmati tubuh Niken. Entah setan apa yang merasuki diriku, aku pun mengikuti Niken yang sedang berganti baju di kamar.

    Pintu kamarnya tidak tertutup dengan rapat sehingga aku bisa membukanya tanpa bersuara. Kulihat Niken sedang mencari pakaian di lemari dengan posisi memunggungiku. Aku pun mendekatinya dan memeluk Niken dari belakang. Niken pun kaget dan sempat berteriak, namun teriakannya tidak lama karena ia melihat aku lah yang memeluknya dari belakang. Dengan cepat aku remas payudara Niken yang cukup besar dengan posisi memeluk dari belakang, sambil mulutku mengincar leher Niken yang cukup jenjang.

    “Uhhhh, Masss! Jangan massssss, jangannnn….” Desah Niken menerima perlakuanku.
    Anehnya tidak ada banyak perlawanan dari Niken, hanya rintihan dan desahan yang justru membuat aku semakin bernafsu. Aku semakin berani dgn memasukan tanganku ke dalam pakaian Niken. Ku angkat bra Niken agar remasan ku di payudaranya semakin mudah. Niken merintih semakin jadi, rangsangan dariku sepertinya berpengaruh banyak pada libido Niken yang terlihat dari nafasnya yang semakin berat.
    “Uhhh, Masss…..” Aku yang sudah terangsang dari tadi,mengangkat pakaian Niken dan membalikan posisinya agar menghadap ke arahku.

    Segera ku lumat bibir tipisnya yang merah sambil menjulurkan lidahku masuk ke dalam mulutku. Dengan penuh nafsu, Niken membalas ciumanku dan mengigit gigit lidahku sesekali. Nafasnya terasa lebih berat diwajahku. Matanya terpejam menikmati ciuman dan remasan tanganku di payudaranya. Masih dgn posisi berdiri, aku pun menarik tangan Niken dan mengarahkannya ke celana ku. Batang kemaluanku sudah cukup keras dan aku ingin Niken yang memuaskannya lebih jauh. Niken pun mengerti apa yang aku mau.

    Cerita Sex Ngentot Memek SPG Dealer Motor Seksi

    Cerita Sex Ngentot Memek SPG Dealer Motor Seksi

    Ia segera membuka celana ku dengan bibirnya yang tak mau lepas dari bibirku. Celana ku terbuka, batang kemaluanku yang sudah mengeras dari tadi pun keluar dari tempat persembunyiannya. Niken mengusap-usap perlahan dengan tangannya. Aku merem melek karena keenakan. Kali ini aku gantian membuka celana Niken. Ku masukan terlebih dahulu tanganku ke dalam celananya. Ku rasakan sudah begitu basah lipatan vagina di balik celana dalamnya. Aku memainkan vaginanya sedikit dengan jariku yang membuat Niken tampak kegelian, menggelinjang namun menyukai apa yang aku lakukan.
    Film Semi

    “Masssss, di kasur dong Masss, jangan disinii…” Pinta Niken lirih.
    Aku pun mengangguk sambil menarik Niken ke ranjangnya yang tidak terlalu besar namun cukup untuk pergumulan kami berdua. Aku yang berbaring terlebih dahulu pun memberikan isyarat kepada Niken untuk menghisap batang kemaluanku. Niken hanya tersenyum sambil meraih batang kemaluanku dan mengocoknya pelan. Dengan perlahan, Niken memasukan batang kemaluanku ke dalam mulutnya dan menghisapnya dengan kencang. Hal ini tentu membuatku merasa geli, namun nikmat yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun.

    “Hhhhh, enak sayang, terus kayak gitu, hhhhh…” Erangku pelan.

    Aku pun menikmati hisapan Niken dibatang kemaluanku sambil meremas payudara Niken. Sekitar 10 menit Niken sibuk menyantap kemaluanku dengan ganasnya. Kali ini giliran ku untuk memuaskan Niken. Aku arahkan ia agar berbaring di kasur. Aku pun memulai dengan menciumi ke dua payudaranya, putingnya yang sudah mengeras kini semakin keras dan merekah. Aku menurunkan ciumanku ke perutnya yang tampak rata. Secara perlahan, ciuman terus menurun sampai akhirnya tiba di vaginanya yang sudah basah, merah dan merekah itu. Aku jilat bibir vaginanya, ku mainkan klitorisnya dengan lidah. Niken pun menggelinjang keenakan.

    “Aaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh, masssssssssss enaaakkkkkk massssss….” begitu desahnya saat aku memasukan ke dua jariku ke dalam vagina Niken dengan lidah dan bibirku yang tidak ingin lepas dari aroma vaginanya yang sungguh membuat birahi semakin meninggi.
    Niken meremas dan menarik rambutku dengan gemas karena kenikmatan yang ia rasakan. Sekitar 5 menit aku memberikan pelayanan terbaikku di vagina Niken, ia menekan kepalaku agar semakin dalam di vaginanya dan berteriak keras.

    “AAAARGGGGGGHHHH, AKU KELUAR ARGGHH MASSSSS!” Terasa beberapa semprotan cairan kenikmatan dari vagina Niken menyembur keluar dan langsung ku lahap sambil habis.
    Terlihat Niken sudah penuh keringat dengan mulut terbuka untuk mencari nafas dan berusaha menikmati momen terbaik yang baru saja ia rasakan. Aku yang masih dilanda birahi tinggi pun segera naik ke atas Niken dan bermaksud untuk menggenjot vagina Niken dengan batang kemaluanku yang semakin keras ini.

    “Mas, ada kondom gak?” Tanya Niken lirih. Aku terdiam sambil mengingat-ingat kondom yang biasa aku bawa dan aku simpan di dompet.

    Aku pun bangun dari ranjang dan meraih celana ku yang tergeletak di lantai. Ku cari dompetku yang ada di saku belakang. Untungnya dua buah kondom masih tersimpan dengan baik, aku cek tanggal kadaluarsanya yang masih lama itu. Niken membubuhkan senyum manisnya begitu aku memegang kondom. Segera ku buka kondom dengan bungkus warna merah tersebut, ku keluarkan dan ku pasangkan dengan cepat ke penisku. Birahi yang sudah makin tak tertahankan dengan segera membuat penisku sudah berada didepan vagina Niken. Ku gesekkan perlahan penisku yang berbalut kondom tipis tersebut sehingga Niken menggelinjang menahan nikmat.

    “Masssss, masukin massss….” Desah Niken yang awalnya ku kira akan menolak persetubuhan ini, namun sebaliknya, ia yang terlihat paling menikmatinya.

    Perlahan aku masukan penisku ke dalam vagina Niken. Begitu masuk setengah, aku keluarkan lagi. Kemudian ku masukan lagi pelan-pelan, sengaja aku lakukan seperti itu agar vagina Niken semakin terangsang dan ia bisa orgasme lebih cepat. Ku genjot perlahan vagina Niken. Penisku keluar masuk dengan irama pelan. Niken tidak bersuara, hanya mulutnya yang terbuka dengan mata terpejam. Sungguh pemandangan yang begitu sedap dipandang berlama-lama. Sepuluh menit sudah ku genjot vagina Niken sambil sesekali ku hisap dan ku remas payudaranya yang bergoyang seirama kocokan penisku. Niken mendesah, erangannya menunjukan ia akan segera orgasme sebentar lagi.

    “Uhhh, Massssss… Terus masssssss… Aaaahhh, masss, Nikmat masssss…..” Desah Niken sambil melilitkan kakinya di pinggangku agar penis ku tertancap semakin dalam di vaginanya.

    Ku percepat genjotanku di vagina Niken, kedutan yang dibuat vagina Niken semakin terasa dan menambah kenikmatan, ditambah kondom yang tipis ini memberikan sensasi yang sungguh luar biasa di penisku ini.

    “Aaaaah, masss, aku mau keluar lagi, massss… Ahhhhh…” Aku pun semakin liar menggenjot Niken.
    Meski begitu, aku belum merasakan ingin mencapai klimaks. Aku kali ini hanya ingin mengejar Niken untuk orgasme lagi yang ke dua kalinya.

    “MASSS… AKU KELUAR AAAHHHH MASSSSSS…” Niken meraih punggungku dan mendekapku begitu kencang seiring dengan orgasmenya yang meledak ledak di dalam vaginanya.

    Penisku terasa semakin terjepit oleh vagina Niken yang berkedut keras. Sungguh nikmat tiada tara. Begitu orgasmenya selesai, dekapan Niken pun melemas. Kini aku bisa bangun dan melanjutkan pekerjaan ku untuk menggarap vagina Niken. Apalagi penisku yang masih belum sampai ke puncaknya, membuatku ingin segera menikmati vagina Niken yang sungguh luar biasa.

    Tanpa memedulikan Niken yang terbaring lemas. Aku kembali mengocok penisku keluar masuk vagina Niken. Niken tampak tak kuasa menahan birahiku yang sudah tinggi. Ia hanya mengerang begitu vaginanya mendapat serangan yang sama dari penis yang haus kenikmatan ini.
    “Hhhhh, massss… uhhhhh….” hanya itu yang keluar dari mulut Niken saat penisku kembali tertancap di vaginanya.

    Niken yang tadi lemas, terlihat kembali bersemangan dan bernafsu mendapati penisku memenuhi vaginanya. Ku genjot vagina Niken, kali ini dengan cepat dan aku berfokus pada nikmat yang aku rasakan agar aku bisa segera orgasme. Dan benar saja, tidak sampai lima menit aku keluar masukan penis ku dari vagina Niken, aku merasakan ada dorongan yang luar biasa dari dalam penisku.

    “Hhhh, aku mau keluar sebentar lagi, sayangggg…” bisikku pada Niken, masih sambil mengenjotnya.
    Niken hanya menganggukan kepala. Aku semakin percepat genjotanku sampai…
    “Aaaaargggg!!” dan crot crottt keluarlah semua sperma yang sudah tertahan lama di kantung kemihku.
    Rupanya, begitu aku orgasme, Niken mengalami orgasme juga untuk yang ketiga kalinya.
    “Aaargh, nikmat sekali sayang! Penis kamu nikmat sekaliiiii!” Teriak Niken begitu ia mencapai orgasmenya yang ketiga.

    Setelah itu, aku pun berbaring di samping Niken untuk merasakan sisa sisa kenikmatan dari pergumulan barusan. Tubuh kami sudah sama- sama bercucuran keringat. Tidak lama Niken tertidur pulas, mungkin karena kecapekan. Aku pun merapihkan pakaian dan membersihkan diri lalu segera pulang ke kosan meski waktu sudah menunjukan pukul 2 malam.

    Meski pengalaman sex kami berdua begitu nikmat, tapi setelah kejadian itu Niken tidak membalas pesan dan telepon ku lagi. Bahkan waktu aku mendatangi kantornya, temannya berkata bahwa Niken sudah pindah dan tidak lagi bekerja di tempat itu. Entah kemana Niken pergi, terkadang aku merindukannya, merindukan berbicara dengannya, juga tidur bersamanya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Ngentot Dengan Mbak Yani

    Cerita Sex Ngentot Dengan Mbak Yani


    866 views

    Perawanku – Cerita Sex Ngentot Dengan Mbak Yani, Ini pengalaman kencan seksku sebelum aku mengenal internet, tepatnya ketika aku masih duduk di bangku SMA, Sedang teman kencanku adalah seorang guru seni lukis di SMA-ku yang masih terbilang baru dan masih lajang. Saat itu umurku masih menginjak 19-20 tahun. Sedang guru lukisku itu adalah guru wanita paling muda, baru 25 tahun. Semula aku memanggilnya Bu Guru, layaknya seorang murid kepada gurunya. Tapi semenjak kami akrab dan dia mengajariku making love, lama-lama aku memanggilnya dengan sebutan Mbak. Tepatnya, Mbak Yani. Mau tahu ceritanya?

    Sore itu ada seorang anak kecil datang mencari ke rumah. Aku diminta datang ke rumah Mbak Yani, tetangga kampungku, untuk memperbaiki jaringan listrik rumahnya yang rusak.

    “Cepat ya, Mas. Sudah ditunggu Mbak Yani,” ujar anak SD tetangga Mbak Yani.

    Dalam hati, aku sangat girang. Betapa tidak, guru seni lukis itu rupanya makin lengket denganku. Aku sendiri tak tahu, kenapa dia sering minta tolong untuk memperbaiki peralatan rumah tangganya. Yang jelas, semenjak dia mengajaku melukis pergi ke lereng gunung dan making love di semak-semak hutan, Mbak Yani makin sering mengajakku pergi. Dan sore ini dia memintaku datang ke rumahnya lagi.

    Tanpa banyak pikir aku langsung berangkat dengan mengendarai sepeda motor. Maklum, rumahnya terbilang cukup jauh, sekitar 5km dari rumahku. Setibanya di rumah Mbak Yani, suasana sepi. Keluarganya tampaknya sedang pergi. Betul, ketika aku mengetuk pintu, hanya Mbak Yani yang tampak.

    “Ayo, cepet masuk. Semua keluargaku sedang pergi menghadiri acara hajatan saudara di luar kota,” sambut Mbak Yani sambil menggandeng tangganku.

    Darahku mendesir ketika membuntuti lamngkah Mbak Yani. Betapa tidak, pakaian yang dikenakan luar biasa sexy, hanya sejenis daster pendek hingga tonjolan payudara dan pahanya terasa menggoda.

    “Anu, Bud.. Listrik rumahku mati melulu. Mungkin ada ada kabel yang konslet. Tolong betulin, ya.. Kau tak keberatan kan,” pinta Mbak Yani kemudian.

    Tanpa banyak basa-basi Mbak Yani menggandengku masuk ke ruang tengah, kemudian masuk ke sebuah kamar.

    “Nah saya curiga jaringan di kamar ini yang rusak. Buruan kau teliti ya. Nanti keburu mahrib.”

    Aku hanya menuruti segala permintaannya. Setelah merunut jaringan kabel, akhirnya aku memutuskan untuk memanjat atap kamar melalui ranjang. Tapi aku tidak tahu persis, kamar itu tempat tidur siapa. Yang jelas, aku sangat yakin itu bukan kamarnya bapak-ibunya. Celakanya, ketika aku menelusuri kabel-kabel, aku belum menemukan kabel yang lecet. Semuanya beres. Kemudian aku pindah ke kamar sebelah. Aku juga tak bisa menemukan kabel yang lecet. Kemudian pindah ke kamar lain lagi, sampai akhirnya aku harus meneliti kamar tidur Mbak Yani sendiri, sebuah kamar yang dipenuhi dengan aneka lukisan sensual. Celakanya lagi, ketika hari telah gelap, aku belum bisa menemukan kabel yang rusak. Akibatnya, rumah Mbak Yani tetap gelap total. Dan aku hanya mengandalkan bantuan sebuah senter serta lilin kecil yang dinyalakan Mbak Yani.

    Lebih celaka lagi, tiba-tiba hujan deras mengguyur seantero kota. Tidak-bisa tidak, aku harus berhenti. Maunya aku ingin melanjutkan pekerjaan itu besok pagi.

    “Wah, maaf Mbak aku tak bisa menemukan kabel yang rusak. Ku pikir, kabel bagian puncak atap rumah yang kurang beres. Jadi besok aku harus bawa tangga khusus,” jelasku sambil melangkah keluar kamar.
    “Yah, tak apa-apa. Tapi sorry yah. Aku.. Merepotkanmu,” balas Mbak Yanti, “Itu es tehnya diminum dulu.”

    Sementara menunggu hujan reda, kami berdua bercakap-cakap berdua di ruang tengah. Cukup banyak cerita-cerita masalah pribadi yang kami tukar, termasuk hubunganku dengan Mbak Yani selama ini. Mbak Yani juga tidak ketinggalan menanyakan soal puisi indah tulisannya yang dia kirimkan padaku lewat kado ulang tahunku beberapa bulan lalu.

    Entah bagaimana awalnya, tahu-tahu nada percakapan kami berubah mesra dan menjurus ke arah yang menggairahkan jiwa. Bahkan, Mbak Yani tak segan-segan membelai wajahku, mengelus telingku dan seterusnya. Tak sadar, tubuh kami berdua jadi berhimpitan hingga menimbulkan rangsangan yang cukup berarti untukku. Apalagi setelah dadaku menempel erat pada payudaranya yang berukuran tidak begitu besar namun bentuknya indah dan kencang. Dan tak ayal lagi, penisku pun mulai berdiri mengencang. Aku tak sadar, bahwa aku sudah terangsang oleh guru sekolahku sendiri! Namun hawa nafsu birahi yang mulai melandaku sepertinya mengalahkan akal sehatku. Mbak Yani sendiri juga tampaknya memiliki pikiran yang saja. Ia tidak henti-hentinya mengulumi bibirku dengan nafsunya.

    Akhirnya, nafsuku sudah tak tertahankan lagi. Sementara bibirku dan Mbak Yani masih tetap saling memagut, tanganku mulai menggerayangi tubuh guru sekolahku itu. Kujamah gundukan daging kembar yang menghiasi dengan indahnya dada Mbak Yani yang masih berpakaian lengkap. Dengan segera kuremas-remas bagian tubuh yang sensitif tersebut.

    “Aaah.. Budi.. Aah..” Mbak Yani mulai melenguh kenikmatan. Bibirnya masih tetap melahap bibirku.

    Mengetahui Mbak Yani tidak menghalangiku, aku semakin berani. Remasan-remasan tanganku pada payudaranya semakin menjadi-jadi. Sungguh suatu kenikmatan yang baru pertama kali kualami meremas-remas benda kembar indah nan kenyal milik guru sekolahku itu. Melalui kain blus yang dikenakan Mbak Yani kuusap-usap ujung payudaranya yang begitu menggiurkan itu. Tubuh Mbak Yani mulai bergerak menggelinjang.

    “Uuuhh.. Mbak..” Aku mendesah saat merasakan ada jamahan yang mendarat di selangkanganku.

    Penisku pun bertambah menegang akibat sentuhan tangan Mbak Yani ini, membuatku bagian selangkangan celana panjangku tampak begitu menonjol. Mbak Yani juga merasakannya, membuatnya semakin bernafsu meremas-remas penisku itu dari balik celana panjangku. Nafsu birahi yang menggelora nampaknya semakin menenggelamkan kami berdua, sehingga membuat kami melupakan hubungan kami sebagai guru-murid.

    “Aaauuhh.. Bud.. Uuuh..” Mbak Yani mendesis-desis dengan Yanirnya karena remasan-remasan tanganku di payudaranya bukannya berhenti, malah semakin merajalela. Matanya terpejam merasa kenikmatan yang begitu menghebat.

    Tanganku mulai membuka satu persatu kancing blus Mbak Yani dari yang paling atas hingga kancing terakhir. Lalu Mbak Yani sendiri yang menanggalkan blus yang dikenakannya itu. Aku terpana sesaat melihat tubuh guru sekolahku itu yang putih dan mulus dengan payudaranya yang membulat dan bertengger dengan begitu indahnya di dadanya yang masih tertutup beha katun berwarna krem kekuningan. Tetapi aku segera tersadar, bahwa pemandangan amboi di hadapannya itu memang tersedia untukku, terlepas itu milik guru sekolahku sendiri.

    Tidak ingin membuang-buang waktu, bibirku berhenti menciumi bibir Mbak Yani dan mulai bergerak ke bawah. Kucium dan kujilati leher jenjang Mbak Yani, membuatnya menggerinjal-gerinjal sambil merintih kecil. Sementara itu, tanganku kuselipkan ke balik beha Mbak Yani sehingga menungkupi seluruh permukaan payudara sebelah kanannya. Puting susunya yang tinggi dan mulai mengeras begitu menggelitik telapak tanganku. Segera kuelus-elus puting susu yang indah itu dengan telapak tanganku. Kepala Mbak Yani tersentak menghadap ke atas sambil memejamkan matanya. Tidak puas dengan itu, ibu jari dan telunjukku memilin-milin puting susu Mbak Yani yang langsung saja menjadi sangat keras. Memang baru kali ini aku menggeluti tubuh indah seorang wanita. Namun memang insting kelelakianku membuatku seakan-akan sudah mahir melakukannya.

    “Uhh.. Hmm ahh..” Mbak Yani tidak dapat menahan desahan-desahan nafsunya.

    Segala gelitikan jari-jemariku yang dirasakan oleh payudara dan puting susunya dengan bertubi-tubi, membuat nafsu birahinya semakin membulak-bulak.

    Kupegang tali pengikat beha Mbak Yani lalu kuturunkan ke bawah. Kemudian beha itu kupelorotkan ke bawah sampai ke perut Mbak Yani. Puting susu Mbak Yani yang sudah begitu mengeras itu langsung mencelat dan mencuat dengan indahnya di depanku. Aku langsung saja melahap puting susu yang sangat menggiurkan itu. Kusedot-sedot puting susu Mbak Yani. Kuingat masa kecilku dulu saat masih menyusu pada payudara ibuku. Bedanya, tentu saja payudara guru sekolahku ini belum dapat mengeluarkan air susu. Mbak Yani menggeliat-geliat akibat rasa nikmat yang begitu melanda kalbunya. Lidahku dengan mahirnya, tak ayal menggelitiki puting susunya sehingga pentil yang sensitif itu melenting ke kiri dan ke kanan terkena hajaran lidahku.

    “Oooh. Buud’ desahan Mbak Yani semakin lama bertambah keras. Untung saja rumahnya sedang sepi dan letaknya memang agak berjauhan dari rumah yang paling dekat, sehingga tidak mungkin ada orang yang mendengarnya.

    Belum puas dengan payudara dan puting susu Mbak Yani yang sebelah kiri, yang sudah basah berlumuran air liurku, mulutku kini pindah merambah bukit membusung sebelah kanan. Apa yang kuperbuat pada belahan indah sebelah kiri tadi, kuperbuat pula pada yang sebelah kanan ini. Payudara sebelah kanan milik guru sekolahku yang membulat indah itu tak luput menerima jelajahan mulutku dengan lidahnya yang bergerak-gerak dengan Yanirnya. Kukulum ujung payudara Mbak Yani. Lalu kujilati dan kugelitiki puting susunya yang tinggi. Puting susu itu juga sama melenting ke kiri dan ke kanan, seperti halnya puting susu payudaranya yang sebelah kiri tadi. Mbak Yani pun semakin merintih-rintih karena merasakan geli dan nikmat yang menjadi-jadi berbaur menjadi satu padu. Seperti tengah minum soft drink dengan memakai sedotan plastik, kuseruput puting susu guru sekolahku itu.

    “Aaahh.. Hmm..” Mbak Yani menjerit panjang.

    Lidahku tetap tak henti-hentinya menjilati puting susu Mbak Yani yang sudah demikian kerasnya. Sementara itu tanganku mulai bergerak ke arah bawah. Kubuka retsleting celana jeans yang Mbak Yani kenakan. Kemudian dengan sedikit dibantunya sambil tetap merem-melek, kutanggalkan celana jeans itu ke bawah hingga ke mata kaki. Tubuh bagian bawah Mbak Yani sekarang hanya dilindungi oleh selembar celana dalam dengan bahan dan warna yang seragam dengan behanya. Meskipun begitu, tetap dapat kulihat warna kehitaman samar-samar di bagian selangkangannya.

    Ditunjang oleh nafsu birahi yang semakin menjulang tinggi, tanpa berpikir panjang lagi, kulepas pula kain satu-satunya yang masih menutupi tubuh Mbak Yani yang memang sintal itu. Dan akhirnya tubuh mulus guru sekolahku itu pun terhampar bugil di depanku, siap untuk kunikmati.

    Tak ayal, jari tengahku mulai menjamah bibir vagina Mbak Yani di selangkangannya yang sudah mulai ditumbuhi bulu-bulu tipis kehitaman walaupun belum begitu banyak. Kutelusuri sekujur permukaan bibir vagina itu secara melingkar berulang-ulang dengan lembutnya. Tubuh Mbak Yani yang masih terduduk di sofa melengkung ke atas dibuatnya, sehingga payudaranya semakin membusung menjulang tinggi, yang masih tetap dilahap oleh mulut dan bibirku dengan tanpa henti.

    “Ooohh..

    Jari tengahku itu berhenti pada gundukan daging kecil berwarna kemerahan yang terletak di bibir vagina Mbak Yani yang mulai dibasahi cairan-cairan bening. Mula-mula kuusap-usap daging kecil yang bernama klitoris ini dengan perlahan-lahan. Lama-kelamaan kunaikkan temponya, sehingga usapan-usapan tersebut sekarang sudah menjadi gelitikan, bahkan tak lama kemudian bertambah lagi intensitasnya menjadi sentilan. Klitoris Mbak Yani yang bertambah merah akibat sentuhan jariku yang bagaikan sudah profesional, membuat tubuh pemiliknya itu semakin menggerinjal-gerinjal tak tentu arahnya.

    Melihat Mbak Yani yang tampak semakin merangsang, aku menambah kecepatan gelitikanku pada klitorisnya. Dan akibatnya, klitoris Mbak Yani mulai membengkak. Sementara vaginanya pun semakin dibanjiri oleh cairan-cairan kenikmatan yang terus mengalir dari dalam lubang keramat yang masih sempit itu.

    Puas menjelajahi klitoris Mbak Yani, jari tengahku mulai merangsek masuk perlahan-lahan ke dalam vagina guru sekolahku itu. Setahap demi setahap kumasukkan jariku ke dalam vaginanya. Mula-mula sebatas ruas jari yang pertama. Dengan susah payah memang, sebab vagina Mbak Yani memang masih teramat sempit. Kemudian perlahan-lahan jariku kutusukkan lebih dalam lagi. Pada saat setengah jariku sudah amblas ke dalam vagina Mbak Yani, terasa ada hambatan. Seperti adanya selaput yang cukup lentur.

    “Hmm.. Bud..”

    Mbak Yani merintih kecil seraya meringis seperti menahan rasa sakit. Saat itu juga, aku langsung sadar, bahwa yang menghambat penetrasi jari tengahku ke dalam vagina Mbak Yani adalah selaput daranya yang masih utuh. Ternyata guru sekolahku satu-satunya itu masih perawan. Baru aku tahu, ternyata sebandel-bandelnya Mbak Yani, ternyata guru sekolahku itu masih sanggup memelihara kehormatannya. Aku sedikit salut padanya. Dan untuk menghargainya, aku memutuskan tidak akan melanjutkan perbuatanku itu.

    “Bud.. Jangan berhenti..” tanya Mbak Yani dengan nafas terengah-engah.
    “Mbak, Mbak kan masih perawan. Nanti kalau aku terusin kan Mbak bisa..”

    Mbak Yani malah menjulurkan tangannya menggapai selangkanganku. Begitu tangannya menyentuh ujung penisku yang masih ada di dalam celana pendek yang kupakai, penisku yang tadinya sudah mengecil, sontak langsung bergerak mengeras kembali. Ternyata sentuhan lembut tangannya itu berhasil membuatku terangsang kembali, membuatku tidak dapat membantah apapun lagi, bahkan aku seperti melupakan apa-apa yang kukatakan barusan.

    Dengan secepat kilat, Mbak Yani memegang kolor celana pendekku itu, lalu dengan sigap pula celanaku itu dilucutinya sebatas lutut. Yang tersisa hanya celana dalamku. Mata Mbak Yani tampak berbinar-binar menyaksikan onggokan yang cukup besar di selangkanganku. Diremas-remasnya penisku dengan tangannya, membuat penisku itu semakin bertambah keras dan bertambah panjang. Kutaksir panjangnya sekarang sudah bertambah dua kali lipat semula. Bukan main! Semua ini akibat rangsangan yang kuterima dari guru sekolahku itu sedemikian hebatnya.

    “Mbak.. Aku buka dulu ya,” tanyaku sambil menanggalkan celana dalamku.

    Penisku yang sudah begitu tegangnya seperti meloncat keluar begitu penutupnya terlepas.

    “Aw!” Mbak Yani menjerit kaget melihat penisku yang begitu menjulang dan siap tempur.

    Namun kemudian ia meraih penisku itu dan perlahan-lahan ia menggosok-gosok batang ‘meriam’-ku itu, sehingga membuat otot-otot yang mengitarinya bertambah jelas kelihatan dan batang penisku itu pun menjadi laksana tonggak yang kokoh dan siap menghujam siapa saja yang menghalanginya. Kemudian Mbak Yani menarik penisku dan membimbingnya menuju selangkangannya sendiri. Diarahkannya penisku itu tepat ke arah lubang vaginanya.

    Sekilas, aku seperti sadar. Astaga! Mbak Yani kan guru sekolahku sendiri! Apa jadinya nanti jika aku sampai menyetubuhinya? Apa kata orang-orang nanti mengetahui aku berhubungan seks dengan guru sekolahku sendiri? Akhirnya aku memutuskan tidak akan melakukan penetrasi lebih jauh ke dalam vagina Mbak Yani. Kutempelkan ujung penisku ke bibir vagina Mbak Yani, lalu kuputar-putar mengelilingi bibir gua tersebut. Mbak Yani menggerinjal-gerinjal merasakan sensasi yang demikian hebatnya serta tidak ada duanya di dunia ini.

    “Aaahh.. Uuuhh..” Mbak Yani mendesah-desah dengan Yanirnya sewaktu aku sengaja menyentuhkan penisku pada klitorisnya yang kemerahan dan kini kembali membengkak. Sementara bibirku masih belum puas-puasnya berpetualang di payudara Mbak Yani itu dengan puting susunya yang menggairahkan. Terlihat payudara guru sekolahku itu dan daerah sekitarnya basah kuyup terkena jilatan dan lumatanku yang begitu menggila, sehingga tampak mengkilap.

    Aku perlahan-lahan mulai memasukkan batang penisku ke dalam lubang vagina Mbak Yani. Sengaja aku tidak mau langsung menusukkannya. Sebab jika sampai kebablasan, bukan tidak mungkin dapat mengoyak selaput daranya. Aku tidak mau melakukan perbuatan itu, sebab bagaimanapun juga Mbak Yani adalah guru sekolahku, darah dagingku sendiri!

    Mbak Yani mengejan ketika kusodokkan penisku lebih dalam lagi ke dalam vaginanya. Sewaktu kira-kira penisku amblas hampir setengahnya, ujung ‘tonggak’-ku itu ternyata telah tertahan oleh selaput dara Mbak Yani, sehingga membuatku menghentikan hujaman penisku itu. Segera saja kutarik penisku perlahan-lahan dari liang surgawi milik guru sekolahku itu. Gesekan-gesekan yang terjadi antara batang penisku dengan dinding lorong vagina Mbak Yani membuatku meringis-ringis menahan rasa nikmat yang yang tak terhingga. Baru kali ini aku merasakan sensasi seperti ini. Lalu, kembali kutusukkan penisku ke dalam vagina Mbak Yani sampai sebatas selaput daranya lagi dan kutarik lagi sampai hampir keluar seluruhnya.

    Begitu terus kulakukan berulang-ulang memasukkan dan mengeluarkan setengah batang penisku ke dalam vagina Mbak Yani. Dan temponya pun semakin lama semakin kupercepat. Gesekan-gesekan batang penisku dengan Yaning vagina Mbak Yani semakin menggila. Rasanya tidak ada lagi di dunia ini yang dapat menandingi kenikmatan yang sedang kurasakan dalam permainan cintaku dengan guru sekolahku sendiri ini. Kenikmatan yang pertama dengan kenikmatan berikutnya, disambung dengan kenikmatan selanjutnya lagi, saling susul-menyusul tanpa henti.

    Tampaknya setan mulai merajalela di otakku seiring dengan intensitas gesekan-gesekan yang terjadi di dalam vagina Mbak Yani yang semakin tinggi. Kenikmatan tiada taranya yang serasa tidak kesudahan, bahkan semakin menjadi-jadi membuat aku dan Mbak Yani menjadi lupa segala-galanya. Aku pun melupakan semua komitmenku tadi.

    Dalam suatu kali saat penisku tengah menyodok vagina Mbak Yani, aku tidak menghentikan hujamanku itu sebatas selaput daranya seperti biasa, namun malah meneruskannya dengan cukup keras dan cepat, sehingga batang penisku amblas seluruhnya dalam vagina Mbak Yani. Vaginanya yang amat sempit itu berdenyut-denyut menjepit batang penisku yang tenggelam sepenuhnya.

    Mbak Yani menjerit cukup keras kesakitan. Tetapi aku tidak menghiraukannya. Sebaliknya aku semakin bernafsu untuk memompa penisku itu semakin dalam dan semakin cepat lagi penetrasi di dalam vagina Mbak Yani. Tampaknya rasa sakit yang dialami guru sekolahku itu tidak membuat aku mengurungkan perbuatan setanku. Bahkan genjotan penisku ke dalam lubang vaginanya semakin menggila. Kurasakan, semakin cepat aku memompa penisku, semakin hebat pula gesekan-gesekan yang terjadi antara batang penisku itu dengan dinding vagina Mbak Yani, dan semakin tiada tandingannya kenikmatan yang kurasakan.

    Hujaman-hujaman penisku ke dalam vagina Mbak Yani terus-menerus terjadi sambung-menyambung. Bahkan tambah lama bertambah tinggi temponya. Mbak Yani tidak sanggup berbuat apa-apa lagi kecuali hanya menjerit-jerit tidak karuan. Rupa-rupanya setan telah menguasai jiwa kami berdua, sehingga kami terhanyut dalam perbuatan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh dua guru dan murid.

    “Aaah.. Budi.. Aaahh..” Mbak Yani menjerit panjang.

    Tampaknya ia sudah seakan-akan terbang melayang sampai langit ketujuh. Matanya terpejam sementara tubuhnya bergetar dan menggelinjang keras. Peluh mulai membasahi tubuh kami berdua. Kutahu, guru sekolahku itu sudah hampir mencapai orgasme. Namun aku tidak mempedulikannya. Aku sendiri belum merasakan apa-apa. Dan lenguhan serta jeritan Mbak Yani semakin membuat tusukan-tusukan penisku ke dalam vaginanya bertambah menggila lagi. Mbak Yani pun bertambah keras jeritan-jeritannya. Pokoknya suasana saat itu sudah gaduh sekali. Segala macam lenguhan, desahan, ditambah dengan jeritan berpadu menjadi satu.

    Akhirnya kurasakan sesuatu hampir meluap keluar dari dalam penisku. Tetapi ini tidak membuatku menghentikan penetrasiku pada vagina Mbak Yani. Tempo genjotan-genjotan penisku juga tidak kukurangi. Dan akhirnya setelah rasanya aku tidak sanggup menahan orgasmeku, kutarik penisku dari dalam vagina Mbak Yani secepat kilat. Kemudian dengan tempo yang tinggi, kugosok-gosok batang penisku itu dengan tanganku. Tak lama kemudian, cairan-cairan kental berwarna putih bagaikan layaknya senapan mesin bermuncratan dari ujung penisku. Sebagian mengenai muka Mbak Yani. Ada pula yang mengenai payudara dan bagian tubuhnya yang lain. Bahkan celaka! Ada pula yang belepotan di jok sofa yang diduduki Mbak Yani.

    Tak lama kemudian, kami saling mengejang-ngejang ke puncak kepuasan bersama hingga kehabisan tenaga. Aku terhempas ke atas sofa di samping Mbak Yani. Tubuh kami berdua sudah bermandikan keringat dari ujung rambut ke ujung kaki.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Kisah ABG Bergambar Kenanganku Bersama Cindy Tak Terlupakan – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Kisah ABG Bergambar Kenanganku Bersama Cindy Tak Terlupakan – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1301 views

    Perawanku – Sangat menjemukan mendengar ocehan guru sejarahku yang membuat aku pusing , karena aku tidak menyukai pelajaran itu apalagi wajah gurunya judes dan sangat terkenal dengan julukan si nyamuk karena badanya yang kurus dan suaranya yang sember seperti nyamuk.

    Kriiiiinnnnggg suara bell berbunyi mendandakan waktu pulang dan itu yang aku tunggu-tunggu , “Cha….elo lewat mana..” suara Cindy tiba tiba nyeletuk dari sebelahku lewat biasa sih..cuman nggak tau nih mau ke menyewa VCD dulu kayaknya…, mau ikut?” jawabku “Boleh…, tapi kerumah gue aja yuk? Gue ada sewa VCD baru nih!” cindy sambil menunjukan VCD yang baru dipinjam di rental sebelah sekolah “film apaan…? Bagus nggak?” sela ku sambil melihat VCD yang dipegangnya.

    “Dijamin deh ..gini gini khan tau film yang ok” jawabnya sambil memasukan VCD nya ke tasnya.

    “Udah yuk sekarang perginya biar nanti nggak kesorean” dengan tidak sabar aku langsung keluar kelas bersama Cindy,sesampainya dirumah ternyata .. “kok sepi banget Cind?” tanyaku “iya..bokap and nyokap pergi ke surabaya , makanya gue berani ajak elo , jarang jarang khan kalo gue ngundang cowok kerumah gue” jawab Cindy sambil membawakan air minum. “Wah enak dong kita bisa ngapa ngapain” jawabku sambil bercanda.

    “Ah elo bisa aja”. “Eh Cha elo udah pernah nonton film blue belon?” tanya Cindy malu malu “udah, kenapa?” tanyaku “nggak tanya aja, kemaren malam gue ngintip bokap gue nonton film gituan dikamarnya, buset satu cewek dua cowok nggak sakit apa yach ceweknya?” tanya Cindy heran “ah elo nanyanya bikin gue ngaceng nih..”

    “Lihat donk Cha..kontol elo… boleh nggak ?”. “Boleh tapi elo mesti buka baju lo juga , biar adil”. “ok, tapi elo yang bukain yach dan gue bukain baju elo!” akhirnya kami saling membuka baju masing masing…. Aku merasakan sentuhan tangan Cindy yang halus apalagi saat ia memegang kontol gue..ah..enak banget. “Cha ? kontol elo gede juga cha…” kata Cindy sambil mengelus kontol gue.

    Gue nggak bisa bilang apa apa karena keenakan dipegang Cindy… “Cind ..isep dong say…gatel nih…” Cindy pun langsung memasukan kontol gue ke mulutnya dan mengisap kedalam mulutnya sampai pangkalnya… ternyata Cindy pintar sekali memainkan lidahnya mengulum kontol gue.. “gantian cha… gue juga gatel nih..” Pinta Cindy sambil langsung berbaring di sofa ruang tamu itu dan mengangkang seolah siap untuk dijilati, akupun langsung menjilati memeknya yang kemerah-merahan itu dengan bulu jembutnya yang tebal sekali.

    Itil Cindy telah mengeras ku jilat-jilat terus pada ujung nya, kuhisap-hisap , cindy mulai mengerang merasakan kenikmatan luar biasa yang baru pertama kali dirasakan “sshhh.. nggkk.. ahhh.. enak Cha.. terusin… Cha aduh.. ssshhhsh…” suara Cindy membuat ku makin menikmati memeknya yang makin memerah dan mengeras basah.

    “Cha masukin dong kontol elo.. nggak kuat nih..” pinta Cindy memelas akupun langsung memasukan kontol ku ke lobang memeknya yang masih sempit dan.. blesss.. kumasukan pelan pelan wah enak sekali hangat memeknya membuat ku makin bergairah.

    “Ngggg.. sshhh.. akhkkhhh.. enak Cha terusin yang dalam Cha….. achhhsss….” kata cindy. Aku mulai mengoyangkan kontolku keluar masuk memeknya terdengar seperti suara becek dibibir memeknya yang sempit itu. ach nikmat sekali kontolku terasa disedot-sedot nikmat, Cindy memutar mutar pinggulnya membuatku semakin bersemangat menggenjot memek nya.

    Tak terasa ternyata kami telah melakukan lebih kurang 45 menit dan sepertinya Cindy sudah mulai mengejang pertanda mau mencapai orgasme.”Cha aku mau keluar nih…” badan Cindy mulai berkelojotan dan.. nggg aaahhhhh keluar banyak cairan dari memek Cindy. Melihat Cindy orgasme akupun menjadi ingin orgasme pula, Cindy terdiam lemas sambil merapatkan kakinya.

    Aku segera mempercepat genjotan kontolku dimemeknya dan ujung kontolku terasa makin geli-geli nikmat acchhhh…… sssrrrr cret cret crettt…..ttt… kuhujamkan kontolku dalam-dalam, air mani ku keluar banyak sekali didalam memek Cindy.

    “Cind aku juga keluar ah eenaakk.. tenan !!!” dengan lemas aku berbaring telentang disebelah Cindy . “Cha kamu hebat, ternyata main sex itu enak sekali ya..” kata Cindy. “Iya Cind kamu juga hebat , aku nggak nyangka kalau kita bisa seperti ini, kamu mau nggak jadi pacar gue Cind ?” pintaku sambil membelai rambutnya Cindy mengangguk menandakan setuju.

    Mulai saat itu kami berdua sering pulang bareng dan bila nafsu kami memuncak , kami sering melakukannnya, sekarang Cindy telah menjadi istriku dan semua itu menjadi kenangan indah yang tak mungkin kami lupakan.

  • Cerita Sex Nafsu Birahi Membawa Mesum

    Cerita Sex Nafsu Birahi Membawa Mesum


    824 views

    Perawanku – Cerita Sex Nafsu Birahi Membawa Mesum, Singkat cerita, ketika hari pertama aku ketemu dengan teman kuliahku itu, rasanya kami langsung akrab karena memang sewaktu kami sama-sama duduk di bangku kuliah, kami sangat kompak dan sering tidur bersama di rumah kostku di kota Bone. Bahkan seringkali dia mentraktirku. “Nis, aku senang sekali bertemu denganmu dan memang sudah lama kucari-cari, maukah kamu mengingap barang sehari atau dua hari di rumahku?” katanya padaku sambil merangkulku dengan erat sekali. Nama teman kuliahku itu adalah “Nasir”.

    ”Kita lihat saja nanti. Yang jelas aku sangat bersukur kita bisa ketemu di tempat ini. Mungkin inilah namanya nasib baik, karena aku sama sekali tidak menduga kalau kamu tinggal di kota Makassar ini” jawabku sambil membalas rangkulannya. Kami berangkulan cukup lama di sekitar pasar sentral Makassar, tepatnya di tempat jualan cakar.

    “Ayo kita ke rumah dulu Nis, nanti kita ngobrol panjang lebar di sana, sekaligus kuperkenalkan istriku” ajaknya sambil menuntunku naik ke mobil Feroza miliknya. Setelah kami tiba di halaman rumahnya, Nasir terlebih dahulu turun dan segera membuka pintu mobilnya di sebelah kiri lalu mempersilakan aku turun.
    Aku sangat kagum melihat rumah tempat tinggalnya yang berlantai dua. Lantai bawah digunakan sebagai gudang dan kantor perusahaannya, sementara lantai atas digunakan sebagai tempat tinggal bersama istri. Aku hanya ikut di belakangnya.

    “Inilah hasil usaha kami Nis selama beberapa tahun di Makassar” katanya sambil menunjukkan tumpukan beras dan ruangan kantornya.

    “Wah cukup hebat amu Sir. Usahamu cukup lemayan. Kamu sangat berhasil dibanding aku yang belum jelas sumber kehidupanku” kataku padanya.
    “Lin, Lin, inilah teman kuliahku dulu yang pernah kuceritakan tempo hari. Kenalkan istri cantik saya” teriak Nasir memanggil istrinya dan langsung kami dikenalkan.

    “Alina”, kata istrinya menyebut namanya ketika kusalami tangannya sambil ia tersenyum ramah dan manis seolah menunjukkan rasa kegembiraan.

    “Anis”, kataku pula sambil membalas senyumannya.
    Nampaknya Alina ini adalah seorang istri yang baik hati, ramah dan selalu memelihara kecantikannya. Usianya kutaksir baru sekitar 25 tahun dengan tubuh sedikit langsing dan tinggi badan sekitar 145 cm serta berambut agak panjang.

    Tangannya terasa hangat dan halus sekali. Setelah selesai menyambutku, Alina lalu mempersilakanku duduk dan ia buru-buru masuk ke dalam seolah ada urusan penting di dalam.

    Belum lama kami bincang-bincang seputar perjalanan usaha Nasir dan pertemuannya dengan Alina di Kota Makassar ini, dua cangkir kopi susu beserta kue-kue bagus dihidangkan oleh Alina di atas meja yang ada di depan kami.

    “Silakah Kak, dinikmati hidangan ala kadarnya” ajakan Alina menyentuh langsung ke lubuk hatiku. Selain karena senyuman manisnya, kelembutan suaranya, juga karena penampilan, kecantikan dan sengatan bau farfumnya yang harum itu.

    Dalam hati kecilku mengatakan, alangkah senang dan bahagianya Nasir bisa mendapatkan istri seperti Alina ini. Seandainya aku juga mempunyai istri seperti dia, pasti aku tidak bisa ke mana-mana
    “Eh, kok malah melamun. Ada masalah apa Nis sampai termenung begitu? Apa yang mengganggu pikiranmu?” kata Nasir sambil memegang pundakku, sehingga aku sangat kaget dan tersentak.
    “Ti.. Tidak ada masalah apa-apa kok. Hanya aku merenungkan sejenak tentang pertemuan kita hari ini. Kenapa bisa terjadi yah,” alasanku.

    Alina hanya terdiam mendengar kami bincang-bincang dengan suaminya, tapi sesekali ia memandangiku dan menampakkan wajah cerianya.

    “Sekarang giliranmu Nis cerita tentang perjalanan hidupmu bersama istri setelah sejak tadi hanya aku yang bicara. Silahkan saja cerita panjang lebar mumpun hari ini aku tidak ada kesibukan di luar.
    Lagi pula anggaplah hari ini adalah hari keistimewaan kita yang perlu dirayakan bersama. Bukankah begitu Lin..?” kata Nasir seolah cari dukungan dari istrinya dan waktunya siap digunakan khusus untukku.
    “Ok, kalau gitu aku akan utarakan sedikit tentang kehidupan rumah tanggaku, yang sangat bertolak belakang dengan kehidupan rumah tangga kalian” ucapanku sambil memperbaiki dudukku di atas kursi empuk itu.
    “Maaf jika terpaksa kuungkapkan secara terus terang. Sebenarnya kedatanganku di kota Makassar ini justru karena dipicu oleh problem rumah tanggaku. Aku selalu cekcok dan bertengkar dengan istriku gara-gara aku kesulitan mendapatkan lapangan kerja yang layak dan mempu menghidupi keluargaku.

    Akhirnya kuputuskan untuk meninggalkan rumah guna mencari pekerjaan di kota ini. Eh.. Belum aku temukan pekerjaan, tiba-tiba kita ketemu tadi setelah dua hari aku ke sana ke mari. Mungkin pertemuan kita ini ada hikmahnya. Semoga saja pertemuan kita ini merupakan jalan keluar untuk mengatasi kesulitan rumahtanggaku” Kisahku secara jujur pada Nasir dan istrinya.

    Mendengar kisah sedihku itu, Nasir dan istrinya tak mampu berkomentar dan nampak ikut sedih, bahkan kami semua terdiam sejenak. Lalu secara serentak mulut Nasir dan istrinya terbuka dan seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi tiba-tiba mereka saling menatap dan menutup kembali mulutnya seolah mereka saling mengharap untuk memulai, namun malah mereka ketawa terbahak, yang membuatku heran dan memaksa juga ketawa.

    “Begini Nis, mungkin pertemuan kita ini benar ada hikmahnya, sebab kebetulan sekali kami butuh teman seperti kamu di rumah ini. Kami khan belum dikaruniai seorang anak, sehingga kami selalu kesepian.
    Apalagi jika aku ke luar kota misalnya ke Bone, maka istriku terpaksa sendirian di rumah meskipun sekali-kali ia memanggil kemanakannya untuk menemani selama aku tidak ada, tapi aku tetap menghawatirkannya. Untuk itu, jika tidak memberatkan, aku inginkan kamu tinggal bersamaku.
    Anggaplah kamu sudah dapatkan lapangan kerja baru sebagai sumber mata pencaharianmu. Segala keperluan sehari-harimu, aku coba menanggung sesuai kemampuanku” kata Nasir bersungguh-sungguh yang sesekali diiyakan oleh istrinya.

    “Maaf kawan, aku tidak mau merepotkan dan membebanimu. Biarlah aku cari kerja di tempat lain saja dan..” Belum aku selesai bicara, tiba-tiba Nasir memotong dan berkata..
    “Kalau kamu tolak tawaranku ini berarti kamu tidak menganggapku lagi sebagai sahabat. Kami ikhlas dan bermaksud baik padamu Nis” katanya.

    “Tetapi,” Belum kuutarakan maksudku, tiba-tiba Alina juga ikut bicara..
    “Benar Kak, kami sangat membutuhkan teman di rumah ini. Sudah lama hal ini kami pikirkan tapi mungkin baru kali ini dipertemukan dengan orang yang tepat dan sesuai hati nurani. Apalagi Kak Anis ini memang sahabat lama Kak Nasir, sehingga kami tidak perlu ragukan lagi.

    Bahkan kami sangat senan jika Kak sekalian menjemput istrinya untuk tinggal bersama kita di rumah ini” ucapan Alina memberi dorongan kuat padaku.

    “Kalau begitu, apa boleh buat. Terpaksa kuterima dengan senang hati, sekaligus kuucapkan terima kasih yang tak terhingga atas budi baiknya. Tapi sayangnya, aku tak memiliki keterampilan apa-apa untuk membantu kalian” kataku dengan pasrah.

    Tiba-tiba Nasir dan Alina bersamaan berdiri dan langsung saling berpelukan, bahkan saling mengecup bibir sebagai tanda kegembiraannya. Lalu Nasir melanjutkan rangkulannya padaku dan juga mengecup pipiku, sehingga aku sedikit malu dibuatnya.

    “Terima kasih Nis atas kesediaanmu menerima tawaranku semoga kamu berbahagia dan tidak kesulitan apapun di rumah ini. Kami tak membutuhkan keterampilanmu, melainkan kehadiranmu menemani kami di rumah ini.

    Kami hanya butuh teman bermain dan tukar pikiran, sebab tenaga kerjaku sudah cukup untuk membantu mengelola usahaku di luar. Kami sewaktu-waktu membutuhkan nasehatmu dan istriku pasti merasa terhibur dengan kehadiranmu menemani jika aku keluar rumah” katanya dengan sangat bergembira dan senang mendengar persetujuanku.

    Kurang lebih satu bulan lamanya kami seolah hanya diperlakukan sebagai raja di rumah itu. Makanku diurus oleh Alina, tempat tidurku terkadang juga dibersihkan olehnya, bahkan ia meminta untuk mencuci pakaianku yang kotor tapi aku keberatan.

    Selama waktu itu pula, aku sudah dilengkapi dengan pakaian, bahkan kamar tidurku dibelikan TV 20 inch lengkap dengan VCD-nya. Aku sangat malu dan merasa berutang budi pada mereka, sebab selain pakaian, akupun diberi uang tunai yang jumlahnya cukup besar bagiku, bahkan belakangan kuketahui jika ia juga seringkali kirim pakaian dan uang ke istri dan anak-anakku di Bone lewat mobil.

    Kami bertiga sudah cukup akrab dan hidup dalam satu rumah seperti saudara kandung bersenda gurau, bercengkerama dan bergaul tanpa batas seolah tidak ada perbedaan status seperti majikan dan karyawannya.

    Kebebasan pergaulanku dengan Alina memuncak ketika Nasir berangkat ke Sulawesi Tenggara selama beberapa hari untuk membawa beras untuk di jual di sana karena ada permintaan dari langgarannya.
    Pada malam pertama keberangkatan Nasir, Alina nampak gembira sekali seolah tidak ada kekhawatiran apa-apa. Bahkan sempat mengatakan kepada suaminya itu kalau ia tidak takut lagi ditinggalkan meskipun berbulan-bulan lamanya karena sudah ada yang menjaganya, namun ucapannya itu dianggapnya sebagai bentuk humor terhadap suaminya. Nasir pun nampak tidak ada kekhawatiran meninggalkan istrinya dengan alasan yang sama.

    Malam itu kami (aku dan Alina) menonton bersama di ruang tamu hingga larut malam, karena kami sambil tukar pengalaman, termasuk soal sebelum nikah dan latar belakang perkawinan kami masing-masing.
    Sikap dan tingkah laku Alina sedikit berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Malam itu, Alina membuat kopi susu dan menyodorkanku bersama pisang susu, lalu kami nikmati bersama-sama sambil nonton. Ia makan sambil berbaring di sampingku seolah dianggap biasa saja. Sesekali ia membalikkan tubuhnya kepadaku sambil bercerita, namun aku pura-pura bersikap biasa, meskipun ada ganjalan aneh di benakku.
    “Nis, kamu tidak keberatan khan menemaniku nonton malam ini? Besok khan tidak ada yang mengganggu kita sehingga kita bisa tidur siang sepuasnya?” tanya Alina tiba-tiba seolah ia tak mengantuk sedikitpun.
    “Tidak kok Lin. Aku justru senang dan bahagia bisa nonton bersama majikanku” kataku sedikit menyanjungnya. Alina lalu mencubitku dan..

    “Wii de.. De, kok aku dibilangin majikan. Sebel aku mendengarnya. Ah, jangan ulang kata itu lagi deh, aku tak sudi dipanggil majikan” katanya.
    “Hi.. Hi.. Hi, tidak salah khan. Maaf jika tidak senang, aku hanya main-main. Lalu aku harus panggil apa? Adik, Non, Nyonya atau apa?”
    “Terserah dech, yang penting bukan majikan. Tapi aku lebih seneng jika kamu memanggil aku adik” katanya santai.

    “Oke kalau begitu maunya. Aku akan panggil adik saja” kataku lagi.
    Malam semakin larut. Tak satupun terdengar suara kecuali suara kami berdua dengan suara TV. Alina tiba-tiba bangkit dari pembaringannya.
    “Nis, apa kamu sering nonton kaset VCD bersama istrimu?” tanya Alina dengan sedikit rendah suaranya seolah tak mau didengar orang lain.

    “Eng.. Pernah, tapi sama-sama dengan orang lain juga karena kami nonton di rumahnya” jawabku menyembunyikan sikap keherananku atas pertanyaannya yang tiba-tiba dan sedikit aneh itu.
    “Kamu ingat judulnya? Atau jalan ceritanya?” tanyanya lagi.
    “Aku lupa judulnya, tapi pemainnya adalah Rhoma Irama dan ceritanya adalah masalah percintaan” jawabku dengan pura-pura bersikap biasa.

    “Masih mau ngga kamu temani aku nonton film dari VCD? Kebetulan aku punya kaset VCD yang banyak. Judulnya macam-macam. Terserah yang mana Anis suka” tawarannya, tapi aku sempat berfikir kalau Alina akan memutar film yang aneh-aneh, film orang dewasa dan biasanya khusus ditonton oleh suami istri untuk membangkitkan gairahnya.
    Setelah kupikir segala resiko, kepercayaan dan dosa, aku lalu bikin alasan.
    “Sebenarnya aku senang sekali, tapi aku takut.. Eh.. Maaf aku sangat ngantuk. Jika tidak keberatan, lain kali saja, pasti kutemani” kataku sedikit bimbang dan takut alasanku salah. Tapi akhirnya ia terima meskipun nampaknya sedikit kecewa di wajahnya dan kurang semangat.

    “Baiklah jika memang kamu sudah ngantuk. Aku tidak mau sama sekali memaksamu, lagi pula aku sudah cukup senang dan bahagia kamu bersedia menemaniku nonton sampai selarut ini.

    Ayo kita masuk tidur” katanya sambil mematikan TV-nya, namun sebelum aku menutup pintu kamarku, aku melihat sejenak ia sempat memperhatikanku, tapi aku pura-pura tidak menghiraukannya.
    Di atas tempat tidurku, aku gelisah dan bingung mengambil keputusan tentang alasanku jika besok atau lusa ia kembali mengajakku nonton film tersebut. Antara mau, malu dan rasa takut selalu menghantukiku.
    Mungkin dia juga mengalami hal yang sama, karena dari dalam kamarku selalu terdengar ada pintu kamar terbuka dan tertutup serta air di kamar mandi selalu kedengaran tertumpah.

    Setelah kami makan malam bersama keesokan harinya, kami kembali nonton TV sama-sama di ruang tamu, tapi penampilan Alina kali ini agak lain dari biasanya. Ia berpakaian serba tipis dan tercium bau farfumnya yang harum menyengat hidup sepanjang ruang tamu itu.

    Jantungku sempat berdebar dan hatiku gelisah mencari alasan untuk menolak ajakannya itu, meskipun gejolak hati kecilku untuk mengikuti kemauannya lebih besar dari penolakanku. Belum aku sempat menemukan alasan tepat, maka

    “Nis, masih ingat janjimu tadi malam? Atau kamu sudah ngantuk lagi?” pertanyaan Alina tiba-tiba mengagetkanku.

    “O, oohh yah, aku ingat. Nonton VCD khan? Tapi jangan yang seram-seram donk filmnya, aku tak suka. Nanti aku mimpi buruk dan membuatku sakit, khan repot jadinya” jawabku mengingatkan untuk tidak memutar film porn.

    “Kita liat aja permainannya. Kamu pasti senang menyaksikannya, karena aku yakin kamu belum pernah menontonnya, lagi pula ini film baru” kata Alina sambil meraih kotak yang berisi setumpuk kaset VCD lalu menarik sekeping kaset yang paling di atas seolah ia telah mempersiapkannya, lalu memasukkan ke CD, lalu mundur dua langkah dan duduk di sampingku menunggu apa gerangan yang akan muncul di layar TV tersebut.

    Dag, dig, dug, getaran jantungku sangat keras menunggu gambar yang akan tampil di layar TV. Mula-mula aku yakin kalau filmnya adalah film yang dapat dipertontonkan secara umum karena gambar pertama yang muncul adalah dua orang gadis yang sedang berloma naik speed board atau sampan dan saling membalap di atas air sungat.

    Namun dua menit kemudian, muncul pula dua orang pria memburuhnya dengan naik kendaraan yang sama, akhirnya keempatnya bertemu di tepi sungai dan bergandengan tangan lalu masuk ke salah satu villa untuk bersantai bersama.

    Tak lama kemudian mereka berpasang-pasangan dan saling membuka pakaiannya, lalu saling merangkul, mencium dan seterusnya sebagaimana layaknya suami istri. Niat penolakanku tadi tiba-tiba terlupakan dan terganti dengan niat kemauanku.

    Kami tidak mampu mengeluarkan kata-kata, terutama ketika kami menyaksikan dua pasang muda mudi bertelanjang bulat dan saling menjilati kemaluannya, bahkan saling mengadu alat yang paling vitalnya. Kami hanya bisa saling memandang dan tersenyum.
    “Gimana Nis,? Asyik khan? Atau ganti yang lain saja yang lucu-lucu?” pancing Alina, tapi aku tak menjawabnya, malah aku melenguh panjang.

    “Apa kamu sering dan senang nonton film beginian bersama suamimu?” giliran aku bertanya, tapi Alina hanya menatapku tajam lalu mengangguk.

    “Hmmhh” kudengar suara nafas panjang Alina keluar dari mulutnya.
    “Apa kamu pernah praktekkan seperti di film itu Nis?” tanya Alina ketika salah seorang wanitanya sedang menungging lalu laki-lakinya menusukkan kontolnya dari belakang lalu mengocoknya dengan kuat.
    “Tidak, belum pernah” jawabku singkat sambil kembali bernafas panjang.

    “Maukah kamu mencobanya nanti?” tanya Alina dengan suara rendah.
    “Dengan siapa, kami khan pisah dengan istri untuk sementara” kataku.
    “Jika kamu bertemu istrimu nanti atau wanita lain misalnya” kata Alina.
    “Yachh.. Kita liat saja nanti. Boleh juga kami coba nanti hahaha” kataku.
    “Nis, apa malam ini kamu tidak ingin mencobanya?” Tanya Alina sambil sedikit merapatkan tubuhnya padaku. Saking rapatnya sehingga tubuhnya terasa hangatnya dan bau harumnya.
    “Dengan siapa? Apa dengan wanita di TV itu?” tanyaku memancing.

    “Gimana jika dengan aku? Mumpung hanya kita berdua dan nggak bakal ada orang lain yang tahu. Mau khan?” Tanya Alina lebih jelas lagi mengarah sambil menyentuh tanganku, bahkan menyandarkan badannya ke badanku.

    Sungguh aku kaget dan jantungku seolah copot mendengar rincian pertanyaannya itu, apalagi ia menyentuhku. Aku tidak mampu lagi berpikir apa-apa, melainkan menerima apa adanya malam itu.
    Aku tidak akan mungkin mampu menolak dan mengecewakannya, apalagi aku sangat menginginkannya, karena telah beberapa bulan aku tidak melakukan sex dengan istriku. Aku mencoba merapatkan badanku pula, lalu mengelus tangannya dan merangkul punggungnya, sehingga terasa hangat sekali.
    “Apa kamu serius? Apa ini mimpi atau kenyataan?” Tanyaku amat gembira.

    “Akan kubuktikan keseriusanku sekarang. Rasakan ini sayang” tiba-tiba Alina melompat lalu mengangkangi kedua pahaku dan duduk di atasnya sambil memelukku, serta mencium pipi dan bibirku bertubi-tubi.
    Tentu aku tidak mampu menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku segera menyambutnya dan membalasnya dengan sikap dan tindakan yang sama. Nampaknya Alina sudah ingin segera membuktikan dengan melepas sarung yang dipakainya, tapi aku belum mau membuka celana panjang yang kepakai malam itu.
    Pergumulan kami dalam posisi duduk cukup lama, meskipun berkali-kali Alina memintaku untuk segera melepaskan celanaku, bahkan ia sendiri beberapa kali berusaha membuka kancingnya, tapi selalu saja kuminta agar ia bersabar dan pelan-pelan sebab waktunya sangat panjang.

    “Ayo Kak Nis, cepat sayang. Aku sudah tak tahan ingin membuktikannya” rayu Alina sambil melepas rangkulannya lalu ia tidur telentang di atas karpet abu-abu sambil menarik tanganku untuk menindihnya. Aku tidak tega membiarkan ia penasaran terus, sehingga aku segera menindihnya.

    “Buka celana sayang. Cepat.. Aku sudah capek nih, ayo dong,” pintanya.
    Akupun segera menuruti permintaannya dan melepas celana panjangku. Setelah itu, Alina menjepitkan ujung jari kakinya ke bagian atas celana dalamku dan berusaha mendorongnya ke bawah, tapi ia tak berhasil karena aku sengaja mengangkat punggungku tinggi-tinggi untuk menghindarinya.

    Ketika aku mencoba menyingkap baju daster yang dipakaianya ke atas lalu ia sendiri melepaskannya, aku kaget sebab tak kusangka kalau ia sama sekali tidak pakai celana. Dalam hatiku bahwa mungkin ia memang sengaja siap-siap akan bersetubuh denganku malam itu.

    Di bawah sinar lampu 10 W yang dibarengi dengan cahaya TV yang semakin seru bermain bugil, aku sangat jelas menyaksikan sebuah lubang yang dikelilingi daging montok nan putih mulus yang tidak ditumbuhi bulu selembar pun.

    Tampak menonjol sebuah benda mungil seperti biji kacang di tengah-tengahnya. Rasanya cukup menantang dan mempertinggi birahiku, tapi aku tetap berusaha mengendalikannya agar aku bisa lebih lama bermain-main dengannya. Ia sekarang sudah bugil 100%, sehingga terlihat bentuk tubuhnya yang langsing, putih mulus dan indah sekali dipandang.

    “Ayo donk, tunggu apa lagi sayang. Jangan biarkan aku tersiksa seperti ini” pinta Alina tak pernah berhenti untuk segera menikmati puncaknya.
    “Tenang sayang. Aku pasti akan memuaskanmu malam ini, tapi saya masih mau bermain-main lebih lama biar kita lebih banyak menikmatinya”kataku
    Secara perlahan tapi pasti, ujung lidahku mulai menyentuh tepi lubang kenikmatannya sehingga membuat pinggulnya bergerak-gerak dan berdesis.

    “Nikmat khan kalau begini?” tanyaku berbisik sambil menggerak-gerakkan lidahku ke kiri dan ke kanan lalu menekannya lebih dalam lagi sehingga Alina setengah berteriak dan mengangkat tinggi-tinggi pantatnya seolah ia menyambut dan ingin memperdalam masuknya ujung lidahku.

    Ia hanya mengangguk dan memperdengarkan suara desis dari mulutnya.
    “Auhh.. Aakkhh.. Iihh.. Uhh.. Oohh.. Sstt” suara itu tak mampu dikurangi ketika aku gocok-gocokkan secara lebih dalam dan keras serta cepat keluar masuk ke lubang kemaluannya.
    “Teruuss sayang, nikkmat ssekalii.. Aakhh.. Uuhh. Aku belum pernah merasakan seperti ini sebelumnya” katanya dengan suara yang agak keras sambil menarik-narik kepalaku agar lebih rapat lagi.
    “Bagaimana? Sudah siap menyambut lidahku yang panjang lagi keras?” tanyaku sambil melepaskan seluruh pakaianku yang masih tersisa dan kamipun sama-sama bugil.
    Persentuhan tubuhku tak sehelai benangpun yang melapisinya. Terasa hangatnya hawa yang keluar dari tubuh kami.

    “Iiyah,. Dari tadi aku menunggu. Ayo,. Cepat” kata Alina tergesa-gesa sambil membuka lebar-lebar kedua pahanya, bahkan membuka lebar-lebar lubang vaginanya dengan menarik kiri kanan kedua bibirnya untuk memudahkan jalannya kemaluanku masuk lebih dalam lagi.

    Aku pun tidak mau menunda-nunda lagi karena memang aku sudah puas bermain lidah di mulut atas dan mulut bawahnya, apalagi keduanya sangat basah. Aku lalu mengangkat kedua kakinya hingga bersandar ke bahuku lalu berusaha menusukkan ujung kemaluanku ke lubang vagina yang sejak tadi menunggu itu. Ternyata tidak mampu kutembus sekaligus sesuai keinginanku. Ujung kulit penisku tertahan, padahal Alina sudah bukan perawan lagi.

    “Ssaakiit ssediikit.., ppeelan-pelan sedikit” kata Alina ketika ujung penisku sedikit kutekan agak keras. Aku gerakkan ke kiri dan ke kanan tapi juga belum berhasil amblas.
    Aku turunkan kedua kakinya lalu meraih sebuah bantal kursi yang di belakanku lalu kuganjalkan di bawah pinggulnya dan membuka lebar kedua pahanya lalu kudorong penisku agak keras sehingga sudah mulai masuk setengahnya.

    Alinapun merintih keras tapi tidak berkata apa-apa, sehingga aku tak peduli, malah semakin kutekan dan kudorong masuk hingga amblas seluruhnya. Setelah seluruh batang penisku terbenam semua, aku sejenak berhenti bergerak karena capek dan melemaskan tubuhku di atas tubuh Alina yang juga diam sambil bernafas panjang seolah baru kali ini menikmati betul persetubuhan.

    Alina kembali menggerak-gerakkan pinggulnya dan akupun menyambutnya. Bahkan aku tarik maju mundur sedikit demi sedikit hingga jalannya agak cepat lalu cepat sekali. Pinggul kami bergerak, bergoyang dan berputar seirama sehingga menimbulkan bunyi-bunyian yangberirama pula.
    “Tahan sebentar” kataku sambil mengangkat kepala Alina tanpa mencabut penisku dari lubang vagina Alina sehingga kami dalam posisi duduk.

    Kami saling merangkul dan menggerakkan pinggul, tapi tidak lama karena terasa sulit. Lalu aku berbaring dan telentang sambil menarik kepada Alina mengikutiku, sehingga Alina berada di atasku. Kusarankan agar ia menggoyang, mengocok dan memompa dengan keras lagi cepat.

    Ia pun cukup mengerti keinginanku sehingga kedua tangannya bertumpu di atas dadaku lalu menghentakkan agak keras bolak balik pantatnya ke penisku, sehingga terlihat kepalanya lemas dan seolah mau jatuh sebab baru kali itu ia melakukannya dengan posisi seperti itu.

    Karena itu, kumaklumi jika ia cepat capek dan segera menjatuhkan tubuhnya menempel ke atas tubuhku, meskipun pinggulnya masih tetap bergerak naik turun.
    “Kamu mungkin sangat capek. Gimana kalau ganti posisi?” kataku sambil mengangkat tubuh Alina dan melapas rangkulannya.

    “Posisi bagaimana lagi? Aku sudah beberapa kali merasa nikmat sekali” tanyanya heran seolah tidak tahu apa yang akan kulakukan, namun tetap ia ikuti permintaanku karena ia pun merasa sangat nikmat dan belum pernah mengalami permainan seperti itu sebelumnya.
    “Terima saja permainanku. Aku akan tunjukkan beberapa pengalamanku”
    “Yah.. Yah.. Cepat lakukan apa saja” katanya singkat.

    Aku berdiri lalu mengangkat tubuhnya dari belakang dan kutuntunnya hingga ia dalam posisi nungging. Setelah kubuka sedikit kedua pahanya dari belakan, aku lalu menusukkan kembali ujung penisku ke lubangnya lalu mengocok dengan keras dan cepat sehingga menimbulkan bunyi dengan irama yang indah seiring dengan gerakanku.

    Alina pun terengah-engah dan napasnya terputus-putus menerima kenikmatan itu. Posisi kami ini tak lama sebab Alina tak mampu menahan rasa capeknya berlutut sambil kupompa dari belakan. Karenanya, aku kembalikan ke posisi semula yaitu tidur telentang dengan paha terbuka lebar lalu kutindih dan kukocok dari depan, lalu kuangkat kedua kakinya bersandar ke bahuku.

    Posisi inilah yang membuat permainan kami memuncak karena tak lama setelah itu, Alina berteriak-teriak sambil merangkul keras pinggangku dan mencakar-cakar punggungku. Bahkan sesekali menarik keras wajahku menempel ke wajahnya dan menggigitnya dengan gigitan kecil. Bersamaan dengan itu pula, aku merasakan ada cairan hangat mulai menjalar di batang penisku, terutama ketika terasa sekujur tubuh Alina gemetar.

    Aku tetap berusaha untuk menghindari pertemuan antara spermaku dengan sel telur Alina, tapi terlambat, karena baru aku mencoba mengangkat punggungku dan berniat menumpahkan di luar rahimnya, tapi Alina malah mengikatkan tangannya lebih erat seolah melarangku menumpahkan di luar yang akhirnya cairan kental dan hangat itu terpaksa tumpah seluruhnya di dalam rahim Alina.

    Alina nampaknya tidak menyesal, malah sedikit ceria menerimanya, tapi aku diliputi rasa takut kalau-kalau jadi janin nantinya, yang akan membuatku malu dan hubungan persahabatanku berantakan.
    Setelah kami sama-sama mencapai puncak, puas dan menikmati persetubuhan yang sesungguhnya, kami lalu tergeletak di atas karpet tanpa bantal. Layar TV sudah berwarna biru karena pergumulan filmnya sejak tadi selesai.

    Aku lihat jam dinding menunjukkan pukul 12.00 malam tanpa terasa kami bermain kurang lebih 3 jam. Kami sama-sama terdiam dan tak mampu berkata-kata apapun hingga tertidur lelap. Setelah terbangun jam 7.00 pagi di tempat itu, rasanya masih terasa capek bercampur segar.

    “Nis, kamu sangat hebat. Aku belum pernah mendapatkan kenikmatan dari suamiku selama ini seperti yang kamu berikan tadi malam” kata Alina ketika ia juga terbangun pagi itu sambil merangkulku.
    “Benar nih, jangan-jangan hanya gombal untuk menyenangkanku” tanyaku.

    “Sumpah.. Terus terang suamiku lebih banyak memikirkan kesenangannya dan posisi mainnya hanya satu saja. Ia di atas dan aku di bawah. Kadang ia loyo sebelum kami apa-apa. Kontolnya pendek sekali sehingga tidak mampu memberikan kenikmatan padaku seperti yang kami berikan.

    Andai saja kamu suamiku, pasti aku bahagia sekali dan selalu mau bersetubuh, kalau perlu setiap hari dan setiap malam” paparnya seolah menyesali hubungannya dengan suaminya dan membandingkan denganku.
    “Tidak boleh sayang. Itu namanya sudah jodoh yang tidak mampu kita tolak. Kitapun berjodoh bersetubuh dengan cara selingkuh. Sudahlah. Yang penting kita sudah menikmatinya dan akan terus menikmatinya” kataku sambil menenangkannya sekaligus mencium keningnya.
    “Maukah kamu terus menerus memberiku kenikmatan seperti tadi malam itu ketika suamiku tak ada di rumah” tanyanya menuntut janjiku.

    “Iyah, pasti selama aman dan aku tinggal bersamamu. Masih banyak permainanku yang belum kutunjukkan” kataku berjanji akan mengulanginya
    “Gimana kalau istri dan anak-anakmu nanti datang?” tanyanya khawatir.

    “Gampang diatur. Aku kan pembantumu, sehingga aku bisa selalu dekat denganmu tanpa kecurigaan istriku. Apalagi istriku pasti tak tahan tinggal di kota sebab ia sudah terbiasa di kampung bersama keluarganya tapi yang kutakutkan jika kamu hamil tanpa diakui suamimu” kataku.
    “Aku tak bakal hamil, karena aku akan memakan pil KB sebelum bermain seperti yang kulakukan tadi malam, karena memang telah kurencanakan” kara Alina terus terang.

    Setelah kami bincang-bincang sambil tiduran di atas karpet, kami lalu ke kamar mandi masing-masing membersihkan diri lalu kami ke halaman rumah membersihkan setelah sarapan pagi bersama.
    Sejak saat itu, kami hampir setiap malam melakukannya, terutama ketika suami Alina tak ada di rumah, baik siang hari apalagi malam hari, bahkan beberapa kali kulakukan di kamarku ketika suami Alina masih tertidur di kamarnya, sebab Alina sendiri yang mendatangi kamarku ketika sedang “haus”.
    Entah sampai kapan hal ini akan berlangsung, tapi yang jelas hingga saat ini kami masih selalu ingin melakukannya dan belum ada tanda-tanda kecurigaan dari suaminya dan dari istriku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Kisah Cinta Irwan Yang Memaksaku Making Love – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Kisah Cinta Irwan Yang Memaksaku Making Love – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1532 views

    Perawanku – Aku sebenarnya dulu pernah berkenalan dengan seorang pria lewat sebuah program chatting dan kisah nyata ini adalah awal kejadian aku kehilangan mahkota yang paling berharga. Pertama kali dia berkenalan denganku, dia nampak seperti seorang gentleman yang benar-benar menarik hatiku sehingga aku waktu itu benar-benar jatuh hati padanya. Anggap saja namaku adalah Lina dan nama cowok itu adalah Irwan. Tak lama dari perkenalan kami, aku menjadi akrab dengan Irwan. Irwan sering menjemputku dari tempat kuliahku dan aku sempat menganggap bahwa dia adalah calon suamiku nantinya karena aku benar-benar serius dengannya. Judi Online

    Aib ini berawal dari kesalahanku yang fatal di mana aku mempercayakan dia untuk memegang kunci kamarku karena saat aku kuliah dulu, aku tinggal di rumah kost bersama dengan anak-anak dari berbagai macam daerah. Suatu ketika, aku sedang tidur nyenyak karena aku merasakan kelelahan yang amat sangat karena aku baru saja menyelesaikan skripsiku yang sudah kupersiapkan selama berminggu-minggu.

    Tiba-tiba, aku berasa kedinginan dan aku terbangun karena perasaan kedinginan tersebut dan ketika aku terbangun, aku kaget sekali karena aku melihat Irwan sedang bermasturbasi di depanku, sementara aku sekarang sudah tanpa busana. Aku mengerti akhirnya mengapa aku terbangun karena perasaan dingin, rupanya Irwan menelanjangiku dan menjadikanku sebagai obyek masturbasinya.

    Aku dengan cepat menutup tubuhku dengan pakaianku, akan tetapi belum selesai aku memakai pakaian, Irwan memelukku dan membuka kembali pakaianku yang sudah berantakan dengan paksa. Irwan memukul pipiku dengan keras sehingga aku menjadi menangis ketakutan. Di saat aku sedang menangis itu, aku menyadari bahwa Irwan yang sekarang berada di depan mataku itu tidak sama seperti Irwan yang kukenal sebelumnya sebagai seorang cowok yang pengertian dan sangat gentleman. Yang nampak di depanku sekarang ini tidak lebih dari seorang laki-laki liar yang haus akan seks karena sekarang Irwan sedang mendekati tubuhku yang sedang gemetar karena ketakutan dan dia mulai menjilati tubuhku sehingga aku merasakan geli yang amat sangat. Lidahnya terus-menerus aktif menjilatiku dari leher, buah dada hingga ke pangkal kemaluan. Ketika dia mulai mencium dan menghisap-hisap klitoris, aku merasakan sesuatu yang sangat aneh karena suatu aliran birahi yang menuntut lebih membuatku menjadi mendesah karena merasakan kenikmatan dan sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

    Secara tidak sadar, aku mendesah dan aku mengibas-ngibaskan rambutku yang hitam panjang ke kiri dan ke kanan karena aku merasakan kenikmatan yang amat sangat ketika Irwan mulai menjilati setiap inci liang kenikmatanku bahkan aku terus merasakan kenikmatan itu sampai akhirnya aku menangis bercampur dengan desahan panjang karena aku merasakan liang kenikmatanku mengeluarkan cairan kenikmatan yang terus dijilat oleh Irwan sampai habis tidak tersisa.

    Aku menutup mataku karena aku masih tidak mengerti apa yang terjadi di dalam diriku karena sekarang ini perasaanku bercampur antara benci pada Irwan dan keinginan untuk berbuat lebih dengannya karena aku ingin merasakan kenikmatan itu kembali. Walaupun aku hanya berdiam diri atas perlakuannya dan tetap menangis, nampaknya dia mengerti apa yang kupikirkan sehingga Irwan mulai membuka pakaian dan celananya dan aku melihat batang kemaluannya yang sudah menegang dan siap untuk dimasukkan ke dalam liang kewanitaanku.

    Aku menelan ludah berkali-kali karena aku ketakutan, aku merasa akan merasakan sakit karena batang kemaluannya yang besar akan memasuki liang kenikmatanku yang masih sempit. Aku menjerit histeris tetapi Irwan dengan sigapnya langsung menutup mulutku dan langsung menancapkan batang kemaluannya ke dalam liang kenikmatanku sehingga aku dapat merasakan aliran darah dari liang surgaku. Aku meminta ampun kepada Irwan untuk segera menghentikan aksinya yang menyakitiku, tetapi Irwan tidak peduli dan terus menggenjot tubuhnya sehingga akhirnya aku merasakan sesuatu aliran dari batang kemaluannya yang membasahi liang kewanitaanku. Aku menangis menyadari hal itu karena aku takut jika aku hamil dan aku tidak mau mendapatkan bayi dari laki-laki yang telah merenggut keperawananku secara paksa itu.

    Setelah Irwan melaksanakan aksi bejadnya, dia langsung memakai kembali bajunya dan meninggalkanku seorang diri dan ketika dia meninggalkanku, aku langsung memakai baju dan celanaku. Tidak berapa lama, pintu kamar kost-ku terbuka kembali dan sekarang aku melihat Irwan sedang mendekatiku yang masih menangis sambil menggandeng seorang gadis cantik dan mengenalkan gadis itu kepadaku sebagai tunangannya.

    Hatiku sakit sekali melihat hal tersebut dan aku ingin sekali mengadukan perbuatan yang baru saja kualami kepada tunangannya. Akan tetapi, belum selesai aku berbicara, gadis yang mengaku bernama Lia tersebut menamparku sambil berkata, “Gue baru tau bahwa di dunia ini ada juga cewek yang suka memperkosa cowok”. Kata-kata Lia membuat batinku menjadi semakin sakit karena sekarang aku sedang dituduh memperkosa Irwan dan walaupun aku berkata bahwa itu bohong dan fitnah, Lia tidak mempercayai omonganku dan bahkan setiap kali aku berkata, “Itu Bohong!” atau “Itu Fitnah!”, Lia hanya memberikan respon dengan cibiran bibir dan diiringi oleh pukulan di wajahku yang putih bersih ini sehingga karena pukulan yang kuterima dari Lia, wajahku menjadi biru bercampur merah dan tentu saja aku merasakan sakit yang amat sangat karena baru saja mendapatkan pukulan bertubi-tubi dari Lia.

    Aku terus-menerus memohon kepada Lia bahwa aku tidak pernah memperkosa Irwan bahkan aku bercerita bahwa Irwan lah yang telah memperkosaku barusan sebelum Lia masuk ke dalam kamar kost-ku. Tetapi sekarang gantian Irwan yang memukuliku karena dia merasa difitnah di depan Lia sehingga bagian tubuhku yang masih sakit semakin sakit karena pukulan Irwan yang tentunya lebih keras dari Lia. Aku tidak bisa bicara apa-apa lagi dan pada detik yang bersamaan, rasa sayangku pada Irwan berubah total menjadi kebencian dan perasaan untuk membalas dendam atas perbuatannya.

    Untunglah, tak berapa lama setelah kejadian tersebut, Om kost tempatku tinggal masuk ke kamarku karena dia akan menagih uang sewa kamar. Masuknya Om kost-ku ke kamar menolongku dari pukulan-pukulan mereka karena mereka meninggalkanku di saat Om Bambang (Om Kost-ku) masuk ke dalam kamar. Aku langsung menceritakan kepada Om Bambang semua yang terjadi dan dia menyarankan agar aku lapor ke polisi tetapi aku tidak ingin keluargaku tahu bahwa aku baru saja mengalami kejadian yang membuatku kehilangan harga diri dan keperawanan yang kujaga selama ini.

    Untunglah sekarang ini aku memiliki kekasih yang sangat baik dan tidak memperdulikan masa laluku yang hitam kelam ini. Memang jika dibandingkan, kekasihku yang sekarang ini tidak begitu tampan jika dibandingkan dengan Irwan tetapi pengalaman burukku di masa lalu membuatku benci dengan laki-laki yang berwajah tampan.

    Sekarang ini, aku mengetahui bahwa Irwan telah menikah dengan Lia. Akan tetapi rupanya hukum karma itu selalu berlaku di dalam hidup setiap orang karena dari berita yang kuterima dari teman-temanku yang juga mengenal Irwan dan Lia, Irwan meninggal dalam kerusuhan 12 Mei 1998 yang lalu dan istrinya, Lia juga meninggal pada saat yang bersamaan. Lia meninggal karena dia telah diperkosa oleh puluhan orang yang memakai busana tentara sedangkan Irwan meninggal karena siksaan dari orang-orang yang memperkosa Lia karena dia mencoba menyelamatkan Lia. Di saat aku mendengar berita itu dan mengkonfirmasi berita tersebut lewat koran dan telepon ke keluarganya, aku tersenyum dalam hati dan aku merasa senang karena sworn enemy-ku telah mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatan yang dilakukan padaku pada tanggal 12 Mei 1997.

     

  • Foto Sexy Cewek Super Cantik Pakai Bikini Minim di Pantai

    Foto Sexy Cewek Super Cantik Pakai Bikini Minim di Pantai


    3007 views

    Perawanku –  Kali ini admin menampilkan cewek super cantik, lagi-lagi berasal dari jepang, yang suka berfoto hot memamerkan tubuh mulus sexy nya sambil bergaya layaknya artis porno yang siap di entot kontol besar

    kelakuan remaja masa kini berpose menggairahkan yang menggemparkan dunia maya kulit mulus nya dan payudara masih kencang sangat nikmat untuk di remas

    inilah gambar terbaru dari seorang cewek kekinian yang sering mengumbar tubuh seksi nya dan sangat cantik menggoda untuk memacari dan mesum sepuasnya. Siapkan tisu agar tidak berserah yah guyyss. hehe

    Mau lihat yang lebih disertai cerita seks yang gak kalah hot nya dari foto-foto barusan? Klik Cerita Seks yang ada di bagian Related Videos atau langsung aja ke halaman utama guysss. Dijamin bakalan ngiler-ngiler kontolnya. Kunjungi 139.99.33.211 setiap hari dan dapatkan cerita-cerita bergambar baru yang update tiap hari nya. Makin sering mampir di 139.99.33.211 semakin banyak update nya lohh.

  • Kisah Ku Mendapatkan Kesempatan Bercinta Dengan Tante Ku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Kisah Ku Mendapatkan Kesempatan Bercinta Dengan Tante Ku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1568 views

    Perawanku – Aku Dan Tanteku, Tanteku itu orangnya lumayan menarik dengan postur tubuh setinggi 170 cm dengan ukuran dada 34B, berumur kira-kira 29 tahun. Sebenarnya dulu aku suka sekali melihat tubuh mulus tanteku, secara tidak sengaja ketika dia sedang mandi karena memang di tempat kami kamar mandi pada saat itu atasnya tidak tertutup genteng dan tanpa berpintu, jadi kalau ada yang mandi di situ hanya dengan melampirkan handuk di tembok yang menjaWian tanda bahwa kamar mandi sedang dipakai.

    Tak sampai di situ saja, kadang tanteku ini senang menggunakan pakaian tidur yg model terusan slim tanpa menggunakan bra & itu sering sekali kulihat saat di pagi hri. Terlebih saya sering sekali bangun pagi sudah dipastikan tanteku sedang menyapu halaman depan & itu otomatis diwaktu beliau menunduk menampakkan gunung kembarnya yg agak gede & montok. faktor ini dilakukan sebelum dirinya menyiapkan kebutuhan seWilah anaknya, jika om-ku rata rata tak ada di rumah lantaran sering bertugas diluar Wita selama 4 hri.

    Sempat saya melamunkan gimana rasanya seandainya saya melakukan persetubuhan dgn tanteku itu, tetapi hasilnya paling-paling kutumpahkan di kamar mandi sambil ber-onani. Rupanya anga-anganku itu bisa terkabul disaat saya sedang menumpang nonton Televisi di rumah tanteku pada siang hri di mana ke3 anaknya sedang seWilah & om-ku sedang bertugas ke luar Wita pada pagi harinya.

    Kejadian itu berlangsung disaat saya sedang melihat Televisi sendirian yg bersebelahan dgn warung tanteku. Kala itu saya mau mengambil roWik, saya langsung menuju ke sebelah. Rupanya tanteku sedang posting sesuatu, barangkali menulis barang belanjaan yg dapat dibelanjakan kelak.

    “Tante, Awi mau ambil roWik, nanti Awi bayar belakangan ya!” sapaku terhadap tanteku.
    “Ambil saja, Wi!” balas tanteku tanpa menoleh ke arahku yg tepat di belakangnya sambil meneruskan menulis dgn posisi membungkuk.

    Wiarenakan toples roWik ketengan yg bakal kuambil ada disebelah tanteku tidak dengan sengaja saya menyentuh buah dadanya yg kebetulan tidak dengan menggunakan BH.
    “Aduh! hati-hati dong kalau ingin mengambil roWik. Kena tanganmu, dada tante kan jadi nyeri!” seru tanteku sambil mengurut-urut kecil di dadanya yg sebelah samping kirinya. Tapi lantaran tak menggunakan BH, terlihat dgn terang pentil susu tanteku yg cukup agung itu.

    “Maaf Tan, saya tak sengaja. Begini aja deh Tan, Awi ambilin minyak agar dada Tante tak sakit gimana!” tawarku pada tanteku.
    “Ya sudah, sana kamu ambil cepat!” ringis tanteku sambil masih mengurut dadanya. Dengan segera kuambilkan minyak urut yang ada di dalam, namun ketika aku masuk kembali di dalam warung secara perlahan, aku melihat tante sedang mengurut dadanya tapi melepaskan baju terusannya yang bagian atasnya saja.
    “Ini Tante, minyak urutnya!” sengaja aku berkata agak keras sambil berpura-pura tidak melihat apa yang tanteku lakukan.

    Mendengar suaraku, tanteku agak terkejut dan segera merapikan bagian atas bajunya yang masih menggelantung di bagian pinggangnya. Tampak gugup tanteku menerima minyak urut itu tapi tidak menyuruhku untuk lekas keluar. Tanpa membuang kesempatan aku langsung menawarkan jasaku untuk mengurut dadanya yang sakit, namun tanteku agak takut. Pelan-pelan dengan seWiit memaksa aku berhasil membujuknya dan akhirnya aku dapat ijinnya untuk mengurut namun dilakukan dari belakang. SeWiit demi seWiit kuoleskan minyak di samping buah dadanya dari belakang namun secara perlahan pula kumemainkan jariku dari belakang menuju ke depan.

    Sempat kaget juga ketika tanteku mengetahui aksi nakalku.
    “Awi! kamu jangan nakal ya!” seru tanteku namun tidak menepis tanganku dari badannya yang sebagian ditutupi baju. Mendapati kesempatan itu aku tidak menyia-nyiakan dan secara aktif aku mulai menggunakan kedua tanganku untuk mengurut-urut secara perlahan kedua bukit kembar yang masih ditutupi dari depan oleh selembar baju itu.
    “Ohh… oohh…” seru tanteku ketika tanganku sudah mulai memegang susunya dari belakang sambil memilin-milin ujung susunya.

    “Jangan… Awi… jang…” tante masih merintih namun tidak kuacuhkan malah dengan sigap kubalikkan tubuh tanteku hingga berhadapan langsung dengan diriku. Kemudian dengan leluasa kumulai menciumi susu yang di sebelah kiri sambil masih mengurut-urut susu di sebelahnya. Kemudian aku mulai mencucupi kedua puting susunya secara bergantian dan tanteku mulai terangsang dengan mengerasnya kedua susunya.

    Tidak sampai di situ, rupanya tangan tanteku mulai menjelajahi ke bawah perutku berusaha untuk memegang kemaluanku yang sudah dari tadi mengencang. Ketika dia mendapatkannya secara perlahan, Awicok-Wicok batang kemaluanku secar perlahan dan tiba-tiba tanteku mengambil sikap jongWik namun sambil memegang kemaluanku yang lamayan panjang. Untuk Wietahui, batang kemaluanku panjangnya kurang lebih 20 cm dengan diameter 3,5 cm. Tanteku rupanya seWiit terkejut dengan ukuran kemaluanku apalagi seWiit bengWik, namun dengan sigap tapi perlahan tanteku mulai mengulum kemaluanku secara perlahan dan semakin lama semakin cepat.

    “Ah… ah… ah… yak.. begitu… terus… terus…” erangku sambil memegangi kepala tanteku yang maju mundur mengulum batang kemaluanku. Kemudian karena aku sudah tidak tahan, tubuh tante kuangkat agar duduk di pinggir meja dimana tadi dia menulis, dan dengan seWiit gerakan paha tanteku kupaksa agar meregang. Rupanya tanteku masih mengenakan CD dan dengan perlahan kubuka CD-nya ke samping dan terlihatlah gundukan kemaluannya yang sudah basah. Secara perlahan kuciumi kemaluan tanteku dan kumain-mainkan klirotisnya.

    “Ah… ahhh.. Awi, Tante mau keluuuaarrr…” Beberapa saat kemudian rupanya tanteku akan mengalami orgasme, dia langsung memegangi kepalaku agar tetap di belahan kemaluannya dan kemudian mengeluarkan cairan surganya di mulutku,
    “Crettt… crett… cret…” mulutku sampai basah terkena cairan surga tanteku. Kemudian tanteku agak lemas namun masih kujilati kemaluannya yang akhirnya membangkitkan nafsu untuk bersetubuh denganku. Kuangkat tubuh tante ke bawah warung, dan dengan seWiit agak keras aku dapat merubah posisinya menelentang di depanku, kubukakan semakin lebar kedua kakinya dan mulai kuarahkan ujung kemaluanku ke mulut lubang kemaluannya.

    Agak susah memang karena memang aku agak kurang berpengalaman dibidang ini namun rupanya tanteku dapat memahaminya. Dengan sabarnya dituntunnya ujung kemaluanku tepat di lubang kemaluannya. “Pelan-pelan ya, Awi!” lirih tanteku sambil menggenggam kemaluanku. Ketika baru masuk kepala kemaluanku tanteku mulai agak meringis tetapi aku sudah tidak kuat lagi dengan agak seWiit paksa akhirnya kemaluanku dapat masuk seluruhnya. “Awi… akh…” jerit kecil tanteku ketika kumasukkan seluruh batang kemaluanku di dalam lubang kemaluannya yang lumayan basah namun agak sempit itu sambil merapatkan kedua kakinya ke pinggangku.

    Perlahan aku melakukan gerakan maju mundur sambil meremas-remas dua susunya. Hampir tiga puluh menit kemudian gerakanku makin lama main cepat. Rupanya aku hampir mencapai puncak. “Tan… aku… aku mauuu… keluar…” bisikku sambil mempercepat gerakanku. “Wieluarkan di dalam saja, Wi!” balas tanteku sambil menggeleng-gelengkan kecil kepalanya dan menggoyangkan pantatnya secara beraturan. “Tan… aku… keluarrr…” pekikku sambil menancapkan kemaluanku secara mendalam sambil masih memegangi susunya.

    Rupanya tanteku juga mengalami hal yang sama denganku, dia memajukan pantatnya agar kemaluanku dapat masuk seluruhnya sambil menyemburkan air surganya untuk ketiga kalinya. “Cret… cret… cret…” hampir lima kali aku memuntahkan air surga ke dalam lubang kemaluan tanteku dan itu juga di campur dengan air surga tanteku yang hampir berbarengan keluar bersamaku. “Cret… cret… cret… ahh…” tanteku melengkungkan badannya ketika mengeluarkan air surga yang dari lubang kemaluannya. Akhirnya kami tergeletak di bawah dan tanteku secara perlahan bangun untuk berdiri sambil mencoba melihat kemaluannya yang masih dibanjiri oleh air surga. “Awi! kamu nakal sekali, berani sekali kami berbuat ini kepada Tante, tapi Tante senang Wik, Tante puas atas kenakalan kamu,” bisik tanteku perlahan.

    Aku hanya bisa terseyum, sambil menaikkan kembali celanaku yang tadi dipelorotkan oleh tanteku. nTanteku akhirnya berjalan keluar, namun sebelum itu dia masih menyempatkan dirinya untuk memegang kemaluanku yang lumayan besar ini. Inilah pengalamanku yang pertama, dan sejak itu kami kadang mencuri waktu untuk mengulangi hal tersebut, apalagi jika aku atau tanteku ingin mencoba posisi baru dan pasti ketika Om-ku dan anak-anak tanteku berangkat seWilah. Sekarang hal itu sudah tidak kulakukan lagi karena tanteku sekarang ikut Om-ku yang mendapat tugas di daerah.

  • Cerita Seks Perselingkuhan Dengan Mantan

    Cerita Seks Perselingkuhan Dengan Mantan


    793 views

    Perawanku – Cerita Seks Perselingkuhan Dengan Mantan, Kali ini aku menjalin hubungan dengan Naya gadis cantik dari kota yang sama denganku, Sedangkan Sofi, pacarku sebelum Naya masih saja sering menghubungi aku, walau sering juga aku tidak mengangkatnya.

    Karena aku benar-benar kecewa dengan sikapnya padaku, hampir satu tahun aku menjalin hubungan dengannya dan akupun sudah serius dengan hubungan ini, tapi dengan mudahnya Sofi si mantan memutuskan aku.

    Awalnya aku tidak mengetahui alasannya. Namaku Deni usiaku 27 tahun dan sudah bekerja di perusahaan swasta, selama satu tahun aku menjalin hubungan dengan Sofi gadis yang beda kota denganku, meskipun begitu aku sering menemuinya jika ada waktu.

    Bahkan terkadang setiap weekend aku pergi ke rumahnya, dan bukan hanya itu saja sudah banyak waktu yang aku korbankan untuknya.

    Begitupun hal seperti hubungan dewasa yang sudah sering kami lakukan. Tapi karena Sofi si mantan yang berubah sikapnya bahkan dia rela memutuskan aku karena dia memutuskan akan menikah. Dengan orang yang telah di pilih orang tuanya.

    Tapi belum juga terjadi pernikahan , rencana itu gagal karena ternyata calon suami Sofi bukan seorang pengusaha sukses tapi seorang penipu.

    Hari ini aku menunggu Naya di depan kantornya, karena dia bekerja di perusahaan yang berbeda denganku. Di cafe itu aku dapat melihat kalau Naya keluar dari kantornya. Dari balik kaca aku melihatnya setelah setengah jam aku menunggu, kulihat Naya bergegas masuk kedalam cafe tersebut. Dia tersenyum padaku dan berkata

    ” Lama nunggunya …maaf ya…” Kata Naya padaku.

    Akupun menjawab ” Kok telat katanya pulang agak siangan ..” Dia memegang tanganku dan berkata

    ” Tadi ada rapat kilat sayang…” Kamipun langsung menyantap makanan yang kami pesan, begitu manis dan baik Naya ini.

    Walau belum genap 2 bulan hubunganku, tapi aku tahu kalau dia gadis baik-baik. Karena selama berhubungan denganku saja dia tidak pernah mau di ajak melakukan.

    Paling kami hanya berciuman mesra. Walaupun seorang laki-laki yang pernah melakukan hal itu tapi aku dapat menahannya selama ini, mungkin karena aku tidak lagi mengukur hubungan serius dari cara seseorang pernah melakukan hubungan dewasa. Tapi belum lagi menginjak 3 bulan hubunganku, akhirnya ada sesuatu yang tidak aku duga sebelumnya.

    Aku menyelingkuhi Naya, gadis cantik yang selama ini setia dan begitu perhatiannya padaku. Apa mungkin karena dengannya aku tidak pernah melakukan hubungan dewasa, hingga aku dengan gampangnya melakukan perselingkuhan itu.

    Cerita itu bermula ketika minggu lalu, aku mendapat telpon dari Sofi si mantan, sebenarnya aku sudah tidak pernah mengangkatnya tapi hari itu.

    Aku mengangkat telpon dari Sofi si mantan, dan dia ingin bertemu denganku karena dia ada di kota ini. Dengan mengendarai mobilku, sepulang dari rumah Naya aku bilang kalau aku ada keperluan, dan tidak lama di rumahnya.

    Dengan senyum yang biasa menghiasi wajahnya Naya mengantarku sampai di depan rumahnya. Padahal waktu itu aku terus ke tempat janjian dengan Sofi, mantanku.

    Seperti yang sudah di tentukan kami bertemu di sebuah cafe, ketika aku sampai aku sudah dapat melihat Sofi si mantan duduk sendirian di cafe itu. Langsung saja aku mengahmpiri dan berkata

    ” Sudah lama nunggunya… ” Diapun menjawab singkat
    ” Baru saja… ” Katanya sambil menunduk, mungkin dia tidak berani memandang wajahku.

    Di sana aku melihat wajah Sofi si mantan yang semakin kurus saja.

    Mungkin karena rasa simpatiku itu, aku menurut saja ketika dia bilang dia mau ke rumahku. Sebenarnya aku sudah mempunyai sebuah rumah minimalis yang aku hasilkan sendiri dari hasil pekerjaanku.

    Dan Sofi si mantan memang sudah mengetahui hal itu, kamipun sampai di rumahku. Di sana aku langsung masuk dalam kamar untuk berganti baju, sedangkan Sofi masih berada di ruang tamu.

    Di saat aku keluar terlihat Sofi si mantan melihat ke arahku.

    ” Maaf..Deni..aku telah membuatmu kecewa..” Katanya dengan muka sedihnya
    ” Sudahlah Sof..aku benar-benar melupakan hal itu kok…” Tapi dengan tiba-tiba Sofi si mantan memeluk tubuhku, dengan eratnya dia dekap tubuhku.

    Saat itu juga aku membalas pelukannya dan tangankupun membelai rambutnya seperti kami masih pacaran dulu.

    Dengan muka sedihnya Sofi menengadah dan menatapku deangan tatapan yang sulit aku gambarkan. Namun yang pasti saat itu kami langsung berciuman, kami saling melumat bibir kami masing-masing. Malah lidah Sofi si mantan menjulur bermain di dalam mulutku.

    Dengan begitu lihainya karena sudah biasa aku dengannya melakukan hal ini, Sofi membuka bajuku tapi masih dengan bibir di kulum.

    Saat itulah aku sudah tidak lagi memakai baju. Dengan pelan tapi pasti Sofi si mantan merosot di depanku, hingga dia berada pas di depan penisku yang masih lemas. Dan dengan lahapnya dia masukkan penisku kedalam mulutnya, dia kulum dan di lumatnya penisku.

    Bahkan ketika penis itu sudah menggeliat membesar dan semakin tegang, Sofi langsung bermain dengan tangannya.

    Dengan lembut dia kocok penisku dengan menggunakan tangannya, sesekali dia kulum lagi dan dia hisap sampai mulutnya menyedot keras penis itu hingga aku mendesah panjang

    ”ouuggghhhh… ooouugghh… ooouugghhh… aaaagghh…aaagghh… E..nak…Sof..terus…Sof….ooouuuggghh… ” Mataku sudah terpejam menikmati permainan mulut Sofi, bahkan aku tidak dapat menahan keseimbangan kakiku.

    Di saat itulah aku terjatuh dan duduk di kursi panjang ruang tamu itu. Sofi si mantan membuka bajunya sambil terus menatapku dengan penuh nafsu. Ketika bajunya sudah terbuka kembali dia melumat penisku dalam mulutnya

    ” Su..dah …Sof…aku sudah..tidak..ta..han..lagi..ooouugghh…aaagghhh….aaagghh…. ” Aku tarik tubuh bugil Sofi hingga dia menindihku.

    Karena sudah biasa kami melakukan hubungan dewasa selama ini, diapun dengan lihainya menggoyang tubuhku dari atas . Bagai penunggang kuda Sofi menghentak-hentakan penisnya padaku.

    ” Oouugghh…aaggh..aaghhh…aaaggghhh…aaagghh…aaagghh..ya..ya..ya…” Begitu terus Sofi mendesah, bahkan sesekali dia memutar pantatnya di atas penisku.

    Di saat seperti itu aku sudah tidak dapat menahannya.

    ” Aaaauuugghhh…..oouugghh…aaagghh…aku..nggak..ku..at..Sof…oouugghh… ” Kemudian aku balik tubuh Sofi yang berada di atasku.

    Dengan sekuat tenaga aku tancapkan penisku dan menggoyangnya dengan penuh semangat

    ” Aaaauuuwww…Mas…Sof…am..su..dah…aaaagghhh… ” Dia merengkuh tubuhku dengan eratnya.

    Akupun mencapai klimaks seperti yang baru saja Sofi si mantan alami, dengan menekan penisku lebih dalam dan Aaaaagghhhh semua tumpah dalam vagina Sofi. Diapun memejamkan mata sambil terus mendekap tubuhku. Kemudian aku terkulai dan lunglai di sampingnya.

    Dengan penuh mesra Sofi memeluk tubuhku, malam itu dia menginap di rumahku, bahkan kami sering melakukannya.

    Walau hal itu tak bisa aku hindari, tapi sungguh aku takut kalau sampai Naya mengetahui perbuatanku. Dan hingga saat ini dia belum mengetahuinya, karena aku simpan rapat tentang hal ini.

    Tapi aku tahu kalau Sofi mengetahui hiubunganku dengan Naya, karena itu selama ini dia tidak pernah menuntut apapun dariku. Walau sekarang dia yang lebih sering ke sini untuk menemuiku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Semua Gara-gara Gelang Kaki

    Semua Gara-gara Gelang Kaki


    1575 views


    SINOPSIS Cerita Ngentot ABG:

    Irzan digoda oleh Wida, kakak teman sekolahnya. Sampai kesabarannya habis…

    Story codes

    MF, 1st, cheat, Fdom

    DISCLAIMER Cerita Ngentot ABG:

    Perawan – Cerita ngentot ABG ini adalah fiksi dan berisi adegan-adegan yang tidak pantas dibaca oleh mereka yang belum dewasa, jadi jika pembaca masih belum dewasa, harap tidak melanjutkan membaca. Penulis sudah mengingatkan, selanjutnya adalah tanggungjawab pembaca.

    Semua tokoh dalam cerita ngentot ABG  ini adalah fiktif. Kemiripan nama tokoh, tempat, lembaga dan lain-lain hanyalah kebetulan belaka dan bukan kesengajaan.

    Sebagian tokoh dalam cerita ini digambarkan memiliki latar belakang (profesi, kelas sosial, suku dll.) tertentu. Tindakan mereka dalam cerita ini adalah fiksi dan belum tentu menggambarkan orang-orang berlatar belakang serupa di dunia nyata.

    Pemerkosaan, pelecehan seksual, KDRT, dan trafiking di dunia nyata adalah kejahatan dan penulis menentang semua itu. Penulis harap pembaca cukup bijak untuk dapat membedakan dunia nyata dan khayalan.

    Penulis tidak memperoleh keuntungan uang apapun dari cerita ngentot abg ini dan tidak memaksudkan cerita ini dijadikan sumber pendapatan bagi siapapun.

    Diadaptasi dari beberapa sumber lain. Ada komentar? Ide cerita? Mau diposting di situs anda? Silakan kontak penulis di ninjaxgaijinATyahoo dot com. Selamat membaca.

    Gelang Kaki

    Ninja Gaijin


    Cerita Ngentot ABG – Semua Gara-gara Gelang Kaki

    Apakah kalau cewek pakai gelang kaki, artinya cewek tersebut nakal? Gelang di pergelangan kaki Wida menarik perhatiannya dari tadi. Dia teringat obrolan teman-temannya di dalam kelas beberapa waktu lalu. Katanya kalau cewek sudah nikah tapi pakai gelang kaki di kanan itu artinya swinger. Yang lain tidak tahu apa arti swinger. Jadi teman yang bilang pertama kali menjelaskan, swinger itu artinya sudah nikah tapi mau gituan sama orang lain. Tukaran suami/istri. Anak-anak SMA itu sebagian melongo, sebagian lagi tertawa-tawa nakal. Dari dalam mobil itu, pemandangan terlihat gelap keruh karena kaca filmnya sangat gelap. Kalau ada orang lewat, dia tidak akan bisa melihat apa yang terjadi di dalam. Tapi di tempat parkir yang sepi itu orang jarang lewat. Cuma ada dia dan Wida di dalam mobil. Wida membaca SMS yang masuk ke ponsel yang dipegang tangan kanannya. “Suamiku nanya kapan pulang. Aku jawab sebentar lagi. Kalau kamu sebentar lagi apa masih lama…”

    “…crotnya?”

    Dia mengenal Wida sebagai sosok perempuan high class, jadi mendengar Wida berbicara seperti pelacur murahan membuat penisnya yang dipegang tangan kiri Wida jadi makin keras. Wida mulai mengocoknya lebih cepat sambil menaruh HP. Dia melihat kilatan cincin kawin di tangan kanan Wida. Dia mengulurkan tangan, mau menyentuh tubuh Wida, tapi Wida menampar tangan itu.

    “Aku bilang kan tadi, jangan pegang-pegang…” kata Wida.

    Wida berhenti mengocok, membungkuk, membuka bibir merahnya, menjulurkan lidah. Setitik mani di lubang di kepala burung dijilatnya.

    “Kalau berani coba pegang lagi…” Wida menggenggam lagi HP-nya, “aku telpon suamiku, terus kubilang aku mau diperkosa sama kamu. Suamiku kenal polisi, dan tau kamu itu siapa. Ngerti, Irzan?”

    Dia, Irzan, menjawab dengan anggukan. Biarpun laki-laki, sebagai anak SMA wibawanya kalah dengan perempuan ini. Baru kali ini dia merasa terangsang sekaligus gentar.

    “Bagus,” kata Wida dengan puas sambil mulai mengocok lagi. “Kamu baru boleh nyentuh aku kalau kusuruh.” Dia lalu mengangkat tangan kanan ke depan mulut, memonyongkan sepasang bibirnya yang merah basah, dan meludah ke telapak tangannya. “Cuh!” Wida kembali mengocok penis Irzan. Terdengar bunyi becek dan Irzan merasa ada tekanan yang mulai terbentuk di dalam buah pelirnya. Dan dia cuma bisa bengong. Bengong melihat Wida memasturbasinya dengan tangan dan mulut Wida yang dekat sekali dari kejantanannya. Dan bibir indah itu pindah ke atas penisnya…

    Wida menjilat lagi mani yang menitik. Sambil terus mengocok.

    “Kita nggak punya banyak waktu, sebentar lagi Faisal datang ke sini. Jadi aku mau tanya langsung. Kamu mau masukin kontolmu ke dalam mulutku nggak?”

    Irzan kaget mendengar santainya Wida menanyakan itu. Dia menjawab terbata-bata, “I-i-iya.”

    Tampaknya Wida suka jawaban itu. Dia bangkit dan mendekatkan bibirnya ke telinga Irzan. Irzan merasakan nafas hangat Wida di telinganya selagi Wida berkata nakal, “Itu yang kamu bayangin ya Irzan? Kalau kamu ke rumahku buat ketemu Faisal? Pengen kusentuh kayak gini? Kontolmu dikocokin?” Irzan mengangguk, memang itu yang ada di dalam pikirannya sejak dia pertama kali bertemu kakak temannya itu. Wida adalah kakaknya Faisal, teman sekolahnya. Masih muda, baru 27.

    “Kamu pengen aku tempelin bibirku ke titit kamu? Pengen aku nelen batang kamu?” desis Wida di telinga Irzan.

    Lagi-lagi Irzan cuma bisa mengangguk.

    “Jawab yang benar, Irzan!” perintah Wida.

    “Iya!” sembur Irzan.

    “Iya apa?”

    “Iya… Kak Wida, tolong isep kontolku!”

    “Bagus. Gitu dong kalo jadi cowok, tegas, bilang apa yang dimauin. Satu lagi pertanyaannya. Jam berapa sekarang?”

    “Heh? Kok nanya waktu?” Irzan bingung tapi dia otomatis berusaha mencari jawabannya. Di mobil pasti ada jam digital. Dia menengok ke arah jam digital di dashboard lalu membaca angka-angka di sana.

    “Jam setengah tigGAAAHH!??”

    Wida tak menunggu jawaban dan langsung melahap kemaluan Irzan yang sedang membaca jam. Irzan menjerit kaget dan langsung menoleh ke bawah. Dan dia melihat pemandangan paling menakjubkan sepanjang hidupnya. Kepala penisnya dijepit bibir merah seksi Wida. Wida melepasnya lagi dan meninggalkan bekas lipstik di sana. Lalu Wida memasukkannya lagi dalam mulut, kali ini sampai setengah batang. Bibirnya mencengkeram erat lalu mulutnya mundur lagi. Hasilnya adalah noda merah seputar batang basah Irzan.

    “Mmmh… enak nggak Irzan?” Wida bertanya sambil menatap Irzan. Jawabannya anggukan. Wida kembali ke bawah dan kali ini mengenyot salah satu buah pelir Irzan. Disedot lalu dilepas seperti diludahkan. Kembali lipstiknya tertinggal di sana. Lalu Wida mulai menjilati seluruh permukaan batang Irzan. Tangannya menggenggam pangkal batang itu dan dia mulai menyepong. Bibirnya masih merah menyala, turun menyusuri batang, makin lama makin dekat dengan pangkal. Jarinya yang menggenggam pangkal batang ternoda merah ketika bertemu bibir itu. Di jari yang lain, cincin kawin tampak berkilat menyilaukan mata Irzan. Kepala Wida naik turun memberi kenikmatan. Irzan jadi berpikir macam-macam. Posisinya benar-benar rawan. Celananya terbuka, dan kakak temannya sedang menyepong kemaluannya. Apa yang bakal terjadi kalau ada orang yang memergoki? Tapi Irzan juga merasa dia makin tak tahan. Birahinya sudah mau meluap. Dia sedikit lagi muncrat dalam mulut Wida, dan tidak ada lagi yang dipikirkannya! Dia mulai mendesah tak karuan.

    “Agh… aah… Ungh… Ga… Tahaan!”

    Dan tiba-tiba Wida meremas penisnya yang sudah mau menembak itu!

    “Mau apa kamu, Irzan??” tantangnya.

    “NGHH!! KAK!! MAU!! CROT!!” Irzan meracau karena sudah lepas kendali.

    “Ayo crot di dalam mulutku Irzan! Crot-in mukaku! Bikin aku mandi peju!” Lalu Wida menyepong dengan ganasnya. Dia memasukkan seluruh batang itu ke mulutnya, lalu naik turun dengan cepat”

    “Aym crof ff dalmf! Crfin knfolm!” Kata-kata Wida tak kedengaran jelas lagi karena dia berusaha ngomong dengan mulut penuh.

    “Ah! Ahh!! Kak! Aku! GA TAHANNN! DI DALAM!!” Mendadak gelora kenikmatan melanda dan Irzan merasakan senjatanya mulai menembak gencar di dalam mulut Wida. Seluruh tubuh Irzan sampai melengkung dan mengejang ketika semburan demi semburan memancar kuat. Wida sepertinya menelan semuanya.

    “NGGHHHAAA!!” jerit Irzan.

    Wida mencengkeram pantat Irzan dan malah mendesakkan penis Irzan lebih jauh ke mulutnya. Semburan peju Irzan sepertinya terlalu banyak dan Wida tak cukup cepat menelannya, sehingga sebagiannya mengalir keluar. Wida lalu malah melepas kemaluan Irzan dari mulutnya dan mengocoki batang yang sedang menembak-nembak itu sambil menyemangati.

    “Ya! Ayo crot lagi! Mandiin aku pake peju!”

    Dan dua semburan berikutnya mendarat di wajahnya, lalu di rambutnya. Akhirnya semburan-semburan itu reda dan Wida menjilati sisa-sisa yang mengalir di batang Irzan. Cipratan peju ada di mana-mana, di wajah dan tangan Wida, termasuk di atas cincin kawinnya. Sesudah lega mengeluarkan simpanannya, Irzan menengok ke arah jam lagi. 15.00. Jam tiga! Dan Faisal sudah terlihat berjalan ke arah mobil bersama beberapa teman lain! Tapi Wida lebih gesit bertindak.

    “Ayo cepat pakai lagi celananya!” perintahnya, selagi dia sendiri menyambar tisu dan menyeka wajah. “Kalau sudah, cepat keluar!”

    Irzan buru-buru keluar dan bersembunyi. Tak lama kemudian Faisal, adik Wida, teman sekelasnya, sampai ke mobil Wida. Dari tempat persembunyiannya di balik semak, Irzan melihat Wida sudah bertingkah normal lagi. Dia melihat mobil itu pergi membawa Wida dan Faisal, lalu dia sendiri berjalan pulang. Di jalan, HP Irzan berbunyi. SMS. Dari Wida.

    “wiken ini jangan kemana2. jangan coli.”

    Irzan menelan ludah.

    *****

    Mundur sedikit ke belakang dalam waktu.

    Wida sebenarnya memang rada eksibisionis, jadi ketika Faisal adiknya mulai sering membawa teman-teman sekolahnya ke rumah, sisi eksibisionisnya terpancing. Meski belum tua-tua amat, Wida amat memperhatikan tubuhnya dan selalu merawat kecantikannya. Bukan demi suami; lebih karena dia sendiri menyukai kekaguman orang terhadap dirinya. Suatu hari, ketika teman-teman Faisal sedang ada di rumah, kebetulan Wida yang sedang hanya memakai kaos tanktop dan celana pendek mendekati mereka untuk menyuguhkan cemilan. Penampilannya itu membuat anak-anak SMA itu terdiam dari obrolan mereka dan melongo. Ketika Wida membungkuk untuk menaruh cemilan, dia melihat seorang teman Faisal yang berada di depannya tidak bisa tidak menatap dengan penuh nafsu ke arah buah dadanya yang menggantung di balik baju. Perempuan normal mestinya kaget dan marah tapi Wida merasa sesuatu yang beda. Dia malah berlama-lama membungkuk, memberi tontonan gratis kepada remaja itu. Dan dia memperhatikan, tanpa sadar tangan teman Faisal itu bergerak menyentuh selangkangan celananya sendiri. Sesudah selesai, Wida kembali ke kamarnya, mendapati kemaluannya basah karena terangsang, lalu bermasturbasi sampai orgasme. Teman Faisal itu adalah Irzan. Dan pengalaman pertama itu membuat Wida kecanduan, sehingga selanjutnya dia sering sengaja pamer tubuh kepada teman-teman Faisal. Suaminya biasanya tak di rumah ketika siang, jadi dia leluasa beraksi. Tiap dia melihat atau mendengar teman-teman Irzan sudah datang dan meramaikan rumah, cairan kewanitaannya terpancing mengalir. Lalu dia pun akan menuju lemari baju, memilih satu baju seksi yang mengumbar belahan dadanya atau paha mulusnya atau bagian lain tubuhnya. Tak lupa memakai make-up untuk menambah daya tariknya. Dan dia kemudian bakal mencari-cari alasan untuk berjalan ke tengah mereka, entah itu membawakan cemilan, minum, mengambil HP yang kebetulan ada di tempat mereka duduk, bicara dengan Faisal, atau semacamnya. Dia menikmati ketika ekspresi wajah mereka berubah mesum, lalu mereka terdiam malu-malu karena tak bisa menghindar dari memelototi keseksiannya.

    Sekali waktu, Wida berada di kamar saja, tidak menghampiri teman-teman Faisal. Tapi dia telanjang, duduk di depan meja rias dekat pintu, dan sengaja membuka pintu. Sebenarnya posisi pintu kamarnya tidak dekat dengan ruang tengah tempat Faisal dan teman-temannya biasa duduk, tapi kalau ada yang mau ke kamar mandi, pasti akan melewati pintu kamar Wida. Dari beberapa orang yang perlu ke kamar mandi, satu cukup iseng untuk mengintip ke celah pintu yang terbuka dan mendapat rezeki nomplok melihat tubuh telanjang Wida. Lagi-lagi, dia Irzan. Cukup lama Irzan berdiri termangu di depan pintu terbuka sampai Wida menengok ke arahnya, memergoki. Irzan yang ketahuan buru-buru kembali ke depan, diiringi tawa cekikikan puas Wida. Sesudahnya Wida menghampiri mereka dengan bersikap biasa seolah tak terjadi apa-apa, tapi dia sengaja memandangi Irzan dan melempar senyum mesum. Irzan serba salah. Malamnya Wida bercinta dengan suaminya sambil membayangkan teman-teman Faisal berdiri di seputar tempat tidur, menonton. Itu membuat dia orgasme duluan sebelum suaminya. Besok-besoknya, dia sempat menceletuk kepada teman-teman Faisal, terutama Irzan, bahwa dia sudah menganggap mereka adik-adiknya sendiri dan mereka “boleh mampir kapan saja” dan dia senang “bisa menghibur mereka”. Kata-kata bersayap, jaring yang ditebar. Mereka semua menyambut baik keramahan Wida itu. Tapi yang menanggapi serius hanya satu, Irzan.

    *****

    Kejadiannya dimulai pada suatu siang, ketika Irzan datang sendirian membawa sepeda motor ke rumah Faisal. Kebetulan Faisal pergi bersama teman-teman lain, tapi Irzan tidak tahu. Jadi dia hanya bertemu Wida.

    “Faisal barusan jalan main futsal sama yang lain,” kata Wida. “Mau nyusul?”“Nggak ah Kak, lagi males,” kata Irzan. “Yaudah, aku mau pulang aja ya.”

    “Eeeh tunggu, Irzan,” Wida menahan Irzan. “Kamu bawa motor kan? Kakak mau minta tolong boleh?”

    “Boleh Kak. Ada perlu apa nih?” Irzan sumringah.

    “Kakak sebenarnya mau ke salon, mau facial, tapi malas nyetir ke sana. Gimana kalau kamu yang nganterin Kakak ke sana pake motor?”

    “Apa sih yang ga bisa buat Kakak,” Irzan menggombal.

    “Kalau gitu tunggu sebentar ya.” Wida masuk kamar sebentar untuk bersiap, lalu keluar lagi.

    Dia mengenakan tanktop gombrong hitam dan celana pendek, lalu memakai jaket. Wajahnya tak dirias dan rambutnya digerai biasa. Lalu dia naik ke boncengan motor Irzan dan mereka berangkat. Sepanjang jalan Irzan tidak konsentrasi karena hidungnya diserang wangi tubuh dan parfum Wida yang terus merapat ke tubuhnya. Apalagi Wida tak segan-segan merangkul Irzan. Wida bilang Faisal baru mau pulang sore. Masih lama. Main futsal minimal 2 jam, belum istirahat makan-minum dan nongkrongnya. Dan Irzan terbuai nada suara Wida yang genit menggoda. Sampai di salon, Wida kemudian bertanya ke Irzan.

    “Mau pulang… apa kamu mau nungguin Kakak?”

    “…Aku tungguin aja deh kak, ga ada acara juga siang ini.”

    “Kamu baik deh. Nanti Kakak kasih hadiah~!” celetuk Wida genit sambil memasuki salon.

    Saat itu juga Irzan memperhatikan gelang kaki yang bergemerincing di pergelangan Wida.

    *****

    Salon yang didatangi Wida itu bukan salon kecil murahan. Menengah atas. Mungkin perawatan di sana bernilai ratusan ribu rupiah, pikir Irzan. Tidak heran, keluarga Faisal dan Wida tergolong mampu. Satu jam kemudian Wida keluar dari salon. Wajahnya kemerahan, bekas facial.

    “Lama ya nunggunya? Ayo kita pulang,” ajak Wida.

    Sepanjang perjalanan pulang, Irzan kembali merasa Wida merangkul erat tubuhnya. Dan rangkulannya… di perut. Seiring berjalannya motor, makin lama makin turun. Irzan terangsang dan ereksi. Mungkin Wida juga menyadari itu. Sesampainya di rumah, Wida meminta Irzan jangan langsung pergi. Faisal dan teman-teman yang lain belum muncul.

    “Ada yang mau Kakak tanya, tapi tunggu sebentar ya? Duduk aja dulu.”

    Irzan kemudian duduk sendirian di ruang tengah rumah besar itu, sementara Wida menghilang ke kamarnya. Tak lama kemudian Wida kembali lagi membawa beberapa barang tipis.

    “Kamu tahu ini apa kan?” Wida duduk di sebelah Irzan dan menunjukkan beberapa DVD yang sampulnya bergambar perempuan seksi.

    “Ehm… iya?” Irzan bingung.

    “Ini Kakak sita dari Faisal. Tapi dia bilang ini punya temannya. Punya kamu bukan?”

    “Bukan… Ga tau punya siapa. Punya Putra atau Endi kali’?” kata Irzan. “Yang paling suka beginian tuh anak dua.”

    “Udah mulai nakal ya kalian… Emangnya apa sih yang ditonton dari filem kayak gini? Kakak pengen tau. Ayo kita lihat.”

    “Hah? Eh tapi Kak Wida…”

    Koleksi Cerita Ngentot ABG | Sebelum Irzan bereaksi, Wida sudah menyalakan DVD player dan memasukkan salah satu DVD porno itu. Sebenarnya DVD itu bukan diambil dari Faisal, melainkan koleksi Wida dan suaminya. Wida memang mau mengerjai Irzan. Irzan mau bangun untuk pergi, tapi Wida memegangi lengannya. Jadilah dia terpaksa ikut menyaksikan. Irzan sendiri belum pernah melihat film porno yang sedang tayang di layar TV itu, walaupun dia sudah familiar dengan materi pornografi.

    “Waah, ternyata kalian sukanya yang kayak gini yaa… Yang ceweknya lebih tua?”

    Film yang ditayangkan memang berskenario seperti itu, aktris pornonya berperan sebagai ibu rumah tangga yang menggoda teman anaknya. Meski tidak muda, si aktris tetap tampak glamor dan seksi dengan rambut pirang, kalung mutiara, bra berenda, dan lipstik pink tebal. Dan Irzan baru memperhatikan bahwa bibir Wida sudah bersaput lipstik pink juga. Di TV, bibir berwarna sama sedang mengulum penis. Irzan merasa kemaluannya sendiri mengeras dan… digerayangi.

    “Hmmm…” gumam Wida. “Kok ini jadi keras…? Gara-gara nonton itu ya?”

    “Uhhh… Kak…” Irzan tidak berani berbuat apa-apa ketika Wida membuka resleting celananya.

    Tangan Wida terus beraksi menurunkan celana dalamnya dan akhirnya kulit bertemu kulit, tangan bertemu batang. Irzan seperti kesetrum ketika merasakan itu. Elusan tangan Wida menggodanya.

    “Dasar cowok… Zan, kamu pernah coli nggak~?” tanya Wida nakal.

    “Ngh… per… nah…” Irzan menjawab sambil menahan nafsu. Wida terus menggodanya.

    “Kalau dicoli’in?”

    “Be… bel… lum…”

    Tayangan film porno menampilkan si aktris menerima ejakulasi lawan mainnya di wajah.

    “Kamu lihat kan… tuh dia dicoli’in sama ibunya temennya… Tante-tante aja bisa bikin ngaceng kayak gitu… Kamu ngaceng juga ngelihat dia?…”

    Irzan sudah meracau tak jelas.

    “Kamu ngaceng ngelihat aku?”

    “NGHHH!!” Jawabannya adalah semburan mani yang hebat dari kejantanan Irzan.

    Irzan jelas merasa keenakan dengan orgasme itu. Sekaligus bingung dan sedikit takut. Tapi yang terlihat lebih puas adalah Wida.

    “Iihh. Banyak dan kentel peju kamu. Pasti udah lama gak crot.”

    Irzan cuma melongo bego. Wida memain-mainkan cairan kental yang mengotori jarinya itu, bahkan menjilatnya.

    “Enak?” tanya Wida.

    “Iiyah,” jawab Irzan pendek.

    “Mau lagi?”

    “…” Irzan tidak berani menjawab yang itu.

    “Kalau kamu mau lagi, mulai sekarang kamu harus ikut apa kata Kakak ya. Sekarang… cepat pulang. Faisal pasti sebentar lagi datang. Ayo sana!”

    Irzan buru-buru membetulkan pakaiannya dan bergegas keluar. Wida mengantarnya keluar dengan senyum nakal.

    ######

    Sesudah itu, Irzan dan Wida beberapa kali lagi bertemu berduaan saja, paling sering di rumah Wida sendiri, kalau sedang tak ada orang. Irzan sendiri tetap nongkrong bareng Faisal dan Wida tetap kadang tampil di depan mereka, tapi tidak ada yang tahu hubungan mereka. Yang dilakukan tetap sebatas Wida memasturbasi Irzan, dengan tangan, dan satu kali dengan kaki. Adegan di atas, pada waktu Wida mau menjemput Faisal dengan mobil dan Irzan menemuinya, adalah pertama kalinya Wida memberi oral seks kepada Irzan. Mereka berdua belum pernah berhubungan seks biasa. Walaupun Irzan penasaran dan dia sudah berkali-kali digoda oleh Wida, kakak temannya itu selalu membuatnya tak berdaya dan tak mampu meminta lebih. Namun lama-lama Irzan gemas juga. Makin hari dia makin ingin melampiaskan nafsunya kepada perempuan penggoda itu.

    *****

    Kejadiannya pada suatu siang. Irzan bersimbah keringat dingin. Di depannya, Wida akhirnya berhenti meronta dan telentang pasrah. Pergelangan tangannya terikat, wajahnya terlihat gentar.

    “Kamu kenapa gini, Zan… Kenapa kamu giniin Kakak?” tanya Wida.

    Saat itu kakak teman Irzan itu mengenakan babydoll tipis. Irzan mengangkang di atas paha Wida yang terbaring di ranjangnya.

    “Kenapa? Kakak ga pernah berhenti godain aku… Aku sudah ga tahan!” seru Irzan gusar.

    Tangannya menjamah payudara kanan Wida dan meremasnya. “Sekarang Kakak ga bisa ngelarang aku lagi…”

    Tadi, ketika dia baru datang, seperti biasa Wida menggoda dan mempermainkannya… tapi kali ini muncul keberaniannya untuk melawan dan meringkus Wida. Irzan lebih besar dan kuat, jadi tidak sulit untuknya. Dia juga menemukan tali yang dipakainya mengikat kedua pergelangan tangan Wida ke ranjang.

    “Sekarang kita main semauku,” kata Irzan dingin.

    Dia menyingkap baju Wida, mengungkap sepasang payudaranya. Lalu dia sendiri memelorotkan celana dan memamerkan penis ereksinya di depan mata Wida yang melotot.

    “Ayo Kak. Kakak suka kontolku kan?” suruh Irzan. Dia merangsek maju, mencengkeram kepala Wida, dan memaksa Wida mengoral kemaluannya.

    “Ah? Afhmmm!!” keluh Wida yang tiba-tiba mesti melahap rudal.

    “Sekarang ayo isep kontolku! Enak kan Kak? Enak?” seru Irzan, puas.

    “Ahpf! Nn!!” Mata Wida sampai berkaca-kaca karena kasarnya sodokan Irzan.

    Tiba-tiba Wida merasa jari-jari Irzan merambah kemaluannya. Mereka berdua cukup sering nonton film porno bersama sehingga Irzan sekarang tahu berbagai macam aksi seks.

    “Kakak dientot bibirnya kok memeknya basah? Suka ya dibegini’in?” tuduh Irzan. “Kalau gitu pasti suka minum peju juga kan? HnghhH!!”

    Penis Irzan meledak dalam mulut Wida, menyemburkan cairan peju. Sampai tumpah sebagian keluar, barulah Irzan menarik keluar kejantanannya dari sana.

    “Ehh… Auh…” Wida mengambil nafas.

    Tapi Irzan belum puas, dia melihat ada satu lagi tempat untuk melampiaskan nafsunya.

    “Kak Wida,” kata Irzan, “Yang di bawah itu pengen dimasukin juga ya?”

    Dia menarik Wida supaya berposisi duduk lalu pindah ke belakang Wida. Dia sudah cukup sering disuruh-suruh Wida dan dia ingin membalas. Kini tangan kanannya merogoh ke selangkangan Wida dan mencubiti klitoris Wida. Tangan satunya lagi memegangi ikatan tangan Wida agar tak menghalangi.

    “Kalau Kak Wida mau, ayo bilang. Bilang Kak Wida pengen.

    “Oh! Ooh! Ihh!” Wida mengerang-erang keenakan karena klitorisnya dimainkan.

    “Mauuhh… ihh… uhh…” pinta Wida.

    “Bilang yang jelas… Yang keras!” perintah Irzan.

    “Masukin… masukin kontolmu ke memek Kakak…” kata Wida.

    Cerita Ngentot ABG | Irzan langsung mendorong Wida sehingga berposisi nungging. Di belakang pantat yang menggoda itu Irzan menahan nafas, memegangi penisnya yang keras… Dia sudah cukup sering menonton di film, sekarang dia akan mencobanya sendiri. Zrepp…Irzan merasakan hangat basahnya liang kewanitaan Wida untuk pertama kali. Perempuan itu merintih-rintih ditusuk kejantanan Irzan dari belakang, dan Irzan memasukinya makin dalam sampai tak bisa maju lagi. Lalu dia mulai menggenjot.

    “Ahn! Ah! Enak…!” Wida jelas-jelas menikmati perlakuan Irzan, biarpun sebenarnya dia dipaksa oleh Irzan. “Dalem banget… zan! Enakh…! Ah!”

    “Kakak suka kan?! Ngentot sama aku enak kan!” kata Irzan dengan gemas sambil dia menancap-nancapkan senjatanya ke liang kenikmatan itu.

    “Ahh! Iyaa! Suka! Suka kontol Irzaann!” Wida sudah menyerahkan tubuhnya untuk diapakan saja oleh teman adiknya itu. “Enak! Nghh! Aduh ga tahan! Mau… mauu…”

    “AA~HHH!!” Jerit panjang Wida dan tubuhnya yang menegang karena orgasme lalu bergetar mengagetkan Irzan, yang kemudian kehilangan kendali juga dan ikut berorgasme di dalam vagina Wida.

    *****

    “Hmm!” Wida yang bangkit lebih awal sesudah keduanya ambruk kelelahan, wajahnya terlihat ceria. Irzan bingung.

    “Hihihi, nggak kira kamu bisa kasar juga akhirnya! Tau nggak, enak tuh dientot paksa kayak tadi. Pancinganku berhasil juga,” kata Wida. Irzan bengong. Rupanya selama ini Wida memancing-mancing dia supaya dia tak tahan dan berbuat kelewatan.

    “Kapan-kapan kamu harus bisa ganas seperti tadi ya Zan?” kata Wida sambil mencium pipi Irzan dengan genit.

    Irzan cuma bisa melengos. Pada akhirnya dia tetap jadi mainan…

  • Cerita Seks Bercinta Dengan Pacar Perawan Masih Polos

    Cerita Seks Bercinta Dengan Pacar Perawan Masih Polos


    773 views

    Perawanku – Cerita Sex Bercinta Dengan Pacar Perawan Masih Polos, Sore itu waktu aku sampe dikantor aku disuruh leader ku untuk fotokopi, naah beranjaklah aku ke tempat fotokopi disebelah perusahaanku tersebut. Saat sampai di tempat fotokopi tersebut ada pemandangan yang gak biasa aku lihat yaitu sosok gadis seksi dengan paras lumayan cantik dan body yang sangat aduhai. Ternyata gadis itu adalah kariawan fotokopi tersebut. Pertama aku berlagak biasa saja walaupun sebenarnya aku ingin kenalan sama gadis itu. Setelah aku selesai fotokopi aku kembali ke kantor dengan rasa penasaran siapa cewek itu sebenarnya.

    Keesokan harinya aku kembali ke tempat fotokopi tersebut berniat untuk mengajak kenalan gadis tersebut tapi dengan modus aku fotokopi. Dan tak kusangka ternyata gadis itu judes, aku mengajaknya berbicara tapi gadis itu diam saja. Kemudian timbulah dalam fikiranku untuk bias menikmati tubuhnya yang seksi tersebut.

    Beberapa hari kemudian aku bertanya pada teman kantorku ternyata ada yang kenal dengan pegawai fotokopi tersebut kemudian aku meminta no hp dan pin bbm nya. Ternyata gadis itu namanya Shintya, umurnya sekitar 20tahunan. Lalu aku langsung nginvite bbm nya dan tak lama ternyata bbmku langsung diterimanya, tapi aku mebiarkannya saja dulu.

    Suatu malam di bbm nya shintya memasang foto yang cantik banget kemudian aku mencoba menggodanya dengan bbm dan ternyata tak kuduga gadis itu membalas bbm ku dengan baik. Aku lantas berfikir ternyata gadis ini enggak judes, mungkin aja belum kenal maka terliat judes.

    Setelah beberpa hari aku bbm’an dengan shintya aku beranikan diri untuk mengajaknya makan siang dan diapun ternyata mau. Lalu akumenjemputnya ditempat ia bekerja lalu aku menuju suatu rumah makan sederhana. Sambil makan aku bertanya “apa gak ada yang marah niiih kalo kita makan berdua gini”, “aaahh gak ada orang aku jomblo kok mas” jawab shintya. Dalam hati aku berkata yes aku ada kesempatan. Selang 20 menitan kita selesai maan lalu aku mengantarnya kembali ketempatnya bekerja dan akupun kembali bekerja.

    Seminggu kemudian waktu malam minggu aku mengajaknya keluar untuk makan malam.aq mengajaknya disebuah cafe didaerahku. Aku bertekat untuk menyatakan perasaanku kepadanya malam itu entah diterima atau tidak. Disela-sela makan aku bercanda dengannya seolah kita sudah akrab lama. Obrolanpun aku juruskan menuju pernyataan cintaku padanya. Seleai makan tepatnya sebelum pulang aku menyatakan perasaanku padanya dan diapun diam sejenak mendengarkan pernyataanku tersebut. Akupun berfikir “waaah aku pasti bakal ditolak” dan ternyata tak sesuai dugaanku shintya pun menerima cintaku. Perasaanku sangat bahagia sekali.

    Setelah shintya menerima cintaku akupun lantas mengantarnya pulang. Sesampainya dirumahnya terlihat rumahnya sangat sepi. Ternyata dia hanya tinggal dirumah berdua sama neneknya karena kedua orangtuanya berada diluar jawa untuk bekerja. Aku sampai dirumahnya sekitar jam 9 malam belum malam-malam banget siih tapi aku memutuskan untuk berpamitan pulang, tapi ketika aku berpamitan untuk pulang ternyata shintya malah menahanku untuk tidak pulang dulu, dia meminta agar aku menemaninya sebentar karena ternyata neneknya sedang ada drumah om nya tidak jauh dari tempat tinggal shintya.

    “Timbulah pikiran kotorku siapa tau aku bias langsung menikmati tubuh shintya”. Akupun mengiyakan permintaan shintya dan menemaninya. Gurauan dan candaan pun menghiasi obrolan kita sampai2 tak sengaja tanganku mengenai payudaranya. Langsung candaan kita berhenti dan kita saling bertatap muka. Tanpa berpikir panjang aku langsung mendekatkan wajahku kewajah shintya dan tak kusangka ternyata dia hanya diam saja seaakan memberi tanda untuk aku segera menciumnya. Tak lama aku langsung mencium bibirnya, diapun membalas ciumanku dengan mesra. Lidahku mulai bergerilya didalam rongga mulutnya diapun membalas lidahku. Kita saling menikmati ciuman tersebut.

    Tak lama tanganku mulai memegang payudaranya dan diapun diam saja, aku lalu meremas-remas payudranya yang kutaksir sekitar 36 itu. Kurasakan penisku mulai tegang. Ciumanku mulai sampai keleher shintya, aku sengaja membuatnya terangsang. Sambil berciuman aku memasukan tanganku untuk masuk kedalam kaosnya, dan masuklah tanganku. Besar sekali rasa payudaranya saat kupegang. Diapun mulai mendesis pelan. Aku semakin bernafsu, kupegang tangannya dan kuarahkan kepenisku yang sudah sangat keras sekali. Dengan tanpa kusuruh tanganya pun mulai meremas penisku.

    Setelah kurasa kita berdua terangsang aku mulai membuka kaos yang dia kenakan dan bra merah yg dia pakai, aq menjilati putting susunya dia mulai merintih keenakan terus tanganku juga mulai masuk kedalam celananya mengobok-ngobok memknya dengan jariku. Shintya lalu membuka resetlingku dan mengeluarkan penisku dari celana dan dengan ganasnya diapun langsung mengulum penisku. Aku merasakan sangat nikmat sekali. Akupun membiarkanya menikmati penisku yang besar itu.

    Cerita Seks Bercinta Dengan Pacar Perawan Masih Polos

    Cerita Seks Bercinta Dengan Pacar Perawan Masih Polos

    Setelah sekitar 5 menit shintya mengulum penisku, aku membuka celana dan celana dalam nya lalu aku rebahkan dia disofa. Perlahan aku mulai masukkan penisku kedalam memeknya “Bleeeeesssss” penisku masuk liang senggamanya. Aku memaju mundurkan pelan-pelan.

    “Aaaaahhhhhh….Aaaahhhhhh….” desah shintya. Aku terus memompanya “Plooook…Ploook…Ploook…”. Aq pandang wajah shintya dia sangat menikmatinya. Setelah beberapa menit aku menarik tangannya dan meminta dia diatasku, diapun menurutinya. Dia terus bergoyang memainkan perannya diatas. Tak lama dia bergoyang shintya berteriak lirih “Say…Saayyyaaank…Aku keluuuaaarr…” akhirnya dia orgasme untuk yang pertama.

    Setelah aku merasa bosan dengan gaya itu lalu memintanya untuk nungging, kumasukkan lagi penisku yang keras itu kedalam memeknya dari belakang. Kusodok secara cepat (aku berfikir agar aku segera keluar sebelum nenknya pulang). Shintya merintih “Aaaahhhh….Sayank..pelaan pelaaaan” tapi aku tidak mempedulikannya aku terus menyodoknya dari belakang secara cepat sehingga terdengar suara “ploooook…plooook…plooook” sangat keras..

    Kurang lebih 10 menit aku menyodoknya dari belakang, aku merasakan badanku bergetar, aku merasa melayang sampai terasa di ubun-ubunku. Dan akhirnya “Crrooooottt…..Crooottthhh….Croootttttt…” tak terkira berapa kali aku menyemprot liang rahimnya dan aku membiarkan sejenak penisku tertancap di memeknya. Setelah itu kita saling berpakaian, kita membersihkan badan kita hanya dengan tisu yang ada dimeja tamu.

    Setelah kita berpakaian aku melihat wajah shintya terdiam murung, kemudian aku bertanya.

    “kamu kenapa sayank”
    “kenapa tadi keluarkan didalam,nanti kalo aku hamil gimana” jawab shintya
    “gak papa sayank,kn Cuma sekali,besok-besok nggak aku keluarkan didalam lagi deeh” jawabku meyakinkannya
    “pokoknya kalau aku hamil kamu harus bertanggung jawab” cetus shintya
    “iya sayank, aku pasti tanggung jawab kok” jawabku agar shintya merasa tenang
    “janji ya” shintya meminta janji
    “iya janji sayank” jawabku sambil mengecup keningnya.

    Tak berapalama neneknya pulang diantar om nya, dan aku berjabat tangan sambil aku berpamitan untuk pulang. Dan sesudah kejadian malam itu aku dan shintya sering melakukan hubungan intim, baik dirumahku waktu rumahku sepi, baik dirumah shintya, kadang week end kalau gak ada tempat kita juga kehotel untuk melampiaskan birahi kita berdua.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Ketika Duda Dan Janda Bertemu Dalam Nafsu

    Cerita Sex Ketika Duda Dan Janda Bertemu Dalam Nafsu


    820 views

    Perawanku – Cerita Sex Ketika Duda Dan Janda Bertemu Dalam Nafsu, Tak pernah sekalipun terlintas dalam pikiranku kalau akhirnya aku harus menjadi seorang duda. Bagiku kehidupan perkawinan yang kulalui selama ini didasarkan atas rasa cinta. Aku mencintai istriku, begitu pula ia juga mencintaiku. Tapi ternyata cinta saja tak cukup untuk membina sebuah rumah tangga yang bahagia.

    Menginjak tahun ketiga usia perkawinanku, keutuhan rumah tanggaku mulai goyah. Apalagi sejak kelahiran anak kami yang kedua yang hanya berselang setahun dengan anak kami yang pertama. Aku memang sepakat dengan istriku untuk berproduksi secepatnya dan akan sedikit repot di awal-awal tahun perkawinan untuk membesarkan anak-anak dan setelah itu kami baru akan konsentrasi untuk karir, cari uang dan tujuan hidup yang lainnya.

    Namun rupanya rencana tak berjalan seperti yang kami harapkan. Istriku terpaksa harus keluar dari kantornya yang bangkrut akibat krismon. Padahal kelahiran anak keduaku bagaimanapun cukup menambah pengeluaran kami. Sehingga aku terpaksa bekerja lebih keras, meskipun saat itu aku sudah menjadi wakil manajer di perusahaanku. Aku mulai kembali mengajar di beberapa perguruan dan akademi swasta, seperti yang pernah kulakukan pada saat belum berkeluarga dulu. Di sinilah masalah keluarga mulai muncul. Beberapa bulan menganggur, istriku mulai uring-uringan dan kelihatan tertekan. Sementara aku harus sering pulang larut malam, karena aku tidak hanya sibuk mengajar, tetapi juga mulai aktif dipanggil sebagai pembicara di beberapa pertemuan-pertemuan bisnis.

    Kondisi seperti itu berlangsung hampir satu tahun. Entah sudah berapa puluh kali aku bertengkar dengan istriku. Dari masalah yang sepele hingga masalah yang berkaitan dengan urusan ranjang. Istriku kurasakan mulai dingin dan tak jarang menolak bila kuajak berhubungan intim. Sikapnya juga mulai aneh. Beberapa kali aku menemui rumah dalam keadaan kosong karena istriku pergi dan menginap di rumah orang tuanya bersama anak-anakku. Kadang ia berada di sana selama satu minggu, meskipun aku sudah menyusulnya dan mengajaknya untuk pulang.

    Singkat cerita, setelah kurang lebih satu setengah tahun kondisi seperti itu berlangsung terus menerus, istriku akhirnya meminta cerai. Aku kaget dan tak pernah menduga ia akan melakukan itu padaku. Sulit bagiku untuk membujuk dan mengajaknya bicara secara baik-baik. Bahkan kedua orang tua kami sampai ikut campur mendamaikan. Akhirnya dengan berat hati aku harus berpisah dengan istri dan kedua anakku. Pupuslah sudah angan-anganku membentuk Keluarga yang Bahagia. Ada tiga bulan aku seperti orang linglung menghadapi cobaan itu. Aku stres berat. Bahkan sempat hampir masuk rumah sakit.

    Aku mendapatkan hak untuk menempati rumah kami. Tapi anak-anak ikut istriku yang kini tinggal dengan orang tuanya. Sesekali aku menemui mereka, karena anak-anakku masih kecil dan tetap perlu figur seorang ayah.

    Kurang lebih setahun setelah perceraianku, aku mulai menjalin hubungan lagi dengan seorang wanita. Maryati namanya, seorang janda tanpa anak. Perkenalan kami terjadi sewaktu aku terlibat dalam sebuah kepanitiaan temu bisnis yang diadakan sebuah perusahaan terkemuka di ibu kota. Pertemuan demi pertemuan dan pembicaraan-pembicaraan di telepon akhirnya berkembang menjadi acara kencan bagi kami berdua.

    Rasa kesepian yang selama ini kualami seperti mendapat obatnya. Maryati memang seorang yang wanita yang menarik dan menyenangkan bagi siapa pun laki-laki yang mengenal dia. Entah kenapa ia memilihku. Mungkin kami sama-sama berstatus cerai. Tapi ternyata ia punya alasan lain. Menurutnya ia menyukaiku karena aku orangnya kalem tapi terlihat matang, dan menurutnya lagi, wajahku ganteng dan ia suka dengan laki-laki yang berkumis sepertiku. Komentar yang terakhir itu hampir sama dengan yang pernah disampaikan oleh mantan istriku waktu kami pacaran dulu.

    Sebagai laki-laki normal, terus terang di samping tertarik pada personalitasnya, aku juga tertarik secara seksual dengan Dik Mar (demikian aku biasa memanggil Maryati, sementara ia biasa memanggilku Mas Is, kependekan dari namaku, Iskandar). Selama menduda, kehidupan seksualku memang cukup menjadi suatu masalah bagiku. Karena aku bukan tipe yang bisa main dengan sembarang orang, karena aku takut dengan berbagai risiko yang nanti bisa menimpaku. Meskipun kuakui sekali dua kali aku terpaksa melacur. Tapi jarang sekali aku melakukannya dan bisa dihitung dengan jari. Itu pun kulakukan dengan penuh perhitungan dan hati-hati. Terus terang selama ini aku lebih banyak menyalurkan hasrat seksualku dengan cara onani sambil lihat BF atau majalah porno yang kumiliki.

    Maka ketika aku mengenal Maryati, dan semakin mengenalnya lebih jauh lagi, serta merasa yakin dengan siapa aku menjalin hubungan, aku tak sungkan-sungkan lagi menyatakan kesukaanku padanya. Statusnya yang janda secara psikologis membuatku lebih berani untuk berbicara dan bersikap lebih terbuka dalam beberapa hal yang sensitif, termasuk masalah seks. Dan seperti sudah kuduga semula, Maryati meresponku dengan baik.

    Kami pertama kali melakukan hubungan intim di sebuah hotel di daerah Puncak. Aku yang mengajaknya. Meskipun semula ia menolak ajakanku dengan halus, tapi akhirnya aku berhasil mengajaknya bermalam di Puncak.

    Pagi itu kami berangkat dari Jakarta sekitar jam 9 pagi. Selama perjalanan kami mengobrol dan bercanda tentang berbagai hal, bahkan kadang-kadang menyerempet ke masalah-masalah yang intim, karena kami sadar bahwa kepergian kami ke Puncak memang untuk itu. Begitu tiba di dalam kamar hotel, tubuh Maryati langsung kudekap dan kuciumi ia dengan mesra. Ia membalasku dengan ciuman yang tak kalah hangatnya. Cukup lama kami berciuman dalam posisi berdiri. Senjataku pun sudah lama berdiri sejak mulai masuk lobby hotel tadi, karena terus membayangkan kejadian yang bakal terjadi.

    Dadaku terasa berdegup keras sekali. Kurasakan pula debaran jantung Maryati pada tanganku yang merayap-rayap di sekitar dadanya. Memang baru pertama kali inilah kami berbuat agak jauh. Bahkan bisa dipastikan kami akan lebih jauh lagi.

    Selama ini kami hanya sebatas berciuman. Itupun baru kami lakukan sebanyak dua kali dan dalam suasana yang tidak mendukung. Yang pertama terjadi di gedung bioskop dan yang kedua waktu aku mampir ke kantornya dan sempat masuk ke ruang kerjanya. Sehingga pada kedua kesempatan itu kami tak leluasa untuk saling menjamah.

    Tapi kali ini, kami bisa saling menyentuh, meremas dan melakukan apa saja dengan bebasnya. Tanganku berulang-ulang meremas gemas bongkahan pantatnya, karena bagian tubuhnya itulah yang selama ini paling kusukai tapi paling sulit kujamah. Sedangkan ia asyik menelusuri dadaku dan mengusap-usap bulu yang tumbuh lebat di sana. Barangkali bagian tubuhku itulah yang selama ini disukainya tapi sulit disentuhnya. Dia memang pernah mengomentari tentang bulu dadaku yang memang bisa terlihat jelas bila aku memakai kemeja biasa.

    Siang itu kami akhirnya melakukan sesuatu yang sudah lama kami pendam. Terus terang kami melakukannya dengan terburu-buru dan cepat. Bahkan pakaian tak sempat kami buka semua. Maryati masih mengenakan rok dan blusnya. Hanya saja blusnya sudah terbuka, demikian pula dengan BH-nya, sudah terkuak dan menonjolkan isinya yang bulat padat itu. Sementara rok hitamnya sudah kutarik ke atas pinggangnya dan celana dalamnya sudah kulepas sejak dari tadi. Aku sendiri masih berpakaian lengkap, hanya beberapa kancing bajuku sudah terlepas bahkan ada yang copot direnggut oleh tangan Maryati. Sedangkan celana jeans dan celana dalamku tak sempat lagi kulepas, hanya ikat pinggang dan ritsluitingnya saja yang kubuka. Sehingga batang kemaluanku bisa langsung kujulurkan begitu saja dari celana dalamku yang juga tak sempat kulepas.

    Segera Maryati kutelentangkan di atas ranjang dan aku langsung melakukan penetrasi. Tanpa ba bi Bu lagi aku segera tancap gas. Menusuk sedalam-dalamnya dan mulai menggenjotnya.

    Kami berdua seperti balas dendam. Segera ingin mencapai puncak. Suara erangan dan lenguhan terdengar bersahutan dengan nafas kami yang saling memburu. Kami benar-benar bermain agak liar. Mungkin karena sudah lama saling memendam birahi. Sehingga saat itu kami lebih tepat disebut sedang bermain seks daripada bermain cinta.

    Akhirnya permainan kami selesaikan dengan cepat. Kami tak sempat melakukan variasi atau posisi gaya yang macam-macam. Cukup gaya konvensional saja. Yang penting kami berdua bisa mencapai puncak kenikmatan. Maka begitu Maryati sudah mendapat orgasmenya, aku langsung menggenjotnya dengan semangat dan tak lama kemudian aku pun mengerang seiring dengan muncratnya cairan kenikmatan dari batang kemaluanku dalam tubuhnya, berkali-kali.

    Aku lalu merebahkan badanku memeluk tubuh Maryati dengan nafas tersengal-sengal. Ia membalasku dengan mengusap-usap rambutku dan menciumi kepalaku. Kami lalu berciuman dengan lumatnya.
    “Aku mandi dulu ya Mas..” tiba-tiba Maryati melepas pagutannya dan beranjak dari posisi telentangnya.

    Sebenarnya aku masih ingin berdekapan. Tapi segera kuikuti langkahnya menuju kamar mandi. Kulihat ia mulai melepas sisa pakaiannya. Aku memandangnya sambil bersandar pada pintu kamar mandi. Bibirnya terus tersenyum membalas pandanganku yang terus lekat selama ia melepas pakaiannya satu persatu. Sementara aku melongo menyaksikan striptease gratis di depanku. Sampai akhirnya ia benar-benar bertelanjang bulat.

    Baru kali ini aku melihat tubuhnya dalam keadaan benar-benar polos. Selama ini aku hanya bisa membayangkan bagian-bagian tertentu dari tubuhnya. Kini aku bisa melihat semuanya. Terpampang jelas.
    “Mau gabung?” katanya menggoda. Dan aku memang tergoda. Langsung kucopot pakaianku yang sebagian besar sudah setengah terbuka lalu sengaja kusisakan celana dalam saja. Aku langsung menuju ke arahnya. Lalu kembali kami berciuman. Tangannya langsung meremas-remas milikku yang sudah agak lemas dan masih terbungkus celana dalam itu. Sementara aku pun sibuk memainkan puting susunya dengan jari-jariku. Permainan seperti ini sebenarnya pernah kami lakukan. Hanya bedanya kali ini kami melakukannya dalam keadaan tubuh telanjang.

    “Mas..” bisiknya di sela-sela acara saling memagut dan meremas.
    “Ya, sayang?” balasku.
    “Sudah kuduga, punya Mas Iskandar pasti gede.”
    “O ya?”
    “Ya”, sambil tangannya meremas kuat milikku. Aku mengerang tertahan, enak.
    “Aku juga sudah menduga..” kataku sambil mengarahkan jariku ke sela-sela pahanya.
    “Apa?” tanyanya.
    “Punya Dik Mar pasti legit..”
    “Kayak apa sih yang dibilang legit itu?”
    “Ya kayak tadi”, jawabku sambil menusukkan jari tengahku ke celah bibir kemaluannya. Terasa agak seret tapi lentur dan sedikit lengket. Itulah legit.

    Aku mulai terangsang. Milikku pelan-pelan mengembang dan mengeras. “Masshh..” ia mulai merintih ketika sambil tanganku bermain di bawah sana, mulutku juga mulai merambah telinga, leher dan berhenti di ujung buah dadanya yang telah mengeras. Jilatan dan isapan mulutku makin membuatnya merintih-rintih kenikmatan.

    Sementara tangannya kini sudah menelusup masuk ke celana dalamku dan meremas-remas isinya dengan gemas. Membuatku makin tegang dan ingin segera menyetubuhinya lagi.

    “Mau lagi?” tanyaku agak berbisik. Ia mengangguk.
    “Sekarang?” tanyaku lagi. Dan ia mengangguk lagi.

    Akhirnya kami melakukannya lagi di dalam kamar mandi. Bahkan kami tak sempat mandi lebih dahulu sesuai rencana semula. Tapi kali ini kami ingin bermain cinta, tidak semata-mata main seks seperti tadi. Semua berawal ketika ia melepaskan celana dalamku dan lalu memintaku untuk segera menusuknya. Segera kuangkat dan kududukkan tubuhnya di atas meja wastafel. Lalu dalam posisi berdiri aku langsung menghujamkan kejantananku ke sela-sela pahanya yang segera dibukanya lebar-lebar. Kami berdua kembali bernafsu. Bibir kami saling melumat dan tangannya langsung merangkulku erat-erat. Sementara pinggulku spontan menyentak-nyentak, mengayun dan menghujam dengan liarnya. Gerakan yang sudah lama tak kulakukan.

    Kurasakan Maryati pun sepertinya sudah lama tak menikmati permainan cinta seperti ini. Kedua kakinya melilit pinggangku dengan ketatnya. Kedua tangannya terus mencakar punggungku bila dirasakannya aku menusuknya terlalu dalam. Kudengar mulutnya mendesis dan melenguh bergantian. Aku sendiri hanya bisa mendengus dan menahan agar tak keluar terlalu cepat.

    “Mass Iss.. Mass Isshh..” ia mulai memangil-manggil namaku. Sepertinya ia sudah mau orgasme. Maka aku terus mempergencar gerakanku. Kurengkuh kedua pantatnya dan kutekan ke depan sehingga membuat batang kemaluanku makin melesak dalam liang surganya. Berkali-kali kulakukan gerakan itu sehingga makin membuatnya meneriakkan namaku berulang-ulang. Akhirnya kurasakan badannya menggigil hebat dan mulutnya merintih panjang. Orgasmenya datang. Cukup cepat menurutku, seperti waktu kami main di ranjang tadi. Ia ternyata memang cepat panas.

    Sejenak aku menghentikan gerakanku. Kubiarkan Maryati menikmati sendiri puncak birahinya. Aku mencoba membantu menambah kenikmatannya dengan cara menjepitkan jempol dan telunjukku pada kedua puting susunya dan melintirnya pelan-pelan. Bola matanya sayu menggantung, meresapi rasa nikmat yang tengah melanda sekujur tubuhnya. Tangannya mencengkeram erat bahu dan punggungku. Sementara kakinya makin kuat menjepit, sebelum akhirnya pelan-pelan mengendor. Nafasnya kini mulai satu-satu.

    “Enak Dik?” tanyaku nakal.
    “Enak.. Mas.. enak sekali..” jawabnya masih dengan nafas satu-satu.
    “Mas Iskandar belum keluar?” lanjutnya sambil matanya melihat sebagian batang kemaluanku yang masih tertancap di jepitan pahanya.

    “Belum dong. Ini kan ronde kedua”, kataku sambil tersenyum. Sebenarnya aku tadi juga hampir muncrat. Meskipun ronde kedua, tapi aku agak tak kuat juga menahan laju birahiku yang sudah lama tak tersalurkan. Tapi untuk permainan kali ini aku berusaha menahan sekuatnya. Karena ini benar-benar pengalaman pertamaku bermain cinta dengannya, harus sip. Pelan-pelan pinggulku mulai kugoyang lagi. Kutatap matanya lekat-lekat sambil terus kugerakkan pinggul dan pantatku maju mundur. Ia kembali tersenyum merasakan gerakanku yang sengaja kubuat pelan tapi mantap. Diaturnya posisinya sehingga aku bisa melakukan tusukan lebih dalam.

    Kembali kami berdua bekerja sama mencapai puncak kenikmatan. Kukocok-kocokkan terus batang kemaluanku dalam liang senggamanya. Sementara bibirku sibuk menelusuri telinga dan lehernya dengan ganas. Ia sampai menggelinjang ke sana ke mari karena kegelian. Punggungnya lalu terasa menegang ketika mulutku mampir ke buah dadanya dan mulai bermain-main di situ. Putingnya yang coklat dan menonjol besar itu kini menjadi bulan-bulanan lidah dan bibirku. Kubuat beberapa cupang merah di gundukan kedua bukit dadanya. Mulutnya memintaku untuk terus menyedot susunya. Dan aku melakukannya dengan senang hati.

    Pertahananku akhirnya bobol ketika secara pelan-pelan kurasakan batang kemaluanku terasa dijepit oleh dinding yang makin menjepit dan berdenyut-denyut. Beberapa saat kunikmati sensasi itu. Sensasi yang sudah lama tak pernah kurasakan. Tampaknya Maryati hampir mendapatkan orgasmenya yang kedua. Maka dengan perlahan-lahan penuh konsentrasi aku mulai mengayun pinggulku, mengayun dan terus mengayun, dan akhirnya menjadi gerakan menyentak-nyentak yang makin lama makin kuat. Membuat tubuh Maryati terlonjak-lonjak. Beberapa kali kutekan pantatku kuat-kuat ke depan. Menusuk dan mengocok. Dan pada tusukan yang kesekian, mulailah muncul rasa geli yang berdesir-desir pada pangkal kemaluanku. Makin lama desiran itu makin kuat, makin geli, makin enak, makin nikmat.

    Akhirnya aku tak kuat lagi menahan desakan cairan yang terasa mengalir dari kemaluanku yang kemudian meluncur sepanjang batang kemaluanku sampai akhirnya menyemprot kuat berkali-kali dari lubang kecil di ujung kepala kemaluanku. Cairan kental hangat itu makin melicinkan dinding liat milik Maryati sehingga memudahkan gerakan-gerakan yang mengiringi ejakulasiku. Dan gerakan-gerakan yang kubuat ternyata telah memicu kembali puncak birahi Maryati. Akhirnya yang terdengar adalah erangan kami berdua, saling bersahutan. Lalu diam. Tinggal suara dengusan nafas kami yang tersengal-sengal.

    Kami tadi tak sempat mandi sesuai rencana semula, tapi tubuh kami kini benar-benar telah basah karena keringat. Berdua kami berpelukan meresapi rasa nikmat yang sudah lama tak kami rasakan.

    Aku mau mencabut milikku, tapi dengan gaya manja Maryati melarangku. Ia lalu malah menciumku dan memintaku untuk menggendongnya ke arah shower. Dililitkannya kedua kakinya pada pinggangku lalu dengan batang kemaluan masih terselip di selangkangannya, kugendong tubuhnya menuju shower. Selanjutnya kami pun mandi bersama. Malam harinya kami mengulang kembali kejadian siang itu dengan permainan yang lebih bergairah.

    Begitulah pengalaman pertamaku dengan Maryati. Pengalaman pertamaku bermain cinta yang sebenarnya dengan seorang wanita yang kusukai sejak aku menduda setahun yang lalu. Hari-hari selanjutnya aku dan Maryati sudah bagaikan suami isteri yang sah saja. Tak jarang ia menginap di rumahku atau sebaliknya. Hubungan kami sangat hangat dan mesra. Bahkan menurutku lebih mesra dibandingkan dengan mantan istriku yang dulu (sebenarnya aku tak ingin membuat perbandingan, tapi itu sulit kuhindari dan memang demikianlah kenyataannya).

    Waktu pertama kali kenal dengan Maryati, aku tak pernah mempunyai pikiran untuk menjadi orang terdekatnya. Terus terang aku memang menyukainya, tapi hanya berani sebatas mengaguminya saja. Apalagi waktu itu aku dengar ia sedang menjalin hubungan dengan manajer sebuah perusahaan asing, seorang ekspatriat. Jadi kupikir ia punya selera bule dan aku merasa tidak masuk dalam hitungannya.

    Sampai suatu ketika, pada suatu malam, sehabis kami bertemu dalam sebuah acara dinner party, ia memintaku untuk mengantarnya pulang. Kebetulan saat itu ia tidak bawa mobil karena sedang masuk bengkel. Sebagai teman, dan juga sebagai lelaki, aku tentu saja tak bisa menolak permintaannya.

    Selama perjalanan menuju rumahnya, kami mengobrol kesana kemari. Saat masih berada di mobil, entah dalam konteks apa kami bicara, tiba-tiba kami terlibat dalam obrolan yang akhirnya kelak mengarah pada sebuah hubungan yang makin akrab.

    “Apakah Mas Is nggak pernah merasa kesepian?” itu pertanyaan pribadinya yang pertama kuingat. Pandangannya tetap lurus ke depan kaca mobil.
    “Yah, namanya juga sendiri”, aku menjawab sekenanya, setelah sebelumnya agak gelagapan menerima pertanyaan yang agak sensitif itu.
    “Memang kenapa?” aku mulai berani memancing.
    “Ya tidak apa-apa, cuma nanya saja kok. Nggak boleh?”
    “Boleh..”

    Beberapa menit kemudian kami saling terdiam.
    “Dik Mar sendiri bagaimana?”
    “Ya, sama..”
    “Sama bagaimana?”
    “Ya sama. Kadang-kadang merasa sepi juga..”
    “Lho, katanya sedang dekat sama Mister..”
    “Kata siapa?” katanya memotong seolah memprotes omonganku.
    “Ya, saya hanya dengar-dengar saja.”
    “Gosip itu Mas!”
    “Bener juga nggak pa-pa kok.”
    “Mas Is percaya?” Aku diam saja.
    “Saya percaya. Karena orang seperti Dik Mar pasti banyak yang suka dan mudah kalau mau cari teman.”
    “Kalau asal cari teman sih memang gampang. Tapi yang cocok? Sulit!”
    “Masak nggak ada satu pun yang cocok? Memang cari yang seperti apa?”, pancingku mesra.
    Maryati tertawa dan menyahut cepat, “Yang seperti Mas Iskandar!”

    Aku tertawa meski agak terkejut juga dan sedikit GR dengan ucapannya. Tapi aku lalu menganggap dia hanya bercanda dan aku pun lalu menanggapi dengan bercanda juga.
    “Wah, saya sih jauh kalau dibandingkan sama Mister..”
    “Tuh kan! Dibilang itu cuma gosip, nggak percaya!” ia memotong kalimatku.
    “Iya deh, percaya..”
    “Lagi pula, dia bukan tipe saya”, nadanya agak menurun.
    “Saya lebih suka tipe laki-laki yang kalem, tenang.. tapi macho.. seperti Mas Is..”

    Kali ini aku tidak lagi menganggap dia sedang bercanda. Karena ia mengucapkan kalimat itu dengan nada yang terjaga dan kemudian menoleh ke arahku sambil tersenyum. Aku jadi nervous. Aku ikut tersenyum dan spontan menghela nafas. Aku menoleh ke arahnya dan ia masih tersenyum tapi kini wajahnya agak tertunduk.

    “Dik..” aku mencoba memanggilnya, seolah ingin mendapat penegasan.
    “Ya, Mas..” ia menjawab dan menatap ke arahku, lalu tersenyum. Dari sikap dan ekspresi wajahnya, aku berusaha meyakinkan diriku sendiri sebelum akhirnya kuberanikan diri untuk menggenggam tangannya. Dan ia diam saja. Bahkan kemudian membalas remasan tanganku.

    Itulah peristiwa yang mengukuhkan hubunganku dengan Maryati. Malam itu aku hanya mengantarnya sampai depan pintu pagar saja. Menjabat tangannya. Tak lebih dari itu. Tapi aku bahagia. Dan aku yakin ia juga bahagia.

    Ketika sampai di rumah, aku langsung menelponnya. Ada kurang lebih satu jam lamanya kami ngobrol, saling mengungkapkan perasaan kami berdua selama ini. Selanjutnya kami rajin saling menelepon dan mengadakan pertemuan demi pertemuan, mulai dari makan siang, belanja, nonton atau jalan-jalan.

    Aku pertama kali menciumnya waktu berada di bioskop. Tapi suasana waktu itu kurang mendukung untuk bercumbu secara total. Karena kami dalam posisi duduk berjejer, maka kami hanya bisa saling meraba, menyentuh dan sesekali berciuman. Bila aku memegang atau menyentuh bagian tertentu tubuhnya, ia akan diam saja. Demikian sebaliknya. Beberapa kali kami sempat berciuman, meski tak sempat lama. Tapi kami cukup menikmati kencan di bioskop saat itu. Bahkan tanganku sempat menelusup masuk ke celah roknya tapi hanya bisa mengelus-elus pahanya saja, karena saat itu rok yang dikenakan Maryati agak panjang. Sementara tangan Maryati relatif lebih bebas menyentuhku. Tapi ia benar-benar hanya menyentuh saja, meski sesekali memberi pijitan pada bagian depan celanaku yang menonjol karena isinya sedang menegang. Aku sebenarnya mengharap ia melakukannya lebih dari itu. Tapi lagi-lagi, suasana bioskop saat itu tak terlalu mendukung.

    Baru pada kesempatan kedua kami sempat bercumbu cukup panas. Kesempatannya terjadi waktu aku berkunjung ke kantornya dan masuk ke ruangan kerjanya. Ketika itu ia minta ijin sebentar untuk ke toilet pribadinya, aku segera menyusulnya dan kami lalu berciuman di lorong menuju ke arah toilet itu.

    Kami lalu berciuman dengan penuh gairah. Saat itulah pertama kali aku benar-benar bisa merasakan kehangatan dan kelembutan bibirnya. Sudah lama kami tak melakukan percumbuan seperti ini. Sehingga nafas kami terdengar memburu dan kami berciuman dengan lahapnya. Dan karena suasananya agak mendukung, aku pun berani menjamah bagian-bagian tubuhnya yang sensitif terutama dada dan pantatnya yang selama ini hanya bisa kupandang. Maryati pun juga mulai berani meremas milikku yang sudah mengeras dari balik celana pantalon yang kukenakan. Aku lalu membalasnya dengan menekankan telapak tanganku ke celah pahanya yang tertutup rok kantor dan meremas bagian yang ada di sana. Meski begitu, kami tetap tak bisa leluasa untuk melakukan hal-hal yang lebih jauh. Karena bisa saja sewaktu-waktu ada karyawan yang akan masuk sementara kami dalam keadaan kusut masai. Jadi kami tetap harus menjaga semua ini. Tapi setidak-tidaknya kami bisa saling meluapkan kerinduan kami dengan bercumbu sambil saling menyentuh.

    Pada pertemuan di kantor itulah aku mencoba mengajaknya untuk suatu saat berkencan lebih jauh di suatu tempat yang lebih leluasa untuk melakukannya. Maryati tidak mengiyakan atau menolak ajakanku. Ia hanya menunjukkan sikap dan jawaban yang tampaknya masih hati-hati dan perlu waktu untuk memikirkannya. Dan aku menghargai sikapnya itu. Sampai akhirnya aku berhasil membawanya pergi ke Puncak sebagaimana telah kuceritakan pada bagian pertama.

    Kini hubungan kami sudah semakin dekat. Kencan lebih banyak kami lakukan di luar rumah. Karena bagaimana pun, status kami sebagai sebagai duda dan janda sedikit banyak pasti mendapat sorotan tersendiri di lingkungan kami masing-masing. Jadi aku dan Maryati harus bisa menjaga hubungan ini agar tak terlalu menyolok. Untuk itu aku lebih senang kalau Maryati saja yang bertandang ke rumahku, daripada aku yang harus ke rumahnya. Hal ini untuk menjaga kesan bagi diri Maryati sebagai seorang janda, di samping karena lingkunganku juga relatif lebih aman. Beberapa kali ia sempat menginap di rumahku. Sementara aku baru dua kali menginap di rumahnya.

    Pertama kali Maryati kuajak ke rumahku adalah sehabis aku mengantarnya jalan-jalan membeli arloji, kira-kira seminggu setelah kejadian di Puncak. Berhubung waktu pulang hujan cukup lebat, aku harus mengambil jalan memutar yang cukup jauh menuju rumahnya untuk menghindari wilayah yang biasanya banjir. Kebetulan jalan yang harus kuambil melewati jalan menuju kompleks rumahku. Maka daripada tanggung, aku menyarankan Maryati untuk mampir sebentar.

    “Lama juga nggak pa-pa” katanya menggoda.
    “Jangan ah.. Takut!” sahutku gantian menggodanya.
    “Takut apa?”
    “Takut tidak terjadi apa-apa.. ha.. ha.. ha..”
    “Iiihh.. dasar!” sambil tangannya mencubit pahaku. Aku berteriak, meskipun cubitannya tidak sakit.
    “Cubit yang lainnya dong..” aku menggodanya lagi.
    “Maunya!”

    Tapi tangannya kemudian terulur ke arah selangkanganku dan mulai menarik retsleting celana jeans-ku ke bawah. Masih dalam posisi menyetir, aku segera mengatur posisi dudukku agar ia bisa leluasa membuka celanaku. Dalam sekejap milikku sudah terjulur keluar dari celah atas celana dalamku. Milikku mulai membesar tapi belum tegang.

    Tangan kanan Maryati lalu mulai beraksi meremas dan memijit-mijit. Maka segera pula otot pejal kebanggaanku itu mulai bangun berdiri. Aku berusaha berkonsentrasi dengan setir mobil. Apalagi di luar sana hujan makin lebat. Wiper yang bergerak-gerak seperti tak mampu menahan air hujan yang turun meleleh di kaca depan. Sebagaimana aku tak dapat menahan rasa geli yang mulai muncul ketika tangan Maryati pelan-pelan mulai mengocok. Batangku dijepitnya hanya dengan menggunakan jempol dan jari tengahnya. Lalu dengan cara seperti itu ia membuat gerakan memijit dan mengocok bergantian.

    “Digenggam dong..” kataku menuntut.
    “Tadi katanya minta dicubit”, jawabnya sambil melakukan gerakan mencubit pelan pada pangkal kemaluanku yang kini sudah mengeras. Membuatku menggelinjang.

    Aku tersenyum mendengar jawabannya. Ya sudah, aku nikmati saja apa yang dilakukan. Bahkan aku kemudian menjulurkan tangan kiriku ke arah buah dadanya yang terbungkus blus tanpa kancing, sementara tangan kananku tetap memegang kemudi. Kurasakan buah dadanya sudah mengeras kencang. Aku makin bernafsu meremasnya. Maka mulailah acara saling meremas dan memijit, di dalam mobil, di tengah hujan deras.

    Tampaknya Maryati mulai terangsang dengan gerayangan tanganku pada buah dadanya. Ia memintaku untuk melakukannya di bagian tubuhnya yang lain, ketika tangannya tiba-tiba menuntun jariku menuju ke sela-sela pahanya yang sengaja dibukanya agak lebar. Roknya sudah ia tarik ke atas sebatas pinggul. Maka jari-jari tangan kiriku pun segera beraksi di bagian depan celana dalamnya yang menyembul hangat dan sudah mulai lembab itu.

    Pandanganku tetap harus ke depan, ke arah jalan yang mulai masuk ke kompleks rumahku. Sedangkan Maryati bisa dengan enaknya menggeliat-geliat sambil mendongakkan kepalanya menikmati gelitikan jariku pada bagian luar CD-nya tepat di bagian celah kemaluannya. Sementara tangan kanannya kini tak lagi memijit-mijit, tapi sudah menggenggam batang kemaluanku yang makin meradang karena terus dikocok-kocok olehnya.

    Aku menarik tanganku dari sela paha Maryati ketika mobil sudah mulai masuk ke jalan menuju rumahku. Maryati sempat mendesah ketika aku menghentikan aksiku. “Sudah sampai..” kataku memberi alasan sekaligus mengingatkan dia.

    Ia segera membenahi pakaiannya dan kemudian gantian membereskan celanaku yang sudah setengah terbuka. Kemaluanku yang belum sepenuhnya lemas, agak sulit untuk dibungkus kembali.
    “Bandel nih!” gerutu Maryati.
    “Gede sih.. hehehe..” aku tertawa melihatnya kesulitan memasukkan batang kemaluanku kembali ke celana.
    “Sudah biarin, nanti juga kan dikeluarin”, lanjutku.

    Maryati lalu kusuruh turun duluan menuju teras. Aku kemudian memasukkan mobil ke garasi, membetulkan celanaku dan kemudian bergegas keluar garasi menuju teras menyusul Maryati yang rambut dan pakaiannya terlihat agak basah oleh air hujan.

    Kami lalu segera masuk ke dalam rumah. Inilah pertama kali Maryati berkunjung ke kediamanku. Ia agak sedikit canggung dan terlihat kurang nyaman ketika berada di ruang tamu. Apalagi kondisi tubuhnya agak basah oleh air hujan. Blusnya yang basah menampakkan bagian gumpalan dadanya yang sedikit menyembul dari BH yang dikenakannya. Aku kembali terangsang melihat pemandangan itu. Segera kupeluk tubuhnya dan kami pun lalu tenggelam dalam ciuman yang bergelora.

    Birahi kami memanas kembali. Ciuman pun berkembang menjadi acara saling meremas. Saling menekan. Saling merangsang. Kami berdua lalu membantu melepaskan pakaian satu sama lain dan membiarkannya terserak di lantai ruang tamu. Tubuh telanjang kami pun menempel makin lekat.
    “Di sini saja..” katanya ketika aku akan menariknya untuk masuk ke kamar tidur.

    Kami kemudian memilih sofa ruang tamu sebagai tempat main. Di luar hujan masih turun dengan derasnya. Suara tempaan airnya menyamarkan desahan dan lenguhan yang keluar dari mulut kami berdua. Tubuh bugil kami bergelut dengan penuh gairah di atas sofa tamu itu.

    Beberapa saat kemudian Maryati meminta ijinku untuk melakukan oral seks. Tentu saja kuijinkan. Ia memang senang dengan milikku yang katanya punyaku ukuran besar terutama di bagian kepalanya. Sehingga ia senang sekali melumat dan mengisap bagian kepala kemaluanku yang kini terlihat bulat membonggol dan tampak licin mengkilat akibat lumuran ludahnya.

    Selama ia melakukan permainan mulut, aku berusaha mengimbanginya dengan merangsang bibir kemaluannya dengan jariku. Saat itu posisiku setengah rebahan dan menyandarkan kepalaku pada sandaran sofa. Sedangkan Maryati berbaring miring setengah telungkup di samping pinggangku. Ia menggeliat ketika jari tengahku mulai menerobos masuk ke celah miliknya, sementara jempolku bermain-main pada klitorisnya.

    “Ouu..” jeritnya tertahan.
    “Kenapa? enak?” tanyaku sambil menusukkan jari tengahku lebih dalam dan memutar lebih keras jempolku pada tonjolan kecil di atas bibir kemaluannya. Kembali mulutnya bersuara, tapi kali ini lebih riuh dan lebih mirip desisan. Sejenak mulutnya terlepas dari batang kemaluanku. Tapi sesaat kemudian ia menunduk kembali dan melumat habis pisang ambonku hampir ke pangkalnya dan mengisapnya sedemikian rupa sampai aku merinding kegelian. Pantatku sempat tersentak-sentak karena kenikmatan.

    “Kenapa? enak ya?” katanya sambil melirikku, lalu melanjutkan kulumannya kembali. Sepertinya Maryati ingin membalas atau mungkin ingin mengimbangi perbuatanku tadi.

    Selanjutnya kami tak sempat bicara sepatah kata pun karena terlalu serius untuk saling melakukan dan menikmati rangsangan. Mataku terpejam mencoba menikmati setiap hisapan mulut Maryati, sementara jari-jari tangan kananku terus asyik bermain-main di sekitar liang kewanitaannya.

    Berbeda dengan milikku, rambut yang tumbuh di sekitar kemaluan Maryati tak terlalu lebat, tapi tumbuhnya lebih halus dan rapi. Dan aku suka sekali mengusap-usapnya. Sedangkan rambut kemaluanku tentu saja lebih kasar dan lebat tumbuhnya hingga ke arah pusar, perut dan dada. Maryati juga suka mengusap-usap bulu-bulu yang tumbuh di sekitar tubuhku itu. Katanya, dengan kondisi seperti itu, aku seperti nyomet, demikian ia memplesetkan istilah monyet.

    Siang itu akhirnya kami melakukannya sampai dua kali. Ronde pertama diawali ketika Maryati mulai bangkit dari posisi tengkurapnya, lalu mulai mengangkangi pinggulku, dan kemudian menelusupkan batang kejantananku yang sudah tegang keras itu ke sela-sela pahanya. Dengan posisi antara duduk dan bersandar, aku mencoba membantunya dengan sedikit mengangkat pantatku ke atas. Maka sedikit demi sedikit amblaslah kepala kemaluanku ditelan mulut kecil yang ada di selangkangannya. Terasa sekali liang ketat namun lembut menjepit sepanjang batang kemaluanku. Rasanya hangat, lembut dan agak-agak terasa kesat.

    Kenikmatan semakin terasa ketika kepala kemaluanku yang sensitif itu menyentuh ujung dinding kemaluan Maryati. Sejenak Maryati memutar-mutar pinggulnya seolah merayakan pertemuan total itu. Secara spontan kami berdua serempak memperdengarkan rintihan kenikmatan.

    Maryati pun tampaknya meresapi jejalan batang dan gesekan urat yang ada di sekujur kemaluanku. Mulutnya mendesis-desis seperti orang kepedasan. Beberapa kali jarinya berusaha menyentuh bagian luar bibir kewanitaannya seperti mau menggaruk seolah kegelian.

    Maryati kemudian mengatur posisi berlututnya sedemikian rupa dan beberapa saat kemudian ia mulai menggenjot tubuhnya naik turun. Makin lama genjotannya makin cepat, sehingga membuat buah dadanya tampak berayun-ayun di depan wajahku. Mulutku segera menangkap putingnya yang sudah mengeras itu dan segera melumatnya habis. Ia menjerit tertahan. Tapi aku tak mempedulikan dan bahkan makin asyik mengulum kedua bukit padatnya itu bergantian. Sementara di bawah sana pinggulku terus menyentak-nyentak mengimbangi genjotannya di atas tubuhku. Terasa sekali rasa nikmat menjalar di sekitar pangkal dan sekujur batang kemaluanku.

    Suara hujan di halaman depan makin membuatku bergairah. Entah sudah berapa lama kami dalam posisi seperti ini. Kami hanya bisa saling memperdengarkan rintihan dan desah kenikmatan. Tubuh Maryati pun terus meliuk dan menggeliat-geliat di atas tubuhku. Kedua pahanya yang sejak tadi mengangkang dan bertumpu di jok sofa, mulai kuelus-elus. Dan ia menyukainya karena lenguh kenikmatannya makin kerap terdengar. Elusanku lalu bergeser ke bukit pantatnya. Tapi kini aku tak lagi mengelus. Tanganku lebih sering meremas di bagian itu. Membuat Maryati makin menggelinjang.

    Kami mengakhiri permainan ketika Maryati mulai menunjukkan tanda-tanda akan mencapai puncak birahi. Aku segera mempergencar tusukan dan hentakanku dari bawah. Kedua tangannya sudah memeluk kepalaku sehingga membuat wajahku terbenam di belahan dadanya. Kedua kakinya kini menjepit erat pinggangku. Sementara posisi bersandarku sudah agak merosot ke bawah. Beberapa menit kami masih sempat bertahan dalam posisi itu sambil terus berpacu menuju puncak kenikmatan.

    “Mass.. Masshh.. Mass Isshh..”
    “Dik Maarrhh.. oohh.. Dik..”
    Kami saling memanggil nama masing-masing. Entah apa maksudnya. Barangkali untuk menyatakan kemesraan, atau untuk mencoba menahan rasa nikmat yang mulai sulit kami kendalikan.

    Ketika nada jeritan Maryati mulai terdengar agak keras, aku segera mengangkat tubuhnya, membalikkan dan membaringkannya ke badan sofa. Kini dalam posisi aku berada di atas, kugenjot tubuhnya habis-habisan sampai kami berdua akhirnya mencapai orgasme hampir bersamaan.

    Aku mengerang-ngerang ketika kurasakan air maniku mulai menyembur. Ada sekitar empat kali aku menembakkan air maniku. Alirannya terasa sepanjang batang kemaluanku. Rasanya berdesir-desir nikmat. Maryati pun kulihat menikmati puncak birahinya. Wajahnya memerah dan matanya terpejam. Sementara tubuhnya sesekali bergetar menahan rasa geli yang menjalar di seluruh tubuhnya. Aku segera melumat bibirnya dan kami pun melengkapi puncak kenikmatan ini dengan ciuman yang dalam dan lama. Sesekali tubuh kami tersengal oleh sisa-sisa letupan kenikmatan yang belum sepenuhnya reda.

    Suara riuh hujan tak terdengar lagi. Hanya bunyi tetes-tetes air yang berdentang-dentang menimpa atap seng. Entah sejak kapan hujan mulai reda. Kami terlalu sibuk untuk memperhatikannya. Kami masih berbaring di atas sofa. Maryati berbaring di atas tubuhku yang telentang. Tanganku mengusap-usap punggungnya yang masih bergerak-gerak halus seiring nafasnya. Sementara tangannya bermain-main di sekitar bulu dada dan perutku yang masih basah oleh keringat.

    “Tidur di sini ya..” kataku membujuknya.
    “Tidur di sini? Di sofa ini?” tanyanya.
    “Bukan. Maksudku Dik Mar malam ini nginep di rumahku”, jelasku.
    “Oo.. Boleh.. Tapi hadiahnya apa?” sahutnya mulai manja.
    “Hadiahnya?” tanyaku bingung. Aku terdiam sejenak, dan kemudian kuraih tangannya lalu kuarahkan ke batang kemaluanku yang sudah mulai melemas, “Niih.. hadiahnya!”

    Ia tergelak dan kami lalu tertawa bersama. Tangannya kemudian meremas milikku. Meremas dan terus meremas. Selanjutnya kami pun akhirnya kembali bergelut di atas sofa itu, mempersiapkan permainan berikutnya. Tapi untuk ronde kedua ini kami akan menyelesaikannya di kamar tidur.

    Setelah puas melakukan pemanasan di atas sofa di ruang tamu, kami lantas beranjak masuk ke kamar tidurku. Inilah pertama kali Maryati masuk ke sini. Sebenarnya sudah lama aku ingin mengajaknya masuk ke ruangan ini. Tapi baru pada kesempatan inilah keinginanku kesampaian. Bahkan aku tidak hanya kesampaian membawanya masuk, tapi sebentar lagi aku juga kesampaian untuk menidurinya di atas kasur yang selama menduda ini hanya kupakai tidur sendirian.

    Begitu pintu kamar tertutup, Maryati langsung memelukku dan kami berciuman dengan mesranya. Kulit tubuh kami yang sudah polos telanjang itu seolah telah menjadi konduktor yang saling mengirimkan panas birahi yang terus menggelegak. Batang kemaluanku yang tegang berat itu menempel ketat tepat di atas belahan kemaluannya mengacung ke arah pusarnya. Dengan posisi demikian kantong zakarku langsung bergesekan dengan rambut kemaluannya. Rasanya geli. Apalagi Maryati terus menggesek-gesekkan bagian itu selama kami berciuman. Ia tampak kesenangan menikmati permainan ini.

    Tapi Maryati paling senang ketika aku memeluknya dari belakang. Tak henti-hentinya ia menggoyang-goyangkan pantatnya pada batang kemaluanku, dan aku mengimbanginya dengan meremasi buah dadanya dari belakang sambil terus menciumi daerah telinga, leher dan bibirnya dari arah samping. Bercumbu dengan posisi begini memang mengasyikan. Batang kejantananku seperti meluncur-luncur di sela-sela garis pantatnya. Rasanya lembut dan geli. Bagai dielus-elus dengan kain beludru.

    “Mass..” desahnya sambil membalikkan badannya dan kemudian melingkarkan tangannya ke leherku.
    “Apa..?” kucengkeram kedua pinggulnya yang padat bulat itu.
    “Siapa saja yang sudah pernah tidur di sini?” tanyanya mulai menggodaku. Aku agak heran dengan pertanyaannya yang rada menyelidik itu.
    “Nggak ada”, jawabku pendek.
    “Masak sih, nggak ada?”
    “Iya..” aku berusaha meyakinkannya.
    “Lha, istri Mas Is dulu tidur di mana?”
    “Oo itu.. Ya, kalau dulu sih ini memang tempat tidur kami berdua. Tapi sejak pisah, ya nggak ada orang lain lagi yang pernah tidur di sini selain aku sendiri..”
    “Beneer..?” nadanya mulai meledek.
    “Sumpah..” balasku manja.
    “Terus, kalau Mas Is lagi kepingin, mainnya di mana dong?”
    “Kepingin apa?” tanyaku pura-pura bodoh.
    “Ya, kepingin begituan..”
    “Kalau lagi kepingin.. ya kadang-kadang mainnya di sini..”
    “Lho? tadi katanya nggak ada orang lain yang tidur di sini selain istri Mas Is..”

    Aku tertawa pendek menyadari kebingungan Maryati.
    “Kalau mau main, memangnya harus ada orang lain?” kataku kemudian.
    “Maksudnya?” ia makin kebingungan.
    “Emangnya nggak bisa main sendiri..?”
    “Idiih.. maksudnya..?” Maryati tak meneruskan kalimatnya, tapi matanya menatapku lucu dan tangannya lalu menggenggam milikku dan mengocok-ngocoknya. Seolah ingin memastikan bahwa perbuatan seperti itulah yang aku maksudkan dengan main sendiri, alias onani.

    Aku mengangguk membenarkan maksudnya. Ia tertawa.
    “Kok ketawa?” kataku sambil mendekap tubuhnya dengan gemas.
    “Nggak kebayang deh..” jawabnya sambil masih cekikikan.
    “Ya jangan dibayangin dong.”
    “Kalau nggak boleh ngebayangin, boleh dong saya lihat Mas Is melakukan itu.”
    “Hah?” kataku kaget.
    Kini gantian aku yang tertawa mendengar permintaannya yang tidak biasa itu.

    Selama ini, sejak pisah dengan istriku, pemenuhan kebutuhan seksualku memang lebih banyak kulakukan dengan cara onani saja, karena aku termasuk konservatif, nggak bisa main sembarangan, hati-hati dan penuh perhitungan. Melakukan onani bagiku lebih save dan cukup memuaskan. Hampir semua laki-laki pasti pernah melakukan seks swalayan itu. Dulu waktu masih remaja aku juga sering melakukannya dan mendapatkan kepuasan dari situ. Bahkan ketika sudah menikah pun aku kadang-kadang juga masih melakukannya, terutama bila istriku dulu sedang berhalangan. Aku bisa minta dia membantuku beronani atau aku melakukannya sendiri tanpa dia. Apalagi setelah kami cerai, acara ngocok bisa kulakukan seminggu sekali, bahkan lebih kalau nafsuku lagi kencang-kencangnya.

    Biasanya aku melakukannya menjelang tidur atau saat bangun tidur. Sudah alamiah, punya laki-laki kalau saat bangun tidur pagi hari biasanya dalam kondisi sedang ereksi. Kalau kebetulan saat itu volatage-ku juga sedang tinggi-tingginya, biasanya langsung kusalurkan dengan cara mengocok. Aku bisa melakukannya di atas tempat tidur atau di kamar mandi waktu mandi pagi.

    Kalau aku melakukannya menjelang tidur, biasanya sambil melihat majalah atau film porno koleksiku atau hasil pinjaman. Tapi kalau melakukannya ketika bangun tidur atau di kamar mandi, aku cukup dengan berkhayal saja. Selama ini aku lebih banyak melakukan onani dengan tangan kering, karena keluarnya bisa agak lama. Tapi untuk sensasi, kadang-kadang aku pakai baby oil atau sabun kalau pas melakukannya di kamar mandi. Saya rasa yang terakhir itu (nyabun) biasa dilakukan oleh laki-laki. Tentunya dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Dan kamar mandi memang tempat yang paling populer untuk beronani ria. Karena tempatnya aman, tertutup dan bisa telanjang dengan bebas, sehingga tak perlu takut dicurigai atau diketahui orang lain.

    Tapi kini, ada seorang wanita yang ingin menontonku melakukan onani di hadapannya. Gila! Aku sampai tertawa menanggapi permintaan Maryati yang nyeleneh itu. Tapi aku menghentikan tawaku begitu menyadari bahwa Maryati tampaknya serius memintaku melakukan itu.

    “Oke”, kataku akhirnya, “Tapi janji, Dik Mar juga harus ikut melakukan itu di depan saya..”
    “Nggak ah!” sergahnya cepat.
    “Kenapa? Memang nggak pernah..?”
    “Ihh.. pakai nanya lagi!” katanya sambil mencubitku.

    Segera kutangkap tangannya, kupeluk tubuhnya dan kami lalu kembali tenggelam dalam ciuman yang mesra dan bergairah. Sejenak kemudian aku melepas pelukanku dan membimbing tubuhnya berbaring di atas ranjang. Aku sendiri kemudian berbalik berjalan menuju kursi dekat meja kecil di seberang tempat tidur, dan duduk santai di atasnya.

    “Dik..” kataku memberi isyarat pada Maryati yang tergolek di atas kasur di depanku. Aku kemudian memancing dia dengan mulai meremas-remas milikku sendiri yang sudah tegang itu. Beberapa saat kemudian Maryati pun mulai mengikuti perbuatanku. Jari-jarinya mulai terarah menuju selangkangannya, mulai menggelitik dan mengusap-usap miliknya sendiri. Maka dimulailah pertunjukan seks swalayan. Kami berdua saling berpandangan dan saling mengamati perbuatan satu sama lain. Tubuh Maryati tampak telentang miring bersandar pada salah satu sikunya. Posisi tubuhnya menghadap ke arahku. Sehingga aku bisa dengan leluasa melihat semua gerakan masturbasinya.

    Posisi dudukku sendiri sudah tidak tegak lagi, tapi sudah setengah bersandar. Kedua paha dan kakiku selonjor ke depan dan sengaja kubuka lebar-lebar. Aku memainkan milikku dengan gerakan bervariasi, mulai dari meremas, mengurut, memijat sampai gerakan mengocok. Sesekali aku juga merangsang buah pelirku dengan cara mengusap-usap dan meremas-remasnya. Seolah-olah aku ingin menunjukkan pada Maryati semua gerakan onani yang biasa kulakukan selama ini.

    Kami berdua mulai saling terangsang oleh perbuatan kami masing-masing. Kalau selama ini aku beronani sambil nonton BF atau lihat gambar porno sambil mengkhayal hal-hal yang merangsang, maka kini aku melakukannya dengan bantuan obyek dan kejadian yang lebih nyata. Aku sampai kesulitan menahan keinginanku untuk tidak menyetubuhi Maryati karena sangat terangsang melihat segala gerakannya selama bermasturbasi itu. Semua begitu nyata dan merangsang. Aku yakin Maryati pun merasakan hal yang sama selama melihat secara langsung seorang laki-laki beronani di hadapannya. Matanya kulihat mulai sayu tapi terus mengamati gerakan-gerakan tangan yang kubuat terhadap kemaluanku sendiri.

    Aku hampir mencapai puncak, ketika kudengar mulut Maryati mulai merintih-rintih sambil menatapku dengan wajah seperti orang ingin menangis. Jari manis dan jari tengahnya tampak bergerak cepat mengusap dan menekan-nekan bagian atas bibir kemaluannya khususnya di bagian klitorisnya. Ia mulai memanggil-manggil namaku dan tubuhnya mulai mengejang. Punggungnya kemudian melengkung dan kedua pahanya merapat menjepit tangannya sendiri yang terselip di selangkangannya.

    Aku semakin terangsang melihat pemandangan nyata di depanku. Desiran-desiran mulai kurasakan pada pangkal kemaluanku sendiri. Dan aku semakin memperkuat kocokan tanganku sendiri sampai menimbulkan sedikit bunyi yang diakibatkan oleh bercampurnya keringat di telapak tanganku dan cairan bening yang mulai keluar dan meleleh dari lubang kecil di ujung kemaluanku.

    Tapi akhirnya aku tak tahan lagi begitu mendengar Maryati berteriak memekik. Dan aku segera loncat dari kursi dan menghambur ke arahnya. Aku sudah tak tahan lagi dengan semua ini. Segera kubuka pahanya yang masih merapat itu dan tanpa ba bi Bu kutusukkan batang kemaluanku ke lubang yang sudah basah oleh cairan birahi itu. Maryati terpekik ketika seluruh kejantananku dengan cepat dapat menerobos dan menyelip masuk. Kurasakan di dalam sana milikku berdenyut-denyut oleh konstraksi dindingnya, menimbulkan rasa geli yang sangat nikmat. Rupanya orgasme Maryati datang bersamaan dengan hujaman rudalku.

    Sejenak aku diam menikmati pengaruh orgasme di tubuh Maryati pada batang kemaluanku. Lalu pelan-pelan aku mulai menggoyang dan mengayun pinggulku. Pelan dan pelan. Berputar dan mengulir. Sesekali menyentak. Kunikmati sekali persetubuhan ini, sampai akhirnya aku mulai melakukan gerakan memompa dan menusuk-nusuk.

    Maryati tampak mulai menikmati genjotanku. Ia menggeliat-geliat sambil melenguh dan sesekali tersenyum dengan mata terpejam. Seolah meresapi segala gerakan nikmat yang kuciptakan pada tubuhnya.

    Aku sendiri, karena akibat onani tadi, sudah beberapa kali harus menahan desiran yang terus muncul dari pangkal selangkanganku. Biasanya ini tanda orgasmeku mau datang. Tapi aku merasa sayang untuk mengeluarkannya sekarang.

    Seolah seperti membaca pikiranku, tiba-tiba Maryati memintaku untuk segera menyemprotkan cairan maniku yang sedari tadi kutahan.
    “Keluarin Mass.. keluarin sekarang.. di luar saja..” ia merintih sambil menatapku sayu. Aku mengerti maksudnya. Maka segera kucabut batang kemaluanku dan dengan posisi mengangkangi perutnya, aku lalu melakukan onani di atas tubuhnya. Kukocok dan kukocok terus milikku dengan kuat. Cairan kemaluan Maryati yang menempel di sekujur batang kemaluanku makin memperlancar gerakan tanganku. Kepala kemaluanku yang bulat mengkilat tampak tersengal-sengal dalam genggaman tanganku. Maryati pun tampak menikmati sekali atraksi yang sedang kulakukan di atas tubuhnya. Bahkan ia mulai meraba-raba kantung pelirku. Oh tidak, ia tak cuma meraba, tapi juga meremas-remas kantung bulat berkulit tebal itu. Membuat pinggul dan pantatku bergerak-gerak seiring remasan tangannya. “Ooohh, nikmat sekali..”

    Aku menggeram tertahan, ketika akhirnya semprotan maniku yang pertama memancar dengan kuat. Langsung mengenai wajah Maryati. Tapi ia dengan senangnya merasakan sentuhan air kental hangat itu di pipinya. Matanya tak sedikit pun lepas dari kemaluanku yang sedang meradang memuntahkan semprotan-semprotan berikutnya. Semua memancar dan menyemprot tak hanya ke wajahnya, tapi juga bibir dan buah dada Maryati. Tangannya kulihat sibuk mengusap cairan putih kental itu dan meratakannya ke permukaan payudaranya. Terakhir kulihat Maryati menjilat sisa spermaku yang ada di ujung jarinya.

    Aku betul-betul puas dengan semua ini dan puncak birahi ini telah membuat seluruh sendi tubuhku serasa dilolosi sehingga aku terpaksa harus menahan tubuhku agar tak rebah menjatuhi tubuh Maryati. Maka dengan bertumpu pada kedua telapak tanganku, pelan-pelan aku merundukkan tubuhku sehingga tubuhku merapat agak menindih dan membuat batang kemaluanku mendarat tepat di sela-sela kedua bukit buah dadanya. Rasa kenyal yang diciptakan membuatku bereaksi untuk menggeser-geserkan pisang ambonku di celah kedua bukit itu. Ah.. geli sekali rasanya. Geli yang nikmat. Nikmat yang sangat. Beberapa kali tubuhku sampai tersentak-sentak oleh rasa geli yang muncul belakangan itu. Apalagi kedua telapak tangan Maryati kemudian menekan kedua pantatku ke bawah dan memutar-mutarnya. Aku hanya bisa melenguh menikmati bonus orgasme yang diberikannya.

    “Enak Mas?” kata Maryati ketika akhirnya aku rebah di sebelah kiri tubuhnya.
    “Hhheehh..” aku hanya bisa mendesah dan membalas kecupan bibirnya.
    “Mas Is seksi banget kalau lagi ngocok..”
    “Hmm.. asal jangan djadikan tontonan rutin saja..” sahutku masih terengah.
    “Kenapa?” tanyanya.
    “Masak mau ngocok terus?” sahutku.
    “Katanya sudah biasa..” katanya.
    “Ya, tapi kan sekarang sudah ada Dik Mar”, kataku.
    “Kalau saya sedang nggak ada, atau lagi berhalangan, gimana?” tanyanya.
    “Tergantung..” sahutku seenaknya.
    “Tergantung apa?” tanyanya lagi.
    “Tergantung yang menggantung!” kataku.
    “Iiihh..” tangan Maryati mencubit bagian tubuhku yang menggantung itu. Aku sampai berteriak. Tapi kemudian ia membelai-belai mesra buah pelirku.

    “Bagaimana kalau yang berhalangan saya?” aku lalu gantian bertanya.
    “Hmm..” ia tampak berpikir.
    “Ya, kalau dalam keadaan terjepit seperti itu ya harus bisa memanfaatkan kesempatan..” katanya.
    “Kok, kesempatan?” tanyaku heran.
    “Iya, yang sempit-sempit harus diberi kesempatan untuk tetap menjepit meskipun dalam keadaan terjepit..” jawabnya tenang sambil senyum-senyum.

    Aku tertawa ngakak mendengar balasannya yang cerdas itu. Segera kurengkuh pinggangnya dan kutindih tubuhnya sebelum ia sempat mengelak. Kutempelkan punyaku tepat di cekungan pangkal pahanya.

    “Jadi, kapan lagi mau menjepit yang menggantung?” tanyaku bercanda sambil menekan milikku ke miliknya.
    “Itu sih tergantung dari yang mau terjepit..” sahutnya kocak sambil sedikit menggoyangkan pinggulnya. Sialan, gerakannya membuatku berdesir.

    Tapi sore ini aku tak ingin terlalu menuruti hawa nafsu yang muncul. Maryati pun bukan type wanita yang menggebu-gebu nafsu seksnya. Bagi kami, yang penting adalah kualitas dalam bermain cinta, bukan kuantitas atau frekuensinya.

    Maka sore itu juga, setelah selesai mandi, Maryati memintaku untuk mengantarnya pulang ke rumah. Selama di mobil kami ngobrol dan guyon-guyon mengenai hal-hal yang ringan. Tak ada lagi acara saling remas seperti siang tadi. Karena semuanya sudah tersalurkan.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Maafkan Aku Hubungan Dengan Kakak Iparmu

    Cerita Sex Maafkan Aku Hubungan Dengan Kakak Iparmu


    1140 views

    Perawanku – Cerita ini mengisahkan hubungan Incest antara aku dengan kakak iparku yang terjadi beberapa bulan lalu. hubungan seks yang kami lakukan tanpa sengaja dan rencana, semua terjadi dan mengalir begitu saja.

    Sebut saja Namaku Bejo laki-laki yang berumur 27 tahun, dengan postur tubuh standar 170 Cm dengan Berat 70 Kg. aku bekerja di satu instansi pemerintahan memiliki seorang istri yang cantik dan juga 1 orang anak laki-laki yang lucu. keluarga istriku termasuk dari kalangan berada, Namun tidak membuat dirinya menjadi anak manja. Dengan kemauan dan tekat yang keras, membuat aku harus merelakan berjauh-jauhan dengan dirinya dan juga sibuah hatiku. dikarenakan istriku yang mendapat peluang untuk berkarir di pulau sebrang.

    Sejak kepergian istriku, aku sering menghabiskan waktu sendiri dirumah setelah semua aktifitas kantor yang betul-betul menguras tenaga dan pikiranku. dan pada saat hari libur terkadang aku sering mengunjungi rumah mertuaku yang kebetulan berada tidak jauh dari rumahku.

    Dirumah itu, mertuaku tinggal bersama kakak istriku yang sering kupanggil dengan kak Nurul. Kak Nurul yang hanya terpaut beda usia 1 tahun denganku masih keliatan begitu cantik walau sudah memiliki tiga orang anak. dengan tinggi sekitar 162 cm, berat sekitar 50 Kg dan disertai kulit putih bersih. Sebenarnya Kak Nurul adalah mantan Pacarku ketika statusku masih jejaka dan dia masih perawan.

    Namun ketika dia harus melanjutkan kuliah diluar kota, kami kehilangan kontak untuk komunikasi. Sehingga suatu saat dia pulang membawa seorang laki-laki mapan bernama Johar, yang siap memersunting dirinya untuk menjadi istri. dan karna itu kandas pulalah diriku dari memorinya. Namun hubungan ku dengan kak Nurul tetap harmonis seperti biasa. istriku mengetahui masa laluku dengan kakaknya, tapi dia tidak merasa keberatan. toh aku yang ditinggalin… begitu katanya.

    sebenarnya semenjak istriku pergi untuk berkarir, secara tak langsung hubungan ku dengan kak Nurul semakin hari semakin dekat. aku sering meminta tolong kepadanya walau hanya sekedar menjahitkan kancing baju. dan kadang-kadang pula aku membantu kak nurul untuk mejemput keponakan ku yang pulang dari sekolah, kegiatan itu aku lakukan untuk mengobati rasa rinduku pada si buah hati.  Agen Judi Bola

    Tapi tanpa kami sadari hal-hal seperti inilah yg membuat hubungan ku dengan kak nurul semakin hari semakin intim. Hal itu juga di karenakan suami kak Nurul yang sibuk keluar kota untuk mengurus bisnisnya sampai berbulan-bulan. walaupun demikian, tidak pernah terbesit dipikiranku untuk berbuat jauh apalagi samapi melakukanhubungan seks dengan Kak Nurul.

    Bila mengingat apa yang telah aku lakukan dengan kak Nurul, hingga detik inipun aku masih mengingat kejadian itu dengan sangat mendetil. Sore itu hujan lebat turun sangat derasnya di kotaku, sehingga membuat rumah-rumah yang berada disekitar tempat tinggalku dengan perlahan direndam air. Aku yang baru tiba dari kantor, menerima telpon dari kak Nurul.

    “Jo..Apa Kamu Udah pulang dari Kantor”
    “Sudah kak, aku baru saja sampai kerumah”
    “Jo..tolong sebentar kerumah, aku perlu bantuan kamu”
    “baik Kak, sebentar lagi aku langsung kerumah”
    “okey aku tunggu” begitulah akhir percakapan kami di telpon, dengan penasaran bergegas aku mengganti baju dan segera menuju rumah mertuaku.

    Sesampainya didepan pintu, aku langsung di sambut oleh Kak Nurul yang keliatan begitu gugup.

    “Jo…Sesak napas Andi kambuh lagi” begitulah kak Nurul mengabarkan perihal tentang kondisi anak keduanya.
    “sejak kapan kak ???”
    “baru saja jo…”
    “Bapak dan Ibu kemana ???”
    “Mereka berangkat tadi pagi dan membawa serta sikecil keluar kota untuk menghadiri harisan di kantor pusat”
    aku dan kak Nurul langsung menuju ke kamar anaknya.
    “Andi harus kita bawa kerumah sakit kak”
    “Baik Jo aku mau ganti baju dulu” setelah kak Nurul mengganti bajunya kami langsung menuju rumah sakit, saat itu jam tanganku menunjukan pukul 18.20 wib.

    Sesampainya dirumah sakit, setelah diperiksa oleh dokter. dokter menyarankan agar Andi dirawat dirumah sakit tersebut. setelah Andi mendapat kamar untuk inap kak Nurul memintaku untuk menemaninya pulang kerumah, untuk mengambil beberapa peralatan untuk keperluan dirumah sakit. dan kami meninggalkan Andi bersama kakaknya Sheila. Di perjalanan kulihat Kak Nurul menangis, sontak aku terkejut melihatya.

    “Seandainya dalam kondisi seperti ini Bg Johar ada, pasti aku tidak perlu merepotkanmu Jo…”
    “Jangan sungkan seperti itu kak, bukankah Andi itu jg anak ku, apa yg di lakukan bg Johar kan untuk masa depan kakak dan anak-anak juga” sanggah ku untuk menghiburnya.

    Cerita Sex Maafkan Aku Hubungan Dengan Kakak Iparmu

    Cerita Sex Maafkan Aku Hubungan Dengan Kakak Iparmu

    Sebenarnya dalam hatiku juga timbul berbagai pertanyaan, kak Nurul yang begitu cuek ternyata menyimpan rasa sunyi yng begitu dalam di hatinya. selama aku dekat dengannya belum pernah aku melihat atau mendengar keluhan tentang rumah tangganya. tapi barusan aku mendengar keluhan hatinya.

    “Maafkan aku Jo…”
    “Maaf …??? Maaf untuk apa ???”
    “Karena dulu aku telah meninggalkanmu..” hampir berhenti rasanya jantungku mendengar kata-katanya.

    Selama ini aku mengira kak Nurul tidak pernah lagi mengingat masa lalu kami. dan ternyata dia telah meminta maaf dengan apa yg sudah terjadi.

    “Kakak tidak perlu minta maaf karna semua itu juga tidak lepas dari kesalahanku sendir”
    “Jo…kamu tidak perlu menyalahkan dirimu, dan kamu juga tidak perlu memanggilku dengan sebutan kata-kata kakak”

    kemudian kak Nurul menggenggam tanganku yang ketika itu berada di Porsneling mobil yang sedang ku kemudikan. dengan spontan jantung ku berdebar cepat, secepat hujan yg jatuh membasahi bumi. entah karna syahwatku yg sudah lama tidak tersalurkan atau karna kisah masa lalu ku dengan kak Nurul. entahlah aku tidak mengerti. namun aku senang dengan genggaman itu dan tak ingin kak Nurul melepaskan genggamannya. aku seperti anak ABG yang sedang kasmaran darahku panas dingin.sepanjang jalan kami diam seribu bahasa.

    “Jo…apa kamu pernah merasa kesepian ???” tiba-tiba pertanyaan kak nurul memecahkan keheningan
    “Maksud kamu ???” aku kembali bertanya untuk memastikan apa mksud dari pertanyaan kak Nurul
    “sebagai laki-laki normal, dan kondisi yang ditinggal jauh oleh istri apa kamu pernah terlintas untuk berselingkuh dengan perempuan lain.”

    wajahku memerah dengan pertanyaan yg dilontarkan Kak Nurul. pertanyaan yang tabu antara kakak ipar dengan adik ipar menurutku.

    “kenapa kamu diam Jo…???”
    “Maaf kak, sebagai laki-laki normal tentunya aku merasakan hal seperti itu. tetapi untuk mencari perempuan lain aku tidak berani”
    “kenapa ??”
    “Karna aku tidak berani mengambil resiko,,, terus bagaimana dengan kakak sendiri ???”
    “sebagai wanita dan seorang ibu aku butuh perhatian dan kasih sayang, tapi bg Johar selalu sibuk dengan urusan bisnisnya. Apa dia setia ga ya disana ??”

    Tidak terasa Mobil yang ku lajukan sudah berada di gerbang pintu rumah, kak Nurul pun melepaskan genggamannya dan aku segera turun untuk membuka pintu gerbang. dan sialnya kunci yang tadi aku kantongi sudah hilang. aku kembali ke dalam mobil untuk menghindari hujan yang tak kunjung reda.

    “Kenapa Jo ???”
    “Sial.. aku menghilangkan kunci gerbang”
    “terus gimana???”
    “terpaksa kita rusak kak” dan mataku mencoba mencari batu yang besar untuk merusak kunci tersebut.

    Dalam hujan yang lebat aku berusaha menjebol kunci pengaman dan usahaku berhasil, tapi baju ku basah kuyup. dari belakang aku mengikuti kak nurul yang sedang mebuka pintu rumah , sesekali terdengar suara gigiku ku yang beradu akibat dingin menyelimuti tubuhku. kak nurul tersenyum meliat ekspresiku, dan dia berkata.Cerita Sex Dewasa

    “kamu kedinginan ??”
    “Iya Kak jawabku”
    “Ya sudah, di belakang ada handuk sana gih keringkan badanmu” karna badan yg cukup dingin aku sudah tidak menghiraukan lagi dimana aku melepaskan baju dan celanaku.

    Dengan tidak sengaja, ternyata kak Nurul menyusulku ke belakang dengan membawakan pakaian di ditangannya. sontak dia kaget melihat kondisiku, tapi tanpa berkata sepatah kata pun.

    “ini pakaian milik bg Johan mudah-mudahan muat untuk kamu” dan berlalu meninggalkanku sendiri dengan kondisi teramat malu.

    Aku terdiam dengan kajadian yang barusan kami alami hari ini sudah dua kali kak nurul membuatku panas dingin.

    Sewaktu pacaran hubungan kami tidak sampai terlalu jauh. hubungan kami sewajarnya. hanya sekedar genggaman tangan saja. dengan segera kususul kak nurul ke ruangan tengah tanpa menghiraukan pakaian yang di berikannya. hanya bermodal handuk yg terlilit dipinggang kudapati kak nurul sedang duduk disofa menantiku. perlahan aku mendekatinya

    “kak maaf,,,tadi aku tidak bermaksud….”  Agen Judi Bola
    “tidak apa-apa jo..” kak nurul langsung memotong pembicaraan ku, tangannya kemudian kembali menggenggam tanganku yang sedang berdiri di depannya. dengan perlahan aku membalas genggamannya. mata kami hanya saling memandang tanpa ada kata-kata yang terucap. kuliat tonjolan payudaranya turun naik, dengan perlahan kuberanikan diri untuk membelai rambutnya. entah setan mana yg membuatku melakukan hal itu. kemudian aku duduk dismaping kak nurul, mata kami tidak lepas saling memandang. namun pandangan itu mengatakan penuh dengan berjuta makna.

    Tanpa di sadari wajah kami semakin dekat, dan hembusan nafas terasa tidak beraturan antara aku dan kak Nurul. dengan lembut aku mengecup kening kak Nurul, kak nurulpun tak kuasa menolak apa yg sedang kubuat selain hanya memejamkan mata. secara perlahan kuciumi tiap inci wajahnya sampai akhirnya bibirku mendarat di bibirnya. sejenak aku terdiam untuk memastikan apa yng sedang aku lakukan adalah bukan sekedar mimpi dan mata kak nurul pun terbuka.

    Kini situasi berbalik kak nurul kembali melajutkan ciuman kami yang sempat terhenti, pelan tapi pasti itulah yng terjadi. kini kai saling mengulum satu sama lain. dan tanganku pun mulai menjamah tiap lekuk tubuh indah kak nurul, begitu pula sebaliknya dengan tangan kak nurul. kurebahkan tubuhnya di atas sofa tersebut, kini satu persatu pula tangan ku mulai melucuti pakaiannya terlihat belahan payudaranya yg begitu putih mulus.

    Tanpa kusadari handuk yang kukenakan juga telah terlepas karna kenakalan tangan kakak iparku itu. nafsuku pun menggebu karena tubuhku yang sudah telanjang di depannya. dan tanpa di komandokan tangan ku pun terus bergerilya hingga ke celana nya. dengan sedikit tergesa-gesa kutarik celana tersebut berikut dengan celana dalamnya. kini poloslah bagian bawah kakak iparku. tinggal penutup payudaranya yng masih tersisa ditubuh indah kak Nurul.

    Begitu indah pemandangan itu dengan perlahan kucuba masukkan kedalam gua kenikmatannya. dengan wajah yg meringis, kembali kukecup bibirnya sambil terus berusaha membenamkan apa yang aku punya kedalam gua yang selama ini tidak pernah kurasakan lagi dan usahaku pun membuahkan hasil. terasa lembab dan berlemdir disana. dengan napas yang terengah-engah kak nurul mengimbangi permainanku, sesekali terdengar suaranya merintih membuat ku semakin bergelora di buatnya, kujilati lehernya dan dan tanganku mulai menggapai kancing bra yg membungkus payudaranya.

    Kini poloslah dia dalam pergumalan yang sangat nikmat itu. hujan yang turun semakin lebat, seakan mendukung apa yang sedang kami lakukan. sesekali tangannya mencakar punggungku, membuat goyangan terasa semakin eksotis. peluh terus berjatuhan dari tubuh kami, sehingga membasahi sofa yang menjadi alas dari tiap adegan yang sedang kami lakukan terliat dia mengejang menandakan bahwa dirinya telah mencapai klimaks, tp belum untuk diriku. kucoba meneguk rasa haus yang selama ini aku rindukan, rasa haus akan kehangatan.

    Semakin dalam aku benam apa yang aku punya, semakin terasa denyut dari miliknya. kini terasa punyaku akan mecapai puncaknya kucoba mengayuh kenikmatan ku dengan cara tidak beraturan. dan akhirnya tumpahlah semua hasratku yang selama ini tidak tersalurkan. kami diam saling memandang, dengan sisa-sisa tenaga kami saling merangkul dan berciuman. apa yng kami lakukan tanpa sengaja dan direncanakan. maafkan aku kakak iparku, tidak pernah terbesit dipikranku untuk melecehkan mu. walau kau pernah jadi kekasih hatiku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Tukar Pasangan Dengan Teman Lama Yang Tak Terlupakan

    Cerita Sex Tukar Pasangan Dengan Teman Lama Yang Tak Terlupakan


    1106 views

    Perawanku – Cerita Sex Tukar Pasangan Dengan Teman Lama Yang Tak Terlupakan, Ivan namaku berpostur tinggi dengan berat yang ideal serta penampilan dan wajah keren kalau kata teman-temanku, saat ini aku berusia 24 tahun, kelahiran Bandung. Terus terang aku termasuk lelaki yang mempunyai
    libido seks tinggi dan butuh variasi yang bermacam-macam dalam melakukan hubungan seks. Saat ini aku sudah bekerja dan mempunyai posisi yang cukup bagus. Serta sudah mempunyai seorang istri yang cantik dan
    berkulit putih mulus dengan postur tubuh yang menarik serta selalu merangsang nafsuku.

    Cerita yang akan kutampilkan ini adalah pengalamanku beberapa waktu lalu. Saat itu aku mendapat undangan dari seorang teman lamaku yang bernama Jay. Jay adalah temanku semasa kuliah dulu di kota Surabaya. Sejak lulus dari kuliah kami tidak pernah bertemu, tetapi komunikasi melalui telepon tetap berjalan lancar. Saat ini dia juga sudah menikah, dan aku belum mengenal istrinya. Dia juga saat ini sudah berkerja di salah satu perusahaan besar di Surabaya, sedangkan aku berkerja di Jakarta sampai sekarang.

    Pada saat menghubungiku, Jay mengatakan bahwa dia akan berada di Jakarta selama satu minggu lamanya dan tinggal sementara di sebuah apartemen yang telah disediakan oleh perusahaannya. Dia juga datang bersama istrinya dan saat ini mereka juga belum mempunyai anak seperti aku dan istriku, maklum kami kan masing-masing baru menikah dan masih fokus ke karir kami, baik istriku ataupun istri Jay hanya ibu rumah tangga saja, sebab kami pikir kondisi itu lebih aman untuk mempertahankan sebuah rumah tangga, karena dunia kerja pergaulannya menurut kami tidaklah aman bagi istri-istri kami

    Malam itu sampailah kami di kamar apartemen yang dihuni oleh Jay dan istrinya.

    “Hai… Jay gimana kabar kamu, sudah lama yach kita nggak ketemu, kenalkan ini istriku Lusi,” kataku.

    “Hai Van, nggak ngira gua kalau bakalan bisa ketemu lagi sama kamu, hai Lusi… apa kabar, ini Sari istriku, Sari ini Ivan dan Lusi…” kata Jay balik memperkenalkan istrinya dan mengajak kami masuk.

    Kemudian kami ngobrol bersama sambil menikmati makanan yang telah disiapkan oleh Jay dan Sari. Kulihat Lusi dan Sari cepat akrab walaupun mereka baru ketemu, begitu juga dengan aku dan Jay.

    Ketika Sari dan Lusi asyik ngobrol macam-macam, Jay menarikku ke arah balkon yang ada dan segera menarik tanganku sambil membawa minuman kami masing-masing.

    “Eh.. Van gua punya ide, mudah-mudahan aja elo setuju… karena ini pasti sesuai dengan kenakalan kita dulu… gimana…” kata Jay.
    “Mengenai apa…” kataku.

    “Tapi elo jangan marah ya… kalau nggak setuju…” kata Jay lagi.

    “Oke gua janji…” kataku.

    “Begini… gua tau kita kan masing-masing punya libido seks yang tinggi, gimana kalau kita coba bermain seks bersama malam ini, dengan berbagai variasi tentunya, elo boleh pakai istri gua dan gua juga boleh pake istri kamu, gimana…” ucap Jay.

    “Ah.. gila kamu…” kataku spontan.

    Tetapi aku terdiam sejenak dan berpikir sambil memandangi Lusi dan Sari yang sedang asyik ngobrol. Kulihat Sari sangat cantik tidak kalah cantiknya dengan Lusi, dan aku yakin bahwa sebagai laki-laki aku sangat tertarik untuk menikmati tubuh seorang wanita seperti Lusi maupun Sari yang tidak kalah dengan ratu-ratu kecantikan Indonesia.

    “Gimana Van… kan kita akan sama-sama menikmatinya, tidak ada untung rugilah…” kata Jay meminta keputusanku lagi.

    “Tapi gimana caranya… mereka pasti marah… kalau kita beritahu…” aku balik bertanya.

    “Tenang aja, gua punya caranya kalau elo setuju…” kata Jay lagi.

    “Gua punya Pil perangsang… lalu kita masukkan ke minuman istriku dan istrimu.. tentunya dengan dosis yang lebih banyak, agar mereka cepat terangsang, dan kita mulai bereaksi.”

    “Oke… gua setuju..” kataku.

    Dan kami pun mulai melaksanakan rencana kami tersebut.

    Tukar Posisi
    Jay mengambil gelas lagi dan memasukkan beberapa butir pil perangsang ke dalam dua buah gelas yang sudah diisi soft drink yang akan kami berikan kepada Lusi dan Sari. “Aduh.. asyik amat… apa sich yang diobrolin.. nich.. minumnya kita tambah…” kata Jay sembari memberikan gelas yang satu ke Sari, sedangkan aku memberikan yang satu lagi ke Lusi, karena kebetulan minuman milik mereka yang sebelumnya kelihatan sudah habis.

    Kemudian Lusi dan Sari langsung menenggak minuman yang kami berikan beberapa kali. Aku duduk di samping Lusi dan Jay duduk di dekat Sari, kami pun ikutan ngobrol bersama mereka. Beberapa waktu kemudian, baik aku maupun Jay mulai melihat Lusi dan Sari mulai sedikit berkeringat dan gelisah sambil merubah posisi duduk dan kaki mereka, mungkin obat perangsang tersebut mulai bereaksi, pikirku.

    Cerita Sex
    Kemudian Jay berinisiatif mulai memeluk Sari istrinya dari samping, begitu juga aku, dengan sedikit meniupkan desah nafasku ke tengkuk Lusi istriku.

    “Sar… aku sayang kamu…” kata Jay.

    Kulihat tangannya mulai meraba paha Sari, istrinya.

    “Eh Jay… apaan.. sich kamu… kan malu… akh.. ah…” kudengar suara Sari halus.

    “Nggak pa-pa.. ah… ah… kamu sayangku… ah…” desah Jay meneruskan serangannya ke Sari.

    Melihat kondisi itu, Lusi agak bingung… tapi aku tahu kalau dia pun mulai terangsang dan tak kuasa menahan gejolak nafsunya.

    “Lus… aku cinta kamu.. ukh… ulp… ah…”

    Aku pun mulai memeluk Lusi istriku dan langsung mencium bibirnya dengan nikmat, dan kurasa Lusi pun menikmatinya. Aku pun mulai memeluk tubuh istriku dari depan, dan tanganku pun mulai meraba bagian pahanya sama seperti yang dilakukan oleh Jay.

    “Lus… akh… ak… kamu… sangat cantik sayang…” kataku.

    “Akh.. Van… ah… ah…” desah istriku panjang, karena tanganku mulai menyentuh bagian depan kemaluannya, dan mengelus dan mengusapnya dengan jari tangan kananku, setelah terlebih dahulu menyibakkan CD-nya secara perlahan.

    Kulihat Jay sudah membuka bajunya dan mulai perlahan membuka kancing baju Sari istrinya, yang kelihatan sudah pasrah dan sangat terangsang.

    “Ah.. Jay… ah… ah… ah…” desah Sari kudengar. Dan Jay sudah berhasil membuka seluruh pakaian Sari, dan kulihat betapa mulusnya kulit Sari yang saat ini hanya tinggal CD-nya saja, dan itu pun sudah berhasil ditarik oleh Jay.

    Tinggallah tubuh bugil Sari di atas sofa yang kami gunakan bersama itu dengan kelakuan Jay pada dirinya. Kulihat Jay pun sudah membuka semua pakaiannya dan sekarang tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh Sari maupun Jay yang saat ini saling rangkul dan cium di sampingku dan istriku.

    “Ah… ulp… ulp… ulp.. ah.. sst.. sst…

    ” kulihat Sari menjilat dan menghisap kemaluan Jay yang putih kemerahan dengan nikmatnya.

    “ukh…ukh..ohh….ukh…” erang Jay menikmati permainan Sari.

    Aku pun sekarang sudah berhasil membuka semua pakaian Lusi istriku, kulanjutkan dengan meremas buah dadanya yang kenyal itu dan kulanjutkan dengan mengisap kedua puting susunya perlahan dan berulang-ulang. “Ah… ah… ah… Van… terus… ah.. ah..” desah Lusi keenakan. Tangan Lusi pun mulai membuka celanaku dengan tergesa-gesa karena hanya celanaku yang belum kubuka dan kelihatannya Lusi sudah mulai tidak sabaran. “Akh… akh… ukh… oh…” ketika celana dan CD-ku terbuka dan jatuh ke bawah, Lusi segera memegang kemaluanku dan menjilatinya seperti apa yang dilakukan oleh Sari.

    Tukar Posisi
    Aku kemudian segera mengatur permainan dengan mengambil posisi jongkok dan membuka lebar kedua kaki istriku dan mulai menjilati klitorisnya dan semua bagian luar kemaluannya,

    “Aah… oh.. terus.. terus Van… enak… akh… akh…” desah Lusi.

    “Ulp.. ulp.. sst… sst… ah… uhm.. uhm… uhm…”

    Aku terus menjilati klitoris istriku dan kulihat bibir kemaluan dan klitorisnya merekah merah merangsang serta kelihatan basah oleh jilatanku dan air kenikmatan milikya yang tentunya terus mengalir dari dalam kemaluannya.

    “Ah… terus.. ah… ah… terus Van.. enak… akh… akh… ukh…” rintih Lusi.

    Yang membuka lebar kedua kakinya serta meremas buah dadanya sendiri dengan penuh kenikmatan.

    Perlahan kulihat Jay menggendong Sari istrinya dan membaringkannya sejajar di sebelah istriku di sofa panjang yang kami pakai bersama ini, kemudian Jay mulai memasukkan kedua jari tangannya ke lubang kemaluan milik Sari dan mengocoknya pelan serta menariknya keluar masuk.

    “Akh… Jay… ahk… kamu.. gila Jay… akh.. terus… terus Jay… ahh…” rintih Sari terdengar.

    “Ukh… ah… ulp… akh… akh… akh.. oh… oh… oh…”

    Suara dan desahan dari istriku dan Sari secara bersamaan dan penuh kenikmatan. Perlahan tangan kananku mulai ikut meraba kemaluan Sari yang berada di sebelah istriku. Dan aku pun ikutan memasukkan kedua buah jariku ke kemaluan Sari tersebut. Dan Jay pun membiarkan semua itu kulakukan, kemudian sambil terus mengocok lubang kemaluan Sari, tangan kiri Jay pun mulai ikut meraba kemaluan istriku yang saat ini tanpa rambut, karena habis kucukur kemarin, permainan ini terus berlanjut baik Sari maupun istriku membuka dan menutup matanya menikmati permainan yang aku dan Jay lakukan.
    Cerita Sex
    Perlahan aku mulai meraba buah dada sari dengan tangan kananku dan meremasnya pelan, kurasakan buah dada milik Sari lebih kenyal dibanding milik istriku, tetapi buah dada istriku lebih besar dan menantang untuk dihisap dan dipermainkan. Kemudian aku mulai berdiri dan mengarahkan kemaluanku yang berukuran panjang 16 cm serta diameter 4 cm itu ke arah mulut istriku, dan tangan kananku terus meremas buah dada milik Sari. Istriku dan Sari pun membiarkan semuanya ini terus berlanjut. Dan kulihat Jay tetap memasukkan dan mengocok kedua lubang kemaluan yang di depannya dengan kedua buah tangannya dengan sekali-kali meremas buah dada milik istriku maupun Sari, istrinya.

    Kemudian Jay mulai berdiri dan mengarahkan kemaluannya ke lubang kemaluan Sari yang sudah sangat basah, “Ah… Jay… terus… masukkan… terus Jay semuanya…” kata Sari.
    Melihat itu aku pun mulai mengarahkan batang kemaluanku ke lubang kemaluan istriku.

    “Akh… ukh.. ah… oh… ah… oh…” erang istriku keenakan.

    Saat ini baik posisiku dan jay maupun Lusi dan Sari berada pada posisi yang sama. Aku dan Jay terus menarik turunkan kemaluan kami di lubang kemaluan milik Sari dan Lusi. Begitu juga dengan Sari dan Lusi membuka lebar kakinya dan memeluk pinggangku maupun Jay seolah-olah mereka takut kehilangan kami berdua.

    Cerita Sex Tukar Pasangan Dengan Teman Lama Yang Tak Terlupakan

    Cerita Sex Tukar Pasangan Dengan Teman Lama Yang Tak Terlupakan

    Tukar Posisi Selang beberapa saat kemudian Jay menghentikan kegiatannya dan memintaku mundur, kemudian memasukkan batang kemaluannya yang berukuran panjang 17 cm tetapi diameternya mungkin 3 cm dan kelihatan begitu panjang dari punyaku hanya punyaku lebih besar dan keras dibanding kemaluan Jay yang terus menuju ke lubang kemaluan milik istriku. Kulihat istriku cukup kaget tetapi hanya pasrah dan terus menikmati kemaluan milik Jay yang mulai mengocok lubang miliknya tersebut. Aku pun mulai juga mengarahkan kemaluanku ke lubang kemaluan milik Sari, perlahan kurasakan lubang kemaluan Sari masih cukup sempit serta menjepit batang kemaluanku yang kutekan perlahan.

    “Akh… akh… Sar… memekmu begitu padat.. dan enak… akh…” kataku.

    “Terus… Van.. Terus.. punyamu begitu besar… terus Van… enak… akh…” rintih Sari.

    “Van.. terus… beri aku kenikmatan.. akh… akh… terus Van… enak… lebih dalam Van… akh..

    “Lus… punyamu begitu enak… sangat… rapat dan menjepit kontolku.. akh…” desah Jay kepada istriku.

    “Ehm… ehm… ukh… ukh… lebih dalam Jay… lebih dalam… teruskan Jay… teruskan… kontolmu… sangat panjang… akh.. dan menyentuh… dinding.. rahimku.. akh… akh… enak… Jay..” desah istriku lirih.

    Cerita Sex
    Kemudian aku terus meremas dan menjilat puting susu milik Sari dan sekali-kali kugigit pelan putingnya dan Sari terus menikmatinya, sementara kemaluanku terus naik-turun mengocok lubang kemaluan Sari yang terasa padat dan kenyal serta semakin basah tersebut. Terasa batang kemaluanku serasa masuk ke lubang yang sangat sempit dan padat ditumbuhi daging-daging yang berdenyut-denyut menjepit dan mengurut batang kemaluanku yang semakin keras dan menantang lubang kemaluan Sari yang kubuat basah sekali, dan Sari pun terus menikmati dan mengangkat pinggulnya serta menggoyangkannya saat menerima hujaman batang kemaluanku yang saat masuk hanya menyisakan dua buah biji kemaluan yang menggantung dan terhempas di luar kemaluan Sari tersebut.

    “Akh… Sar… enak.. sekali.. punyamu… akh.. akh..” desahku.

    “Oh Van… aku sangat… suka… milikmu ini… Van yang besar dan keras ini… akh… ogh… ogh… terus Van… ah…”

    Kulihat Jay membalikkan tubuh istriku dan memasukan kemaluannya yang panjang putih kemerahan tersebut dari belakang,

    “Akh… akh… akh… Jay… terus.. lebih dalam Jay… akh.. enak… Jay…” rintih istriku, yang kulihat buah dadanya menggantung bergoyang mengikuti dorongan dari kemaluan Jay yang terus keluar masuk, dan kemudian tangan Jay meremas buah dada tersebut serta menariknya.

    “Akh… Jay.. akh… ogh… ogh… ahh…” jerit nikmat istriku menikmati permainan Jay dari belakang tersebut.

    “Ogh.. Lus… buah dadamu begitu besar… dan… enak… ukh… ehm… ehmmm…” sahut Jay penuh kenikmatan.

    Sari mencoba merubah gaya dalam permainan kami, saat ini dia sudah berada di atas tubuhku yang duduk dengan kaki yang lurus ke depan, sedangkan Sari memasukkan dan menekan kemaluannya dari atas ke arah kemaluanku.

    “Blees…”

    “Aakh… enak… akh… Van punyamu begitu besar… akhg…” desah sari yang terus menaik-turunkan tubuhnya dan sesekali menekan dan memutar pinggulnya menikmati kemaluanku yang terasa nikmat dan ngilu tetapi enak.

    “Oh… Sar.. terus… ah… ah…” desahku.

    “Oh Van… oh.. oh… oh… Van… aku hampir keluar Van… aogh… ogh…” jerit Sari.

    “Okh.. Van… okh… aku ke… luar… okh.. okh…” tubuh Sari mengejang bagaikan kuda dan kurasakan kemaluanku pun bergetar mengimbangi orgasme yang dicapai Sari.

    “Oh… ukh… okh.. Sar aku juga keluar.. okh… okh…”

    Kami pun berpelukan dan mengejang bergetar bersama serasa berada di awan, menikmati saat klimaks kami tersebut selama beberapa saat hingga kemudian kami berdua merasa lemas, dan tetap berpelukan dengan posisi Sari di atas, seolah kami sangat takut kehilangan satu sama lain sambil memandangi permainan Jay dan istriku di sebelah kami.

    Kulihat Lusi istriku sangat menikmati permainan ini dengan posisi bagaikan ****** atau kuda yang sedang kawin, buah dada istriku yang besar bergoyang-goyang ke depan-belakang dengan cepatnya, sekujur tubuh Jay maupun istriku berkilap dikarenakan keringat yang mengalir pelan karena permainan seks mereka ini, kulit Jay yang putih mulus karena dia berdarah Manado ini kelihatan bersinar begitu juga istriku begitu menikmati panjangnya kemaluan Jay. Tangan istriku meremas sandaran sofa dan berteriak lirih, “Ah… ah… ah… uh… uh… uh.. Jay tekan terus Jay dengan keras… ah.. ah..” kulihat satu tangan istriku memutar dan memelintir puting susunya sendiri serta sekali-kali meremas keras buah dadanya tersebut seolah takut kehilangan kenikmatan permainan mereka tersebut.

    Tukar Posisi
    Aku kemudian mendorong kepalanya dan sebagian tubuhku dan berbaring di bawah buah dada istriku, kemudian berinisiatif untuk ikut meremas buah dadanya dan mengisap puting susunya, “Akh… Van… akh… enak.. ogh… ogh… ogh… terus Van…” rintih istriku, terasa olehku kemudian Sari menjilati dan menghisap batang kemaluanku yang mulai mengeras kembali.

    “Ogh… ogh… ogh… Van… ogh… ogh… Jay… kontolmu sangat panjang dan membuatku sangat… puas Jay… akh… terus… akh…” kata Lusi.

    “Ulp.. ulp… ulp.. ulp… ulp..” jilatan Sari di kemaluanku yang mengeras.

    “Okh… Jay… aku.. hampir.. ke.. ke.. luar… Jay… terus” desah istriku.

    Kuremas dan kupelintir dengan keras puting susu dan buah dada istriku, dan kulihat Jay juga mengejang.

    “Akh… akh.. akh… akh.. Lus.. aku juga keluar… akh… akh…” jerit Jay kuat, kemudian tubuhnya mengejang dan bergetar hebat.

    “Ogh… ogh… ogh… ogh…” istriku pun mengejang dan meremas sandaran sofa dengan kuat. Beberapa saat.

    Aku pun kembali merasakan kenikmatan mengalir di batang kemaluanku dan… “Akh… akh… akh… akh…” kemaluanku pun memuncratkan spermaku kembali, sebagian ke wajah Sari dan sebagian lagi meloncat hingga ke tubuh istriku dan aku pun kembali mengejang kenikmatan dan kulihat Sari terus menjilati kemaluanku yang besar tersebut dan membersihkannya dengan lidahnya.

    Kemudian kami terbaring dan tertidur bersama di sofa tersebut hingga pagi harinya, dalam kondisi tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhku, istriku, Jay dan Sari istrinya. Permainan ini kembali kami ulangi pagi harinya.

    Dan kembali kami ulangi bersama dalam beberapa hari hingga saatnya Jay dan Sari harus pulang ke Surabaya, ini semua adalah awal dari permainan seks bersama kami yang hingga kini seringkali kami lakukan kembali jika aku dan istriku ke Surabaya, ataupun mereka ke Jakarta. Bahkan kadang-kadang-kadang Sari sendiri ke Jakarta bermain seks bertiga denganku dan istriku, ataupun aku atau istriku yang ke Surabaya bermain seks bertiga atau bersama dengan salah satu dari Jay atau Sari.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Anak Pembantu Ku Yang Penurut

    Cerita Sex Anak Pembantu Ku Yang Penurut


    1876 views

    Perawanku – Cerita Sex Anak Pembantu Ku Yang Penurut, Dony, begitu nama panggilanku. Tumbuh sebagai laki-laki aku boleh dibilang sempurna baik dalam hal ketampanan maupun kejantanan dengan tubuhku yang tinggi tegap dan atletis. Dalam kehidupan aku juga serba berkecukupan karena aku adalah juga anak angkat kesayangan seorang pejabat sebuah departemen pemerintahan yang kaya raya.

    Saat ini aku kuliah di kota Bandung, di situ aku menyewa sebuah rumah kecil dengan perabot lengkap dan untuk pengawasannya aku dititipkan kepada Oom Rony, sepupu ayahku yang juga pemilik rumah untuk memperhatikan segala kebutuhanku. Oom Rony adalah seorang pejabat perbankan di kota kembang ini dan dia kuanggap sebagai wali orang tuaku.

    Sekalipun aku sadar ketampanan dan segala kelebihanku digila-gilai banyak perempuan, namun aku masih belum mencari pacar tetap. Untuk menyalurkan hobby isengku saat sekarang ini aku lebih senang dengan cewek-cewek yang berstatus freelance atau cewek bayaran yang kunilai tidak akan membawa tuntutan apa-apa di belakang hari.

    Begitulah, pada tahun keempat masa kuliahku secara kebetulan aku mendapat seorang teman yang cocok dengan seleraku. Seorang gadis berstatus pembantu rumah tangga keluargaku tapi penampilannya cantik berkesan gadis kota. Jadinya konyol, di luaran aku terkenal sebagai pemuda mahalan kelas atas tapi tanpa ada yang tahu justru partner tetap untuk ber-“iseng”-ku sendiri adalah seorang gadis kampung yang status sosialnya jauh di bawahku.

    Sriwasti nama asli si cantik anak bekas pembantu rumah tangga orangtuaku, tapi lebih akrab dipanggil dengan Wasti. Sewaktu mula-mula hadir di tempatku ini dia memang meringankan aku tapi juga membuat aku jadi panas dingin berada di dekatnya. Pasalnya dulu aku pernah punya skandal hampir menggagahi dia sehingga dengan kembalinya dia kali ini dalam status istri orang tapi tinggal kesepian ini tentunya menggali lagi gairah rangsanganku kepadanya.

    Usianya 3 tahun lebih muda dariku, dia dulu dibiayai sekolahnya oleh orangtuaku dan ketika tamat SMA dia pernah beberapa bulan bekerja membantu-bantu di rumahku sambil berusaha masuk Akademi Perawat. Sayang dia gagal dan kemudian pulang kampung lagi untuk menerima lamaran seorang pemuda di tempat asalnya itu.

    Waktu masih di rumah orangtuaku itulah aku yang tertarik kecantikannya, kalau pulang dari Bandung sering iseng menggoda dia, suatu kali sempat kelewatan nyaris merenggut kegadisannya. Sebab di suatu kesempatan Wasti yang memang kutahu menaruh hati padaku sudah pasrah kugeluti dalam keadaan bugil hanya saja karena aku masih tidak tega dan juga masih takut sehingga urung aku menodai dia.

    Kuingat waktu itu secara iseng-iseng aku sengaja ingin menguji kesediaannya yaitu ketika ada kesempatan dia kuajak ke dalam kamarku. Beralasan meminta dia memijati aku tapi sambil begitu kugerayangi dia di bagian-bagian sensitifnya. Ternyata dia diam saja tidak berusaha untuk menolakku, sehingga aku meningkat lebih terang-terangan lagi.

    Susunya memang menggiurkan dengan bentuknya yang membulat kenyal tapi aku masih mengincar lebih ke bawah lagi. “Was gimana kalau kamu buka dulu celana dalammu, Mas Dony pengen gosok-gosokin yang enak di punyamu,” bujukku dengan tangan sudah meraba-raba di selangkangannya.

    Wasti tersipu-sipu dengan gugup ragu-ragu, meskipun begitu menurut saja dia untuk membuka celana dalamnya yang kumaksudkan itu.
    “Ta.. tapi.. nggak apa-apa ya Mass..?” kali ini terdengar nada tanya kuatirnya.
    Aku yang memang cuma sekedar menguji segera menenangkan dia.
    “Oo tenang aja, nggak Mas masukin inimu cuma sekedar ditempel-tempelin aja kok..” jawabku sambil juga menurunkan celana dalamku memamerkan batangku yang sudah setengah tegang terangsang.

    Kuambil tangannya dan meletakkan di batang kemaluanku meminta dia memainkan batang itu dengan genggaman melocok, ini diikuti Wasti mulanya dengan wajah kikuk malu tapi toh dia mulai terbiasa juga. Nampak tidak ada tanda-tanda risih karena baru kali ini dia melihat batang telanjang seorang laki-laki.

    Layap-layap keenakan oleh kocokannya sambil begitu sebelah tanganku juga ikut meremasi susu bergantian dengan bermain di liang kemaluannya. Lama-lama terasa menuntut, kuminta Wasti merubah posisi bertukar tempat, dia yang berbaring setengah duduk tersandar di kepala tempat tidur, dari situ aku pun masuk duduk berlutut di tengah selangkangannya.

    Dalam kedudukan ini tangan Wasti bisa mencapai batanganku dan melocoknya tepat di atas liang kemaluannya sementara kedua tanganku yang bebas bisa bermain dari kedua susu sampai ke liang kemaluannya.

    Lagi-lagi Wasti memperlihatkan air muka khawatir karena dikira aku sudah akan menyetubuhinya tapi kembali kutenangkan dan menyuruh dia terus melocok dengan hanya menggesek-gesek ujung kepala batang kemaluan di celah menguak liang kemaluan berikut klitorisnya. Cukup terasa enak buatku meskipun memang penasaran untuk berlanjut lebih jauh, tapi begitupun aku bisa menahan emosiku sampai kemudian locokannya berhasil membuatku berejakulasi.

    Menyembur-nyembur maniku tumpah di celah liang kemaluannya yang terkuak mengangkang, tapi sengaja kutahan tidak kutusukkan di lubang itu. “Huffhh pinterr kamu Was.. besok-besok bikinin lagi kayak gini ya?” kataku memberi pujian ketika permainan usai. Wasti mengangguk malu-malu bangga dan sejak itu setiap ada kesempatan aku ingin beriseng, dia yang kuajak dan kugeluti sekedar menyalurkan tuntutanku.

    Memang, sampai dengan saat itu aku masih bertahan untuk tidak mengambil keperawanannya karena masih terpikir status kami yang berbeda. Aku majikan dan dia pembantu, padahal dalam segalanya Wasti betul-betul seorang gadis yang mulus kecantikannya. Dibandingkan dengan wanita-wanita cantik yang kukenal belakangan, Wasti pun tidak kalah indahnya. Tapi itulah yang namanya pertimbangan status padahal akhirnya aku toh bertemu lagi dan membuat hubungan yang lebih jauh dengannya.

    Di kampungnya Wasti dinikahi Ardi seorang pemuda tetangganya, dia sempat beberapa bulan hidup bersama tapi ketika Ardi yang lulusan Akademi Teknik, minta ijin selama setahun karena mendapat pekerjaan sebagai TKI di suatu negara Arab, Wasti praktis hidup sebagai janda sendirian.

    Begitu, untuk mengisi waktunya dia juga meminta ijin agar bisa mencari pekerjaan tambahan dan dia pun teringat kepadaku karena aku memang pernah menjanjikan hal itu kalau dia ingin mendapat tambahan pencaharian. Ardi setuju karena aku sudah bukan asing bagi mereka, maka sesaat sebelum Ardi berangkat ke Arab dia ikut mengantar Wasti meminta pekerjaan padaku.

    Kedatangan Wasti untuk menawarkan tenaganya tentu saja tidak bisa kutolak tapi untuk tinggal bersama di rumah sewaanku jelas akan mengundang kecurigaan orang, dia pun kutawarkan tinggal sambil bekerja di sebuah tempat usahaku. Kebetulan aku memang mengusahakan sebuah Panti Pijat yang sebetulnya dimodali Oom Rony, sehingga kehadiran Wasti bisa membantu mewakili aku sebagai orang kepercayaanku dalam mengawasi tempat pijat itu. Wasti langsung setuju tapi waktu suaminya sudah berangkat meninggalkan dia barulah dia berkomentar bingung soal pekerjaan itu.

    “Tapi.., aku bener nggak disuruh kerja mijet Mas?” katanya agak keberatan dengan tugas yang belum dimengertinya itu.
    “Ya enggak dong, kamu di sana Mas kasih tugas utama sebagai pengawas tempat itu. Kalau soal mau belajar mijet sih boleh-boleh aja, malah bagus supaya Mas bisa kebagian rasanya juga,” kataku sambil tersenyum menggoda.
    “Ngg.. gitu nanti ada yang ngajakin tidur aku, gimana Mas..?”
    “Boleh, tapi minta ijin Mas dulu. Yang jelas Mas dulu yang pakai baru boleh dikasih yang lain,” kataku tambah menggoda lebih jauh.

    Di sini Wasti langsung mesem malu-malu, tapi begitupun senang dengan tawaranku untuk mewakili aku mengawasi usaha tempat pijatku. Dia kuberi kamar di rumah yang kukontrak untuk usaha pijat itu tapi secara rutin seminggu dua kali dia datang membantu membersihkan rumahku dan mengambil baju-baju kotorku untuk dicucikannya.

    Begitulah dengan adanya Wasti yang seolah-olah membawa keberuntungan bagiku, usahaku pun semakin bertambah ramai. Apalagi dia yang semula hanya bertindak sebagai tuan rumah setelah mulai belajar teknik memijat dan mulai mempraktekkan kepada tamunya, semakin banyak saja mereka yang datang mem-booking Wasti.

    Antri para tamu itu hadir dengan niat ingin mencicipi asyiknya pijatan sambil tentunya berusaha merayu agar bisa menikmati lebih dari sekedar pijatan si manis Wasti ini. Tetapi mereka belum sampai ke situ karena di bulan kedua kehadiran Wasti baru kepadakulah yang paling dekat dengannya saat ini, dia memberikan keistimewaannya.

    Karena sudah pernah ada hubungan sebelumnya maka mudah saja bagiku untuk membuat kelanjutan intim dengannya, cuma saja setelah beberapa lama baru terpikir olehku untuk mencicipi dia.

    Waktu itu aku terserang muntaber dan sempat seminggu aku terbaring di rumah sakit dengan ditunggui bergantian oleh Wasti dan Indri kakak perempuanku yang sengaja datang dari Jakarta untuk mengurusi sampai dengan kesembuhanku. Keluar dari rumah sakit dan setelah melihat aku sudah mendekati pulih kesembuhanku, Indri pun kembali lagi ke Jakarta dengan meninggalkan pesan pada Wasti untuk tetap mengurusi sampai aku betul-betul sembuh.

    Lewat lagi dua hari tenagaku kembali pulih seperti semula tapi seiring dengan itu mulai timbul lagi tuntutan kejantananku dan kali ini aku berencana akan menyalurkannya pada Wasti sebagai sasaranku yang paling dekat denganku saat itu. Ini karena aku selama dirawat olehnya merasa lebih akrab perasaanku dan berhutang budi sekali padanya.

    “Tau nggak Was? Apa yang pertama-tama mau Mas bikin kalau udah sembuh bener dari sakit ini?” tanyaku mengajak dia ngobrol menjelang kesembuhanku.
    “Apa tuh kira-kira Mas?”
    “Mas kepengen begini..” kataku sambil memberi tanda ibu jari dijepit telunjuk dan jari tengahku.
    Wasti langsung ketawa geli mendengarnya.

    “Hik, hik, hik.. Mas Dony yang dipikir kok itu dulu. Emang puasa berapa hari ini udah kepengen banget sih?”
    “Justru itu, kepingin sih jangan bilang lagi tapi coba tebak siapa nanti yang bakal Mas ajak tidur?”
    “Hmm siapa ya? Mas sih banyak ceweknya mana Wasti tau siapa orangnya?”
    “Orangnya ya kamu Was.”
    “Ngg kok malah aku, kan masih banyak yang cakep lainnya Mas..” Wasti kontan tersipu-sipu malu seolah tidak percaya denganku.

    “Yang Mas pilih emang kamu kok, sementara jangan dulu dikasih ke yang lainnya ya!” kataku sambil menarik dia mendekat kepadaku.
    “Kasih siapa Mas, kan katanya harus ijin Mas dulu?”
    “Makanya itu nanti Mas yang pakai dulu. Kasih Mas ya?”
    Kali ini kususupkan tanganku ke selangkangannya mengusap-usap bukit kemaluannya dan diterima Wasti dengan mengangguk sambil menggigit bibir malu-malu.

    Dia sudah bersedia dan ketika tiba saatnya, aku sengaja mengajaknya keluar menginap di hotel karena aku ingin betul-betul bebas berdua dengan dia. Maklum di rumah sewaanku masih kukhawatirkan Indri ataupun keluargaku dari Jakarta akan muncul sewaktu-waktu sehingga tidak terlalu aman rasanya.

    Segera aku pun bersiap-siap dan membuka lemari untuk mengambil uang tapi ide nyentrikku mendadak timbul ketika terpandang sweaterku yang tergantung di situ. Kuminta dia memakai sweater itu tapi tanpa mengenakan apa-apa lagi di balik itu, ini memang diturutinya tapi sambil meringis geli ketika sudah naik ke mobil duduk di sebelahku.

    “Mas ini ada-ada aja, masak aku cuma disuruh pakai kayak gini sih?”
    “Kamu biar cuma pakai gini tetep keliatan manis kok Was,” kataku membesarkan hatinya.
    “Tapi kan lucu Mas, di atasnya anget tapi di bawahnya bisa masuk angin..”
    “Maksud Mas Donny begini supaya pemanasannya bikin cepet tambah kepengennya. Sambil nyupir gampang megang-megangin kamu..” jelasku dengan menjulurkan tangan ke selangkangannya sudah langsung merabai liang kemaluan telanjangnya.

    Wasti tersipu-sipu tapi toh menurut juga ketika aku meminta dia menaikkan kedua kakinya ke atas jok sehingga liang kemaluannya lebih terkangkang lebar, lebih leluasa tanganku bermain di situ. Dia dari sejak dulu memang tidak pernah membantah apapun permintaanku.

    Mengusap-usap bukit yang cuma sedikit ditumbuhi bulu-bulu kemaluannya serta meremas-remas pipi menggembung dari bagian kewanitaannya yang menggiurkan ini, terasa kenyal daging mudanya itu. Dipermainkan begitu tangannya otomatis terjulur ke kemaluanku membalas memegang seperti dulu ketika dia masih sering bermain-main dengan milikku, tapi cuma sebentar karena segera dicabut lagi.

    “Lho kenapa nggak diterusin?”
    “Nggak ah, nanti keburu muncrat duluan. Mas kan udah puasa beberapa hari pasti sekarang udah kentel susunya, kan sayang kalau keburu tumpah di luar nanti Wasti nggak kebagian.”
    “Lho kan dipanasin dulu botolnya nggak apa-apa. Siapa tau kelewat kentel malah nggak mau netes airnya nanti?”
    “Masak nggak mau keluar Mas?”
    “Oh iya lupa, kalau diperes-peres pakai lubang sempit ini memang pasti keluar sih. Tapi sambil dikocokin yang enak nanti ya?”

    Rangsangan selama perjalanan sudah mulai memanaskan gairah birahi kami, ketika tiba di hotel kelanjutannya semakin membara lagi. Di hotel yang kupilih, Wasti sudah kusuruh masuk ke kamar duluan sementara aku masih menutup pintu mobil sebelum kususul dia di situ.

    Kubuka sekalian bajuku hingga telanjang bulat sementara dia masih berlutut di sofa yang menempel dekat jendela, pura-pura memandang ke luar mengintip lewat gordyn jendela. Segera aku merapat dari belakangnya langsung membuka sweater satu-satunya penutup tubuhnya, begitu sama telanjang bulat kupeluk dia merapatkan punggungnya ke dadaku dan mulai mengecupi lembut lehernya dengan diikuti kedua tanganku bermain masing-masing meremasi susu dan bukit kemaluannya.

    Cerita Sex Anak Pembantu Ku Yang Penurut

    Cerita Sex Anak Pembantu Ku Yang Penurut

    “Maass.. botolnya kerasa udah keras bener..” katanya mengomentari kemaluanku yang sudah mengencang menempel di atas pantatnya.
    “Iya, udah ngerti dia sebentar lagi bakal ditumpahin isinya ke lobang ini,” jawabku singkat.

    Kupondong dia dan membaringkan di atas tempat tidur langsung kudekap dan mencumbui dengan kecupan-kecupan seputar wajahnya dan usapan-usapan tangan di sekujur tubuhnya. Kenangan lama terungkit, gemas-gemas sayang rasanya dengan tubuhnya yang mulus lagi cantik ini.

    Ingin kulampiaskan emosi nafsuku tapi seperti takut dia kesakitan oleh tenagaku, jadinya setengah keras setengah tertahan serbuanku. Remasan tangan kuganti saja dengan permainan mulutku, tanpa menghentikan kecupanku yang mulai kujalari menurun ke leher menuju ke buah dadanya. Wasti selain mulus bersih juga tidak berbau keringatnya sehingga enak untuk kucium-ciumi dan kujilat-jilati.

    Tiba di bagian susunya, kedua bukit daging yang putih membulat bagus lagi kenyal ini segera kukecap dengan mengisap berganti-ganti masing-masing pentilnya. Mengenyoti bagian puncaknya, kungangakan lebar-lebar mulutku serasa ingin memasukkan banyak-banyak daging menonjol itu agar dapat kusedot sepuas-puasnya. Di dalam mulutku lidahku berputaran menjilati pentilnya, menggigit-gigit kecil membuat dia mengerang dalam geli-geli senang.

    “Ssh ahngg.. geli Mass..” suaranya merengek manja membuat aku semakin gemas bergairah. Air mukanya mulai merah terangsang karena sambil begitu aku juga menambahi dengan mempermainkan liang kemaluannya. Menggosok-gosok klitorisnya dan mulai mencucukkan satu jariku mengoreki bagian mulut lubangnya.

    Ada satu yang istimewa dan menyenangkatu yang istimewa dan menyenangkitu dia mempunyai klitoris jenis besar yang jarang kujumpai pada kebanyakan kemaluan-kemaluan perempuan. Aku sudah lama mengenal bagian ini tapi masih juga seperti penasaran membawa aku merosot ke bawah untuk memperhatikannya lebih jelas.

    “Ihh.. Mas ini mau ngeliat apa sih..?”
    Wasti rupanya kikuk malu dengan perobahan mendadakku. Tangannya bergerak ingin menutup bagian itu tapi cepat kusingkirkan.
    “Kok mau ditutup sih, kan Mas kangen pengen ngeliat itil gedemu kayak dulu Was?”
    “Hngg.. punyakku jelek kok mau-maunya diliat sih Mas..?”
    “Kamu keliru, justru yang begini disenengin orang laki soalnya jarang ada..”
    “Aaah Mas Dony menghibur ajaa. Apanya disenengin, jadi ketawaan malah..”
    “Lho Mas sendiri udah keliling banyak cewek belum pernah dapet yang gini. Udah denger cerita dari orang-orang baru Mas penasaran lagi sama kamu Was..”

    “Ngg abiiss Mas nggak dulu-dulu ngambilnya.. Sekarang udah keburu diambil Kang Ardi duluan baru Mas minta, kan Wasti nggak tega ngasihnya kalau udah bekas-bekas Mas..” timpal Wasti dengan air muka membayangkan kecewa.
    Melihat ini buru-buru aku menghibur.
    “Tapi nggak apa, biarpun gitu Mas Dony juga tetep seneng sama kamu kok. Sini Mas bikinin buat kamu.”

    Tanpa menunggu jawabannya aku langsung menunduk dan menyosorkan mulutku di celah itu. “Adduh Mass, Wasti nggak mau gitu..!” Kaget dia, ingin mencegah tapi kedua tangannya sudah lebih dulu kupegangi masing-masing tanganku. Sesaat dia membelalak seolah tidak percaya aku mau bermain begini dengannya tapi sebentar kemudian terhempas kepalanya mendongak dengan dada membusung kejang ketika tersengat geli kelentitnya kujilat dan kugigit-gigit kecil.

    Sebentar kubiarkan dia tenggelam dalam nafsu berahinya sampai terasa cukup baru kulepas permainan mulutku. Karena sudah lebih dulu kuhisap kemaluannya maka ketika aku meminta dia sekarang menghisap batang kemaluanku langsung diikutinya dengan senang hati. “Nggak usah lama-lama Was, kasih ludah aja biar Mas masukin sekarang..” kataku untuk tidak berlarut-larut dulu dalam permainan pembukaan ini.

    Wasti cepat mengikuti permintaanku dan sebentar kemudian dengan bantuan tangannya aku sudah menyusupkan batang kemaluanku masuk di liang kemaluannya. Begitu terendam kutahan dulu untuk menurunkan tubuhku menghimpit mendekapnya, mengawali dengan kecupan mesra di bibirnya untuk mengembalikan rangsang nafsunya yang sempat menurun oleh suasana tegang sewaktu menyambut batangku. Memang baru pertama kali buat dia tapi terasa ada kerinduan yang dalam baginya sehingga terasa hangat sambutannya.

    Nikmatnya jepitan liang kemaluan mulai terasa meresap, maklum, biasanya belum sampai 4 hari saja aku pasti sudah ngeluyur untuk mencari partner isengku. Dengan sendirinya senggama penyalur kerinduanku saat ini ingin kurasakan dengan senikmat-nikmatnya tanpa perlu terburu-buru. Kebetulan lagi partnerku ini termasuk barang baru yang muda lagi menggiurkan, jadi harus kuresapi asyiknya detik demi detik agar betul-betul mendapatkan kepuasan penyaluran yang maksimum.

    Setelah merasa cukup meresap asyiknya rendaman batang kemaluan dalam hangat liang kemaluannya, aku pun mulai memainkan batangku memompa pelan-pelan mencari nikmatnya gesekan batang. “Ssshh Waas.. enak sekali memekmu.. sempitt rasanyaa..” Baru dua-tiga gesekan saja aku sudah gemetar memuji rasa yang kuterima. Mukaku jadi tegang serius saking asyik diresap nikmat, bertatapan sayu dengan matanya yang sama mesra namun tergambar sinar senang dan bangga di situ.

    Makin kupompa makin meluap nikmatnya apalagi Wasti mulai menambahi dengan memainkan liang kemaluannya mengocok lewat putaran pinggulnya. “Adduu Waass.. pinterr kammu ngocokknyaa.. tapi Mas kepengenn cepet keluarr diginiinn.. ssh mm..” Sudah terbata-bata suara gemetarku bukan asal memuji tapi memang cepat saja aku dibuat tidak tahan oleh bantuan putaran kemaluannya. Kepala batangankan kemaluannya. Kepala batangankukkan cairan mani terkumpul di situ tinggal menunggu waktu untuk disemburkan saja.

    Segera Wasti kudekap lagi dengan sebelah lengan di lehernya sedang sebelah lagi menahan pantatnya, aku pun mengganti gerakan tidak lagi menggesek tapi memutar batanganku dan menekan dalam-dalam sambil mengajak dia bercium melumat hangat. Wasti menyambut ajakanku dengan balas mendekap, kedua kakinya naik membelit pinggangku erat-erat. Seperti mengerti kalau batang kemaluanku sudah dikorek dalam-dalam berarti aku ingin mengajak dia berorgasme bersama-sama. Dia pun tidak menahan-nahan lagi.

    “Ayyo Wass.. Mass keluarinn yaa..?”
    “Iyya, iyaa Mas.. sama-sama..”
    “Hhaaghh..! dduhhss.. adduhh Wass.. Mass kelluarr.. sshhgh.. ahhgh.. hghh.. aah .. aahshg duuh.. hoh.. hngg hmm..”

    Baru saja ajakan berorgasmeku disahut Wasti aku pun sudah meledak mengaduh tiba di puncak kepuasanku. Bukan main! semprotan cairan maniku serasa dahsyat menyembur-nyembur, menumpahkan seluruh kerinduanku sepertinya panjang dan lama sekali diperas-peras oleh pijatan kemaluannya sampai dengan tetesan yang terakhir. Aku sendiri tidak memperhatikan lagi bagaimana partnerku ini ikut berorgasme karena bola mataku sudah terbalik saking nikmatnya aku berejakulasi.

    Luar biasa, jujur kukatakan bahwa inilah saat orgasme yang paling enak sejak aku mulai bisa bersetubuh dengan perempuan. Kerinduan birahi nafsuku yang tertunda cukup lama menurut ukuranku ini betul-betul mendapatkan penyalurannya yang memuaskan sekali. Begitu puasnya sehingga ketika tubuhku melemas Wasti masih tetap kupeluki dan kukecupi bertubi-tubi seputar wajahnya diikuti pujian tanda senangku.

    “Minn, Was.. kamu kok enak skali sih.. Mas Dony rasanya puas bener numpahin kepengennya sama kamu..”
    “Enak nggak main sama Wasti, Mas?” masih dia bertanya manja namun dengan nada bangga di situ.
    “Hmmsshh eenaak bener deh.. Ini ibarat lagi laper-lapernya dikasih kue enak langsung pas bener kenyangnya.”
    Wasti tertawa senang.

    “Wasti sendiri juga puas Mas diminumin susu kentelnya Mas Dony..” katanya sambil membalas mengecupi bibirku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex pembantu vs majikan

    Cerita Sex pembantu vs majikan


    976 views

    Perawanku – Cerita Sex pembantu vs majikan, Saat itu aku baru lulus SMA, aku melanjutkan kuliah di Bandung, Di sana aku tinggal di rumah pamanku, Paman dan bibi dengan senang hati menerimaku tinggal di rumah mereka, karena paman dan bibiku yang sudah 4 tahun menikah belum juga punya anak sampai saat itu, jadi kata mereka biar suasana rumahnya tambah ramai dengan kehadiranku.

    Pamanku ini adalah adik ibuku paling kecil, saat itu dia baru berumur 35 tahun. Rumah pamanku sangat luas, di sana ada kolam renangnya dan juga ada lapangan tenisnya, maklum pamanku adalah seorang pengusaha sukses yang kaya. Selain bibiku dan pamanku, di rumah itu juga ada 3 orang pembantu, 2 cewek dan seorang bapak tua berusia setengah umur, yang bertugas sebagai tukang kebun.

    Bibiku baru berumur 31 tahun, orangnya sangat cantik dengan badannya yang termasuk kecil mungil akan tetapi padat berisi, sangat serasi berbentuknya seperti gitar spanyol, badannya tidak terlalu tinggi kurang lebih 155 cm. Dadanya yang kecil terlihat padat kencang dan agak menantang.

    Pinggangnya sangat langsing dengan perutnya yang rata, akan tetapi kedua bongkahan pantatnya sangat padat menantang. Wajahnya yang sangat ayu itu, manis benar untuk dipandang. Kulitnya kuning langsat, sangat mulus.

    Kedua pembantu cewek tersebut, yang satu adalah janda berumur 27 tahun bernama Trisni dan yang satu lagi lebih muda, baru berumur 18 tahun bernama Erni. Si Erni ini, biarpun masih berumur begitu muda, tapi sudah bersuami dan suaminya tinggal di kampung, bertani katanya.

    Suatu hari ketika kuliahku sedang libur dan paman dan bibiku sedang keluar kota, aku bangun agak kesiangan dan sambil masih tidur-tiduran di tempat tidur aku mendengar lagu dari radio.

    Tiba-tiba terdengar ketukan pada pintu kamarku, lalu terdengar suara, “Den Eric.., apa sudah bangun..?” terdengar suara Trisni.

    “Yaa.. ada apa..?” jawabku.
    “Ini Den. Saya bawakan kopi buat Aden..!” katanya lagi.
    “Oh.. yaa. Bawa masuk saja..!” jawabku lagi.

    Kemudian pintu dibuka, dan terlihat Trisni masuk sambil tangannya membawa nampan yang di atasnya terdapat secangkir kopi panas dan pisang goreng. Ketika dia sedang meletakkan kopi dan pisang goreng di meja di samping tempat tidurku, badannya agak merapat di pinggir tempat tidur dan dalam posisi setengah membungkuk, terlihat dengan jelas bongkahan pantatnya yang montok dengan pinggang yang cukup langsing ditutupi kain yang dipakainya.

    Melihat pemandangan yang menarik itu dengan cepat rasa isengku bangkit, apalagi ditunjang juga dengan keadaan rumah yang sepi, maka dengan cepat tanganku bergerak ke obyek yang menarik itu dan segera mengelusnya.

    Trisni terkejut dan dengan segera menghindar sambil berkata, “Iihh.., ternyata Den Eric jail juga yaa..!”

    Melihat wajah Trisni yang masem-masem itu tanpa memperlihatkan ekspresi marah, maka dengan cepat aku bangkit dari tempat tidur dan segera menangkap kedua tangannya.

    “Aahh.. jangaann Deenn, nanti terlihat sama si Erni, kan malu atuu..!”

    Tapi tanpa memperdulikan protesnya, dengan cepat kutarik badannya ke arahku dan sambil mendekapnya dengan cepat bibirku menyergap bibirnya yang karena terkejut menjadi agak terbuka, sehingga memudahkan lidahku menerobos masuk ke dalam mulutnya.

    Dengan segera kusedot bibirnya, dan lidahku kumain-mainkan dalam mulutnya, memelintir lidahnya dan mengelus-elus bagian langit-langit mulutnya. Terdengar suara dengusan keluar dari mulutnya dan kedua matanya membelalak memandangku.

    Dadanya yang montok itu bergerak naik turun dengan cepat, membuat nafsu birahiku semakin meningkat. Tangan kiriku dengan cepat mulai bergerilya pada bagian dadanya yang menonjol serta merangsang itu, mengelus-elus kedua bukit kembar itu disertai ramasan-ramasan gemas, yang dengan segera membangkitkan nafsu Trisni juga.

    Hal itu terlihat dari wajahnya yang semakin memerah dan nafasnya yang semakin ngos-ngosan.

    Tiba-tiba terdengar suara dari arah dapur dan dengan cepat aku segera melepaskannya, Trisni juga segera membereskan rambut dan bajunya yang agak acak-acakan akibat seranganku tadi.

    Sambil menjauh dariku, dia berkata dengan pelan, “Tuhkan.., apa yang Trisni katakan tadi, hampir saja kepergok, Adeen genit siih..!”

    Sebelum dia keluar dari kamarku, kubisikan padanya, “Triis, ntar malam kalau semua sudah pada tidur kita teruskan yah..?”

    “Entar nanti ajalah..!” katanya dengan melempar seulas senyum manis sambil keluar kamarku.

    Malamnya sekitar jam 21.00, setelah semua tidur, Trisni datang ke ruang tengah, dia hanya memakai pakaian tidur yang tipis, sehingga kelihatan CD dan BH-nya.

    “Eeh, apa semua sudah tidur..?” tanyaku.
    “Sudah Den..!” jawabnya.

    Untuk lebih membuat suasana makin panas, aku telah menyiapkan film BF yang kebetulan dapat pinjam dari teman. Lalu aku mulai menyetel film itu dan ternyata pemainnya antara seorang pria Negro dan wanita Asia.

    Terlihat adegan demi adegan melintas pada layar TV, makin lama makin ‘hot’ saja, akhirnya sampai pada adegan dimana keduanya telah telanjang bulat. Si pria Negro dengan tubuhnya tinggi besar, hitam mengkilat apalagi penisnya yang telah tegang itu, benar-benar dasyat, panjang, besar, hitam mengkilat kecoklat-coklatan.

    Sedangkan ceweknya yang kelihatan orang Jepang atau orang Cina, dengan badannya kecil mungil tapi padat, kulitnya putih bersih benar-benar sangat kontras dengan pria Negro tersebut.

    Dengan sigap si Negro terlihat mengangkat cewek tersebut dan menekan ke tembok. Terlihat dari samping penisnya yang panjang hitam itu ditempatkan pada belahan bibir kemaluan cewe yang putih kemerah-merahan.

    Secara perlahan-lahan mulai ditekan masuk, dari mulut cewe tersebut terdengar keluhan panjang dan kedua kakinya menggelepar-gelepar, serta kedua bolah matanya terputar-putar sehingga lebih banyak kelihatan putihnya. Sementara penis hitam si Negro terlihat makin terbenam ke dalam kemaluan cewenya, benar-benar suatu adegan yang sangat merangsang.

    Selang sejenak terlihat pantat si Negro mulai memompa, makin lama makin cepat, sementara cewe itu menggeliat-geliat sambil setengah menjerit-jerit.

    “Aduuh.., Den. Kasian tu cewe, Negronya kok sadis benar yaah..? Iihh.., ngilu rasanya melihat barang segede itu..!” guman Trisni setengah berbisik sambil kedua bahunya agak menggigil, sedangkan wajahnya tampak mulai memerah dan nafasnya agak tersengal-sengal.

    “Wah.., Tris kan yang gede itu enak rasanya. Coba bayangkan kalau barangnya si Negro itu mengaduk-aduk itunya Trisni. Bagaimana rasanya..?” sahutku.

    “Iih.., Aden jorok aahh..!” sahut Trisni disertai bahunya yang menggigil, tapi matanya tetap terpaku pada adegan demi adegan yang makin seru saja yang sedang berlangsung di layar TV.
    Melihat keadaan Trisni itu, dengan diam-diam aku meluncurkan celana pendek yang kukenakan sekalian dengan CD, sehingga senjataku yang memang sudah sangat tegang itu meloncat sambil mengangguk-anguk dengan bebas.

    Melihat penisku yang tidak kalah besarnya dengan si Negro itu terpampang di hadapannya, kedua tangannya secara refleks menutup mulutnya, dan terdengar jeritan tertahan dari mulutnya.

    Kemudian penisku itu kudekatkan ke wajahnya, karena memang posisi kami pada waktu itu adalah aku duduk di atas sofa, sedangkan Trisni duduk melonjor di lantai sambil bersandar pada sofa tempat kududuk, sehingga posisi barangku itu sejajar dengan kepalanya.

    Segera kupegang kepala Trisni dan kutarik mendekat ke arahku, sehingga badan Trisni agak merangkak di antara kedua kakiku. Kepalanya kutarik mendekat pada kemaluanku, dan aku berusaha memasukkan penisku ke mulutnya.

    Akan tetapi dia hanya mau menciuminya saja, lidahnya bermain-main di kepala dan di sekitar batang penisku. Lalu dia mulai menjilati kedua buah pelirku, waahh.., geli banget rasanya.

    Akhirnya kelihatan dia mulai meningkatkan permainannya dan dia mulai menghisap penisku pelan-pelan. Ketika sedang asyik-asyiknya aku merasakan hisapan Trisni itu, tiba-tiba si Erni pembantu yang satunya masuk ke ruang tengah, dan dia terkejut ketika melihat adegan kami. Kami berdua juga sangat kaget, sehingga aktivitas kami jadi terhenti dengan mendadak.

    “Ehh.., Erni kamu jangan lapor ke Paman atau Bibi ya..! Awas kalau lapor..!” ancamku.
    “Ii.. ii.. iyaa.. Deen..!” jawabnya terbata-bata sambil matanya setengah terbelalak melihat kemaluanku yang besar itu tidak tertutup dan masih tegak berdiri.
    “Kamu duduk di sini aja sambil nonton film itu..!” sahutkku.
    Dengan diam-diam dia segera duduk di lantai sambil matanya tertuju ke layar TV.

    Aku kemudian melanjutkan aktivitasku terhadap Trisni, dengan melucuti semua baju Trisni. Trisni terlihat agak kikuk juga terhadap Erni, akan tetapi melihat Erni yang sedang asyik menonton adegan yang berlasung di layar TV itu, akhirnya diam saja membiarkanku melanjutkan aktivitasku itu.

    Setelah bajunya kulepaskan sampai dia telanjang bulat, kutarik badannya ke arahku, lalu dia kurebahkan di sofa panjang. Kedua kakinya tetap terjulur ke lantai, hanya bagian pantatnya ke atas yang tergeletak di sofa. Sambil membuka bajuku, kedua kakinya segera kukangkangi dan aku berlutut di antara kedua pahanya.

    Kedua tanganku kuletakkan di atas pinggulnya dan jari-jari jempolku menekan pada bibir kemaluannya, sehingga kedua bibir kemaluannya agak terbuka dan aku mulai menjilati permukaan kemaluannya, ternyata kemaluannya sudah sangat basah.

    “Deen.., oh Deen..! Uuenaak..!” rintihnya tanpa sadar.

    Sambil terus menjilati kemaluannya Trisni, aku melirik si Erni, tapi dia pura-pura tidak melihat apa yang kami lakukan, akan tetapi dadanya terlihat naik turun dan wajahnya terlihat memerah. Tidak berselang lama kemudian badannya Trisni bergetar dengan hebat dan pantatnya terangkat ke atas dan dari mulutnya terdengar desahan panjang.

    Rupanya dia telah mengalami orgasme. Setelah itu badannya terkulai lemas di atas sofa, dengan kedua kakinya tetap terjulur ke lantai, matanya terpejam dan dari wajahnya terpancar suatu kepuasan, pada dahinya terlihat bitik-bintik keringat.

    Aku lalu berjongkok di antara kedua pahanya yang masih terkangkang itu dan kedua jari jempol dan telunjuk tangan kiriku kuletakkan pada bibir kemaluannya dan kutekan supaya agak membuka, sedang tangan kananku kupegang batang penisku yang telah sangat tegang itu yang berukuran 19 cm, sambil kugesek-gesek kepala penisku ke bibir vagina Trisni.

    Akhirnya kutempatkan kepala penisku pada bibir kemaluan Trisni, yang telah terbuka oleh kedua jari tangan kiriku dan kutekan penisku pelan-pelan. Bles..! mulai kepalanya menghilang pelan-pelan ke dalam vagina Trisni diikuti patang penisku, centi demi centi menerobos ke dalam liang vaginanya.

    Sampai akhirnya amblas semua batang penisku, sementara Trisni mengerang-erang keenakan.

    “Aduhh.. eennaak.., ennkk Deen. Eenak..!”

    Aku menggerakan pinggulku maju mundur pelan-pelan, sehingga penisku keluar masuk ke dalam vagina Trisni. Terasa masih sempit liang vagina Trisni, kepala dan batang penisku serasa dijepit dan diurut-urut di dalamnya.

    Amat nikmat rasanya penisku menerobos sesuatu yang kenyal, licin dan sempit. Rangsangan itu sampai terasa pada seluruh badanku sampai ke ujung rambutku.

    Aku melirik ke arah Erni, yang sekarang secara terang-terangan telah memandang langsung ke arah kami dan melihat apa yang sedang kami lakukan itu.

    “Sini..! Daripada bengong aja mendingan kamu ikut.., ayo sini..!” kataku pada Erni.
    Lalu dengan masih malu-malu Erni menghampiri kami berdua. Aku ganti posisi, Trisni kusuruh menungging, telungkup di sofa. Sekarang dia berlutut di lantai, dimana perutnya terletak di sofa.

    Aku berlutut di belakangnya dan kedua pahanya kutarik melebar dan kumasukkan penisku dari belakang menerobos ke dalam vaginanya. Kugarap dia dari belakang sambil kedua tanganku bergerilya di tubuh Erni.

    Kuelus-elus dadanya yang masih terbungkus dengan baju, kuusap-usap perutnya. Ketika tanganku sampai di celana dalamnya, ternyata bagian bawah CD-nya sudah basah, aku mencium mulutnya lalu kusuruh dia meloloskan blouse dan BH-nya. Setelah itu aku menghisap putingnya berganti-ganti, dia kelihatan sudah sangat terangsang. Kusuruh dia melepaskan semua sisa pakaiannya, sementara pada saat bersamaan aku merasakan penisku yang berada di dalam vagina Trisni tersiram oleh cairan hangat dan badan Trisni terlonjak-lonjak, sedangkan pantatnya bergetar. Oohhh.., rupanya Trisni mengalami orgasme lagi pikirku. Setelah badannya bergetar dengan hebat, Trisni pun terkulai lemas sambil telungkup di sofa.

    Lalu kucabut penisku dan kumasukkan pelan-pelan ke vagina si Erni yang telah kusuruh tidur telentang di lantai. Ternyata kemaluan Erni lebih enak dan terasa lubangnya lebih sempit dibandingkan dengan kemaluan Trisni. Mungkin karena Erni masih lebih muda dan jarang ketemu dengan suaminya pikirku.

    Setelah masuk semua aku baru merasakan bahwa vagina si Erni itu dapat mengempot-empot, penisku seperti diremas-remas dan dihisap-hisap rasanya.

    “Uh enak banget memekmu Errr. Kamu apain itu memekmu heh..?” kataku dan si Erni hanya senyum-senyum saja, lalu kupompa dengan lebih semangat.

    “Den.., ayoo lebih cepat..! Deen.. lebih cepat. Iiih..!” dan kelihatan bahwa si Erni pun akan mencapai klimaks.

    “Iihh.. iihh.. iihh.. hmm.. oohh.. Denn.. enaakk Deen..!” rintihnya terputus-putus sambil badannya mengejang-ngejang.

    Aku mendiamkan gerakan penisku di dalam lubang vagina Erni sambil merasakan ramasan dan empotan vagina Erni yang lain dari pada lain itu. Kemudian kucabut penisku dari kemaluan Erni, Trisni langsung mendekat dan dikocoknya penisku dengan tangannya sambil dihisap ujungnya.

    Kemudian gantian Erni yang melakukannya. Kedua cewek tersebut jongkok di depanku dan bergantian menghisap-hisap dan mengocok-ngocok penisku.

    Tidak lama kemudian aku merasakan penisku mulai berdenyut-denyut dengan keras dan badanku mulai bergetar dengan hebat. Sesuatu dari dalam penisku serasa akan menerobos keluar, air maniku sudah mendesak keluar.

    “Akuu ngak tahan niihh.., mauu.. keluaar..!” mulutku mengguman, sementara tangan Erni terus mengocok dengan cepat batang penisku.

    Dan beberapa detik kemudian, “Crot.. croot.. croot.. crot..!” air maniku memancar dengan kencang yang segera ditampung oleh mulut Erni dan Trisni.

    Empat kali semprotan yang kurasakan, dan kelihatannya dibagi rata oleh Erni dan Trisni. Aku pun terkulai lemas sambil telentang di atas sofa.

    Selama sebulan lebih aku bergantian mengerjai keduanya, kadang-kadang barengan juga.
    Pada suatu hari paman memanggilku, “Ric Paman mau ke Singapore ada keperluan kurang lebih dua minggu, kamu jaga rumah yaaa..! Nemenin Bibi kamu ya..!” kata pamanku.

    “Iya deeh. Aku nggak akan dolan-dolan..!” jawabku.
    Dalam hatiku, “Kesempatan datang niihh..!”
    Bibi tersenyum manis padaku, kelihatan senyumnya itu sangat polos.
    “Hhmm.., tak tau dia bahaya sedang mengincarnya..” gumanku dalam hati.
    Niatku ingin merasakan tubuh bibi sebentar lagi pasti akan kesampaian.
    “Sekarang nih pasti akan dapat kunikmati tubuh Bibi yang bahenol..!” pikirku dalam hati.

    Setelah keberangkatan paman, malam harinya selesai makan malam dengan bibi, aku nonton Seputar Indonesia di ruang tengah.

    Bibi menghampiriku sambil berkata, “Ric, badan Bibi agak cape hari ini, Bibi mau tidur duluan yaa..!” sambil berjalan masuk ke kamarnya.

    Tadinya aku mau melampiaskan niat malam ini, tapi karena badan bibi kelihatan agak tidak fit, maka kubatalkan niatku itu. Kasihan juga ngerjain bibi dalam keadaan kurang fit dan lagian rasanya kurang seru kalau nanti belum apa-apa bibi sudah lemas. Tapi dalam hatiku aku bertekad untuk dapat menaklukkan bibi pada malam berikutnya.

    Malam itu memang tidak terjadi apa-apa, tapi aku menyusun rencana untuk dapat menaklukkan bibi. Pada malam berikutnya, setelah selesai makan malam bibi langsung masuk ke dalam kamarnya. Selang sejenak dengan diam-diam aku menyusulnya.

    Pelan-pelan kubuka pintu kamarnya yang kebetulan tidak dikunci. Sambil mengintip ke dalam, di dalam kamar tidak terlihat adanya bibi, tapi dari dalam kamar mandi terdengar suara air disiram. Rupanya bibi berada di dalam kamar mandi, aku pun dengan berjingkat-jingkat langsung masuk ke kamar bibi. Aku kemudian bersembunyi di bawah kolong tempat tidurnya.

    Selang sesaat, bibi keluar dari kamar mandi. Setelah mengunci pintu kamarnya, bibi mematikan lampu besar, sehingga ruang kamarnya sekarang hanya diterangi oleh lampu tidur yang terdapat di meja, di sisi tempat tidurnya. Kemudian bibi naik ke tempat tidur.

    Tidak lama kemudian terdengar suara napasnya yang berbunyi halus teratur menandakan bibi telah tertidur. Aku segera keluar dari bawah tempat tidurnya dengan hati-hati, takut menimbulkan suara yang akan menyebabkan bibi terbangun.

    Kulihat bibi tidur tidak berselimut, karena biarpun kamar bibi memakai AC, tapi kelihatan AC-nya diatur agar tidak terlalu dingin. Posisi tidur bibi telentang dan bibi hanya memakai baju daster merah muda yang tipis.

    Dasternya sudah terangkat sampai di atas perut, sehingga terlihat CD mini yang dikenakannya berwarna putih tipis, sehingga terlihat belahan kemaluan bibi yang ditutupi oleh rambut hitam halus kecoklat-coklatan.Buah dada bibi yang tidak terlalu besar tapi padat itu terlihat samar-samar di balik dasternya yang tipis, naik turun dengan teratur.

    Walaupun dalam posisi telentang, tapi buah dada bibi terlihat mencuat ke atas dengan putingnya yang coklat muda kecil. Melihat pemandangan yang menggairahkan itu aku benar-benar terangsang hebat. Dengan cepat kemaluanku langsung bereaksi menjadi keras dan berdiri dengan gagahnya, siap tempur.

    Perlahan-lahan kuberjongkok di samping tempat tidur dan tanganku secara hati-hati kuletakkan dengan lembut pada belahan kemaluan bibi yang mungil itu yang masih ditutupi dengan CD. Perlahan-lahan tanganku mulai mengelus-elus kemaluan bibi dan juga bagian paha atasnya yang benar-benar licin putih mulus dan sangat merangsang.

    Terlihat bibi agak bergeliat dan mulutnya agak tersenyum, mungkin bibi sedang mimpi, sedang becinta dengan paman. Aku melakukan kegiatanku dengan hati-hati takut bibi terbangun. Perlahan-lahan kulihat bagian CD bibi yang menutupi kemaluannya mulai terlihat basah, rupanya bibi sudah mulai terangsang juga. Dari mulutnya terdengar suara mendesis perlahan dan badannya menggeliat-geliat perlahan-lahan. Aku makin tersangsang melihat pemandangan itu.

    Cepat-cepat kubuka semua baju dan CD-ku, sehingga sekarang aku bertelanjang bulat. Penisku yang 19 cm itu telah berdiri kencang menganguk-angguk mencari mangsa. Dan aku membelai-belai buah dadanya, dia masih tetap tertidur saja. Aku tahu bahwa puting dan klitoris bibiku tempat paling suka dicumbui, aku tahu hal tersebut dari film-film bibiku.

    Lalu tanganku yang satu mulai gerilya di daerah vaginanya. Kemudian perlahan-lahan aku menggunting CD mini bibi dengan gunting yang terdapat di sisi tempat tidur bibi.

    Sekarang kemaluan bibi terpampang dengan jelas tanpa ada penutup lagi. Perlahan-lahan kedua kaki bibi kutarik melebar, sehingga kedua pahanya terpentang. Dengan hati-hati aku naik ke atas tempat tidur dan bercongkok di atas bibi. Kedua lututku melebar di samping pinggul bibi dan kuatur sedemikian rupa supaya tidak menyentuh pinggul bibi.

    Tangan kananku menekan pada kasur tempat tidur, tepat di samping tangan bibi, sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas bibi.

    Tangan kiriku memegang batang penisku. Perlahan-lahan kepala penisku kuletakkan pada belahan bibir kemaluan bibi yang telah basah itu. Kepala penisku yang besar itu kugosok-gosok dengan hati-hati pada bibir kemaluan bibi.

    Terdengar suara erangan perlahan dari mulut bibi dan badannya agak mengeliat, tapi matanya tetap tertutup. Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku membelah bibir kemaluan bibi.

    Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara bibir kemaluan bibi. Dari mulut bibi tetap terdengar suara mendesis perlahan, akan tetapi badannya kelihatan mulai gelisah. Aku tidak mau mengambil resiko, sebelum bibi sadar, aku sudah harus menaklukan kemaluan bibi dengan menempatkan posisi penisku di dalam lubang vagina bibi.

    Sebab itu segera kupastikan letak penisku agar tegak lurus pada kemaluan bibi. Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing penisku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti pinggulku ke bawah, sehingga kepala penisku mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan bibi.

    Kelihatan sejenak kedua paha bibi bergerak melebar, seakan-akan menampung desakan penisku ke dalam lubang kemaluanku. Badannya tiba-tiba bergetar menggeliat dan kedua matanya mendadak terbuka, terbelalak bingung, memandangku yang sedang bertumpu di atasnya. Mulutnya terbuka seakan-akan siap untuk berteriak.

    Dengan cepat tangan kiriku yang sedang memegang penisku kulepaskan dan buru-buru kudekap mulut bibi agar jangan berteriak. Karena gerakanku yang tiba-tiba itu, posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi, akibatnya seluruh berat pantatku langsung menekan ke bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi penisku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan bibi dengan cepat.

    Badan bibi tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan, sedangkan kedua tangannya otomatis mendorong ke atas, menolak dadaku. Dari mulutnya keluar suara jeritan, tapi tertahan oleh bekapan tangan kiriku.

    “Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmm..!” desahnya tidak jelas.
    Kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat, kelihatan bibi sangat kaget dan mungkin juga kesakitan akibat penisku yang besar menerobos masuk ke dalam kemaluannya dengan tiba-tiba.

    Meskipun bibi merontak-rontak, akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat. Karena gerakan-gerakan bibi dengan kedua kaki bibi yang meronta-ronta itu, penisku yang telah terbenam di dalam vagina bibi terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit oleh otot-otot dalam vagina bibi. Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan.

    Karena sudah kepalang tanggung, maka tangan kananku yang tadinya bertumpu pada tempat tidur kulepaskan. Sekarang seluruh badanku menekan dengan rapat ke atas badan bibi, kepalaku kuletakkan di samping kepala bibi sambil berbisik kekuping bibi.

    “Bii.., bii.., ini aku Eric. Tenang bii.., sshheett.., shhett..!” bisikku.

    Bibi masih mencoba melepaskan diri, tapi tidak kuasa karena badannya yang mungil itu teperangkap di bawah tubuhku. Sambil tetap mendekap mulut bibi, aku menjilat-jilat kuping bibi dan pinggulku secara perlahan-lahan mulai kugerakkan naik turun dengan teratur.

    Perlahan-lahan badan bibi yang tadinya tegang mulai melemah.
    Kubisikan lagi ke kuping bibi, “Bii.., tanganku akan kulepaskan dari mulut bibi, asal bibi janji jangan berteriak yaa..?”

    Perlahan-lahan tanganku kulepaskan dari mulut bibi.
    Kemudian Bibi berkata, “Riic.., apa yang kau perbuat ini..? Kamu telah memperkosa Bibi..!”
    Aku diam saja, tidak menjawab apa-apa, hanya gerakan pinggulku makin kupercepat dan tanganku mulai memijit-mijit buah dada bibi, terutama pada bagian putingnya yang sudah sangat mengeras.

    Rupanya meskipun wajah bibi masih menunjukkan perasaan marah, akan tetapi reaksi badannya tidak dapat menyembunyikan perasaannya yang sudah mulai terangsang itu. Melihat keadaan bibi ini, tempo permainanku kutingkatkan lagi.

    Akhirnya dari mulut bibi terdengar suara, “Oohh.., oohh.., sshhh.., sshh.., eemm.., eemm.., Riicc.., Riicc..!”
    Dengan masih melanjutkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan kedua tanganku bertumpu pada tempat tidur, sehingga aku sekarang dalam posisi setengah bangun, seperti orang yang sedang melakukan push-up.

    Dalam posisi ini, penisku menghujam kemaluan bibi dengan bebas, melakukan serangan-serangan langsung ke dalam lubang kemaluan bibi. Kepalaku tepat berada di atas kepala bibi yang tergolek di atas kasur. Kedua mataku menatap ke bawah ke dalam mata bibi yang sedang meram melek dengan sayu. Dari mulutnya tetap terdengar suara mendesis-desis.

    Selang sejenak setelah merasa pasti bahwa bibi telah dapat kutaklukan, aku berhenti dengan kegiatanku. Setelah mencabut penisku dari dalam kemaluan bibi, aku berbaring setengah tidur di samping bibi. Sebelah tanganku mengelus-elus buah dada bibi terutama pada bagian putingnya.

    “Eehh.., Ric.., kenapa kau lakukan ini kepada bibimu..!” katanya.
    Sebelum menjawab aku menarik badan bibi menghadapku dan memeluk badan mungilnya dengan hati-hati, tapi lengket ketat ke badan. Bibirku mencari bibinya, dan dengan gemas kulumat habis. Wooww..! Sekarang bibi menyambut ciumanku dan lidahnya ikut aktif menyambut lidahku yang menari-nari di mulutnya.

    Selang sejenak kuhentikan ciumanku itu sambil memandang langsung ke dalam kedua matanya dengan mesra, aku berkata, “Bii.. sebenarnya aku sangat sayang sekali sama Bibi, Bibi sangat cantik lagi ayu..!”

    Sambil berkata itu kucium lagi bibirnya selintas dan melanjutkan perkataanku, “Setiaap kali melihat Bibi bermesrahan dengan Paman, aku kok merasa sangat cemburu, seakan-akan Bibi adalah milikku, jadi Bibi jangan marah yaa kepadaku, ini kulakukan karena tidak bisa menahan diri ingin memiliki Bibi seutuhnya.”

    Selesai berkata itu aku menciumnya dengan mesra dan dengan tidak tergesa-gesa.

    Ciumanku kali ini sangat panjang, seakan-akan ingin menghirup napasnya dan belahan jiwanya masuk ke dalam diriku. Ini kulakukan dengan perasaan cinta kasih yang setulus-tulusnya. Rupanya bibi dapat juga merasakan perasaan sayangku padanya, sehingga pelukan dan ciumanku itu dibalasnya dengan tidak kalah mesra juga.

    Beberapa lama kemudian aku menghentikan ciumanku dan aku pun berbaring telentang di samping bibi, sehingga bibi dapat melihat keseluruhan badanku yang telanjang itu.

    “Iih.., gede banget barang kamu Ricc..! Itu sebabnya tadi Bibi merasa sangat penuh dalam badan Bibi.” katanya, mungkin punyaku lebih besar dari punya paman.

    Lalu aku mulai memeluknya kembali dan mulai menciumnya. Ciumanku mulai dari mulutnya turun ke leher dan terus kedua buah dadanya yang tidak terlalu besar tapi padat itu. Pada bagian ini mulutku melumat-lumat dan menghisap-hisap kedua buah dadanya, terutama pada kedua ujung putingnya berganti-ganti, kiri dan kanan.

    Sementara aksiku sedang berlangsung, badan bibi menggeliat-geliat kenikmatan. Dari mulutnya terdengar suara mendesis-desis tidak hentinya. Aksiku kuteruskan ke bawah, turun ke perutnya yang ramping, datar dan mulus. Maklum, bibi belum pernah melahirkan. Bermain-main sebentar disini kemudian turun makin ke bawah, menuju sasaran utama yang terletak pada lembah di antara kedua paha yang putih mulus itu.

    Pada bagian kemaluan bibi, mulutku dengan cepat menempel ketat pada kedua bibir kemaluannya dan lidahku bermain-main ke dalam lubang vaginanya. Mencari-cari dan akhirnya menyapu serta menjilat gundukan daging kecil pada bagian atas lubang kemaluannya. Segera terasa badan bibi bergetar dengan hebat dan kedua tangannya mencengkeram kepadaku, menekan ke bawah disertai kedua pahanya yang menegang dengan kuat.

    Keluhan panjang keluar dari mulutnya, “Oohh.., Riic.., oohh.. eunaakk.. Riic..!”

    Sambil masih terus dengan kegiatanku itu, perlahan-lahan kutempatkan posisi badan sehingga bagian pinggulku berada sejajar dengan kepala bibi dan dengan setengah berjongkok. Posisi batang kemaluanku persis berada di depan kepala bibi. Rupanya bibi maklum akan keinginanku itu, karena terasa batang kemaluanku dipegang oleh tangan bibi dan ditarik ke bawah.

    Kini terasa kepala penis menerobos masuk di antara daging empuk yang hangat. Ketika ujung lidah bibi mulai bermain-main di seputar kepala penisku, suatu perasaan nikmat tiba-tiba menjalar dari bawah terus naik ke seluru badanku, sehingga dengan tidak terasa keluar erangan kenikmatan dari mulutku.

    Dengan posisi 69 ini kami terus bercumbu, saling hisap-mengisap, jilat-menjilat seakan-akan berlomba-lomba ingin memberikan kepuasan pada satu sama lain. Beberapa saat kemudian aku menghentikan kegiatanku dan berbaring telentang di samping bibi.

    Kemudian sambil telentang aku menarik bibi ke atasku, sehingga sekarang bibi tidur tertelungkup di atasku. Badan bibi dengan pelan kudorong agak ke bawah dan kedua paha bibi kupentangkan. Kedua lututku dan pantatku agak kunaikkan ke atas, sehingga dengan terasa penisku yang panjang dan masih sangat tegang itu langsung terjepit di antara kedua bibir kemaluan bibi.

    Dengan suatu tekanan oleh tanganku pada pantat bibi dan sentakan ke atas pantatku, maka penisku langsung menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan bibi. Amblas semua batangku.

    “Aahh..!” terdengar keluhan panjang kenikmatan keluar dari mulut bibi.

    Aku segera menggoyang pinggulku dengan cepat karena kelihatan bahwa bibi sudah mau klimaks. Bibi tambah semangat juga ikut mengimbangi dengan menggoyang pantatnya dan menggeliat-geliat di atasku. Kulihat wajahnya yang cantik, matanya setengah terpejam dan rambutnya yang panjang tergerai, sedang kedua buah dadanya yang kecil padat itu bergoyang-goyang di atasku.

    Ketika kulihat pada cermin besar di lemari, kelihatan pinggul bibi yang sedang berayun-ayun di atasku. Batang penisku yang besar sebentar terlihat sebentar hilang ketika bibi bergerak naik turun di atasku. Hal ini membuatku jadi makin terangsang.

    Tiba-tiba sesuatu mendesak dari dalam penisku mencari jalan keluar, hal ini menimbulkan suatu perasaan nikmat pada seluruh badanku. Kemudian air maniku tanpa dapat ditahan menyemprot dengan keras ke dalam lubang vagina bibi, yang pada saat bersamaan pula terasa berdenyut-denyut dengan kencangnya disertai badannya yang berada di atasku bergetar dengan hebat dan terlonjak-lonjak. Kedua tangannya mendekap badanku dengan keras.

    Pada saat bersamaan kami berdua mengalami orgasme dengan dasyat. Akhirnya bibi tertelungkup di atas badanku dengan lemas sambil dari mulut bibi terlihat senyuman puas.
    “Riic.., terima kasih Ric. Kau telah memberikan Bibi kepuasan sejati..!”

    Setelah beristirahat, kemudian kami bersama-sama ke kamar mandi dan saling membersihkan diri satu sama lain. Sementara mandi, kami berpelukan dan berciuman disertai kedua tangan kami yang saling mengelus-elus dan memijit-mijit satu sama lain, sehingga dengan cepat nafsu kami terbangkit lagi.

    Dengan setengah membopong badan bibi yang mungil itu dan kedua tangan bibi menggelantung pada leherku, kedua kaki bibi kuangkat ke atas melingkar pada pinggangku dan dengan menempatkan satu tangan pada pantat bibi dan menekan, penisku yang sudah tegang lagi menerobos ke dalam lubang kemaluan bibi.

    “Aaughh.. oohh.. oohh..!” terdengar rintihan bibi sementara aku menggerakan-gerakan pantatku maju-mundur sambil menekan ke atas.

    Dalam posisi ini, dimana berat badan bibi sepenuhnya tertumpu pada kemaluannya yang sedang terganjel oleh penisku, maka dengan cepat bibi mencapai klimaks.

    “Aaduhh.. Riic.. Biiibii.. maa.. maa.. uu.. keluuar.. Riic..!” dengan keluhan panjang disertai badannya yang mengejang, bibi mencapai orgasme, dan selang sejenak terkulai lemas dalam gendonganku.

    Dengan penisku masih berada di dalam lubang kemaluan bibi, aku terus membopongnya. Aku membawa bibi ke tempat tidur. Dalam keadaan tubuh yang masih basah kugenjot bibi yang telah lemas dengan sangat bernafsu, sampai aku orgasme sambil menekan kuat-kuat pantatku.

    Kupeluk badan bibi erat-erat sambil merasakan airmaniku menyemprot-nyemprot, tumpah dengan deras ke dalam lubang kemaluan bibi, mengisi segenap relung-relung di dalamnya.

    Semalaman itu kami masih melakukan persetubuhan beberapa kali, dan baru berhenti kecapaian menjelang fajar. Sejak saat itu, selanjutnya seminggu minimum 4 kali kami secara sembunyi-sembunyi bersetubuh, diselang seling mengerjai si Trisni dan Erni apabila ada waktu luang. Hal ini berlangsung terus tanpa paman mengetahuinya sampai saya lulus serjana dan harus pindah ke Jakarta, karena diterima kerja di suatu perusahaan asing.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Menyetubuhi Saudara Tiriku – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018

    Menyetubuhi Saudara Tiriku – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018


    1186 views

    Perawanku – Sebelum aku bercerita, Cerita Dewasa pengalaman sex ku yang satu ini aku ingin kenalkan dulu namaku Ben. Cerita Dewasa ini dimulai, waktu aku SMA kelas 3, waktu itu aku baru sebulan tinggal sama ayah tiriku. Ibu menikah dengan orang ini karena tidak tahan hidup menjanda lama-lama. Yang aku tidak sangka-sangka ternyata ayah tiriku punya 2 anak cewek yang keren dan seksi habis, yang satu sekolahnya sama denganku, namanya Lusi dan yang satunya lagi sudah kuliah, namanya Riri.

    Si Lusi cocok sekali kalau dijadikan bintang iklan obat pembentuk tubuh, nah kalau si Riri paling cocok untuk iklan BH sama suplemen payudara. Sejak pertama aku tinggal, aku selalu berangan-angan bahwa dapat memiliki mereka, tapi angan-angan itu selalu buyar oleh berbagai hal. Dan siang ini kebetulan tidak ada orang di rumah selain aku dengan Lusi, ini juga aku sedang kecapaian karena baru pulang sekolah. “Lus! entar kalau ada perlu sama aku, aku ada di kamar,” teriakku dari kamar. Aku mulai menyalakan komputerku dan karena aku sedang suntuk, aku mulai dech surfing ke situs-situs porno kesayanganku, tapi enggak lama kemudian Lusi masuk ke kamar sambil bawa buku, kelihatannya dia mau tanya pelajaran. “Ben, kemaren kamu udah nyatet Biologi belom, aku pinjem dong!” katanya dengan suara manja. Tanpa memperdulikan komputerku yang sedang memutar film BF via internet, aku mengambilkan dia buku di rak bukuku yang jaraknya lumayan jauh dengan komputerku.
    “Lus..! nich bukunya, kemarenan aku udah nyatet,” kataku.
    Lusi tidak memperhatikanku tapi malah memperhatikan film BF yang sedang di komputerku.
    “Lus.. kamu bengong aja!” kataku pura-pura tidak tahu.
    “Eh.. iya, Ben kamu nyetel apa tuh! aku bilangin bonyok loh!” kata Lusi.
    “Eeh.. kamu barusan kan juga liat, aku tau kamu suka juga kan,” balas aku.
    “Mending kita nonton sama-sama, tenang aja aku tutup mulut kok,” ajakku berusaha mencari peluang.
    “Bener nich, kamu kagak bilang?” katanya ragu.
    “Suwer dech!” kataku sambil mengambilkan dia kursi.
    Lusi mulai serius menonton tiap adegan, sedangkan aku serius untuk terus menatap tubuhnya.
    “Lus, sebelum ini kamu pernah nonton bokep kagak?” tanyaku.
    “Pernah, noh aku punya VCD-nya,” jawabnya.
    Wah gila juga nich cewek, diam-diam nakal juga.
    “Kalau ML?” tanyaku lagi.
    “Belom,” katanya, “Tapi.. kalo sendiri sich sering.”
    Wah makin berani saja aku, yang ada dalam pikiranku sekarang cuma ML sama dia.
    Bagaimana caranya si “Beni Junior” bisa puas, tidak peduli saudara tiri, yang penting nafsuku hilang.
    Melihat dadanya yang naik-turun karena terangsang, aku jadi semakin terangsang, dan batang kemaluanku pun makin tambah tegang.
    “Lus, kamu terangsang yach, ampe napsu gitu nontonnya,” tanyaku memancing.
    “Iya nic Ben, bentar yach aku ke kamar mandi dulu,” katanya.
    “Eh.. ngapain ke kamar mandi, nih liat!” kataku menunjuk ke arah celanaku.
    “Kasihanilah si Beni kecil,” kataku.
    “Pikiran kamu jangan yang tidak-tidak dech,” katanya sambil meninggalkan kamarku.
    “Tenang aja, rumah kan lagi sepi, aku tutup mulut dech,” kataku memancing.

    Dan ternyata tidak ia gubris, bahkan terus berjalan ke kamar mandi sambil tangan kanannya meremas-remas buah dadanya dan tangan kirinya menggosok-gosok kemaluannya, dan hal inilah yang membuatku tidak menyerah. Kukejar terus dia, dan sesaat sebelum masuk kamar mandi, kutarik tangannya, kupegang kepalanya lalu kemudian langsung kucium bibirnya. Sesaat ia menolak tapi kemudian ia pasrah, bahkan menikmati setiap permainan lidahku. “Kau akan aku berikan pengalaman yang paling memuaskan,” kataku, kemudian kembali melanjutkan menciumnya. Tangannya membuka baju sekolah yang masih kami kenakan dan juga ia membuka BH-nya dan meletakkan tanganku di atas dadanya, kekenyalan dadanya sangat berbeda dengan gadis lain yang pernah kusentuh.
    Perlahan ia membuka roknya, celanaku dan celana dalamnya. “Kita ke dalam kamar yuk!” ajaknya setelah kami berdua sama-sama bugil, “Terserah kaulah,” kataku,
    “Yang penting kau akan kupuaskan.” Tak kusangka ia berani menarik penisku sambil berciuman, dan perlahan-lahan kami berjalan menuju kamarnya. “Ben, kamu tiduran dech, kita pake ’69′ mau tidak?” katanya sambil mendorongku ke kasurnya. Ia mulai menindihku, didekatkan vaginanya ke mukaku sementara penisku diemutnya, aku mulai mencium-cium vaginanya yang sudah basah itu, dan aroma kewanitaannya membuatku semakin bersemangat untuk langsung memainkan klitorisnya.
    Tak lama setelah kumasukkan lidahku, kutemukan klitorisnya lalu aku menghisap, menjilat dan kadang kumainkan dengan lidahku, sementara tanganku bermain di dadanya. Tak lama kemudian ia melepaskan emutannya. “Jangan hentikan Ben.. Ach.. percepat Ben, aku mau keluar nich! ach.. ach.. aachh.. Ben.. aku ke.. luar,” katanya berbarengan dengan menyemprotnya cairan kental dari vaginanya. Dankemudian dia lemas dan tiduran di sebelahku.
    “Lus, sekali lagi yah, aku belum keluar nich,” pintaku.
    “Bentar dulu yach, aku lagi capek nich,” jelasnya.
    Aku tidak peduli kata-katanya, kemudian aku mulai mendekati vaginanya.
    “Lus, aku masukkin sekarang yach,” kataku sambil memasukkan penisku perlahan-lahan.
    Kelihatannya Lusi sedang tidak sadarkan diri, dia hanya terpejam coba untuk beristirahat. Vagina Lusi masih sempit sekali, penisku dibuat cuma diam mematung di pintunya. Perlahan kubuka dengan tangan dan terus kucoba untuk memasukkannya, dan akhirnya berhasil penisku masuk setengahnya, kira-kira 7 cm.
    “Jangan Ben.. entar aku hamil!” katanya tanpa berontak.
    “Kamu udah mens belom?” tanyaku.
    “Udah, baru kemaren, emang kenapa?” katanya.
    Sambil aku masukkan penisku yang setengah, aku jawab pertanyaannya,
    “Kalau gitu kamu kagak bakal hamil.”
    “Ach.. ach.. ahh..! sakit Ben, a.. ach.. ahh, pelan-pelan, aa.. aach.. aachh..!” katanya berteriak nikmat.
    “Tenang aja cuma sebentar kok, Lus mending doggy style dech!” kataku tanpa melepaskan penis dan berusaha memutar tubuhnya.
    Ia menuruti kata-kataku, lalu mulai kukeluar-masukkan penisku dalam vaginanya dan kurasa ia pun mulai terangsang kembali, karena sekarang ia merespon gerakan keluar-masukku dengan menaik-turunkan pinggulnya.
    “Ach.. a.. aa ach..” teriaknya.
    “Sakit lagi Ben.. a.. aa.. ach..”
    “Tahan aja, cuma sebentar kok,” kataku sambil terus bergoyang dan meremas-remas buah dadanya.

    “Ben,. ach pengen.. ach.. a.. keluar lagi Ben..” katanya.
    “Tunggu sebentar yach, aku juga pengen nich,” balasku.
    “Cepetan Ben, enggak tahan nich,” katanya semakin menegang.
    “A.. ach.. aachh..! yach kan keluar.”
    “Aku juga Say..” kataku semakin kencang menggenjot dan akhirnya setidaknya enam tembakan spermaku di dalam vaginanya.
    Kucabut penisku dan aku melihat seprei, apakah ada darahnya atau tidak? tapi tenyata tidak.
    “Lus kamu enggak perawan yach,” tanyaku.
    “Iya Ben, dulu waktu lagi masturbasi nyodoknya kedaleman jadinya pecah dech,” jelasnya.
    “Ben ingat loh, jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia kita aja.””Oh tenang aja aku bisa dipercaya kok, asal lain kali kamu mau lagi.”
    “Siapa sih yang bisa nolak ‘Beni Junior’,” katanya mesra.
    Setelah saat itu setidaknya seminggu sekali aku selalu melakukan ML dengan Lusi, terkadang aku yang memang sedang ingin atau terkadang juga Lusi yang sering ketagihan, yang asyik sampai saat ini kami selalu bermain di rumah tanpa ada seorang pun yang tahu, kadang tengah malam aku ke kamar Lusi atau sebaliknya, kadang juga saat siang pulang sekolah kalau tidak ada orang di rumah.
    Kali ini kelihatannya Lusi lagi ingin, sejak di sekolah ia terus menggodaku, bahkan ia sempat membisikkan kemauannya untuk ML siang ini di rumah, tapi malangnya siang ini ayah dan ibu sedang ada di rumah sehingga kami tak jadi melakukan ini. Aku menjanjikan nanti malam akan main ke kamarnya, dan ia mengiyakan saja, katanya asal bisa ML denganku hari ini ia menurut saja kemauanku.
    Ternyata sampai malan ayahku belum tidur juga, kelihatannya sedang asyik menonton pertandingan bola di TV, dan aku pun tidur-tiduran sambil menunggu ayahku tertidur, tapi malang malah aku yang tertidur duluan. Dalam mimpiku, aku sedang dikelitiki sesuatu dan berusaha aku tahan, tapi kemudian sesuatu menindihku hingga aku sesak napas dan kemudian terbangun.
    “Lusi! apa Ayah sudah tidur?” tanyaku melihat ternyata Lusi yang menindihiku dengan keadaan telanjang.
    “kamu mulai nakal Ben, dari tadi aku tunggu kamu, kamu tidak datang-datang juga. kamu tau, sekarang sudah jam dua, dan ayah telah tidur sejak jam satu tadi,” katanya mesra sambil memegang penisku karena ternyata celana pendekku dan CD-ku telah dibukanya.
    “Yang nakal tuh kamu, Bukannya permisi atau bangunin aku kek,” kataku.
    “kamu tidak sadar yach, kamu kan udah bangun, tuh liat udah siap kok,” katanya sambil memperlihatkan penisku.
    “Aku emut yach.”
    Emutanya kali ini terasa berbeda, terasa begitu menghisap dan kelaparan.
    “Lus jangan cepet-cepet dong, kasian ‘Beni Junior’ dong!”
    “Aku udah kepengen berat Ben!” katanya lagi.
    “Mending seperti biasa, kita pake posisi ’69′ dan kita sama-sama enak,” kataku sembil berputar tanpa melepaskan emutannya kemudian sambil terus diemut.
    Cerita Dewasa : Aku mulai menjilat-jilat vaginanya yang telah basah sambil tanganku memencet-mencet payudaranya yang semakin keras, terus kuhisap vaginanya dan mulai kumasukkan lidahku untuk mencari-cari klitorisnya.
    “Aach.. achh..” desahnya ketika kutemukan klitorisnya.
    “Ben! kamu pinter banget nemuin itilku, a.. achh.. ahh..”
    “kamu juga makin pinter ngulum ‘Beni’ kecil,” kataku lagi.
    “Ben, kali ini kita tidak usah banyak-banyak yach, aa.. achh..” katanya sambil mendesah.
    “Cukup sekali aja nembaknya, taapi.. sa.. ma.. ss.. sa.. ma.. maa ac.. ach..” katanya sambil menikmati jilatanku.
    “Tapi Ben aku.. ma.. u.. keluar nich! Ach.. a.. aahh..” katanya sambil menegang kemudian mengeluarkan cairan dari vaginanya.

    “Kayaknya kamu harus dua kali dech!” kataku sambil merubah posisi.
    “Ya udah dech, tapi sekarang kamu masukin yach,” katanya lagi.
    “Bersiaplah akan aku masukkan ini sekarang,” kataku sambil mengarahkan penisku ke vaginanya.
    “Siap-siap yach!”
    “Ayo dech,” katanya.
    “Ach.. a.. ahh..” desahnya ketika kumasukkan penisku.
    “Pelan-pelan dong!”
    “Inikan udah pelan Lus,” kataku sambil mulai bergoyang.
    “Lus, kamu udah terangsang lagi belon?” tanyaku.
    “Bentar lagi Ben,” katanya mulai menggoyangkan pantatnya untuk mengimbangiku, dan kemudian dia menarik kepalaku dan memitaku untuk sambil menciumnya.
    “Sambil bercumbu dong Ben!”
    Tanpa disuruh dua kali aku langsung mncumbunya, dan aku betul-betul menikmati permainan lidahnya yang semakin mahir.
    “Lus kamu udah punya pacar belom?” tanyaku.”Aku udah tapi baru abis putus,” katanya sambil mendesah.
    “Ben pacar aku itu enggak tau loh soal benginian, cuma kamu loh yang beginian sama aku.”
    “Ach yang bener?” tanyaku lagi sambil mempercepat goyangan.
    “Ach.. be.. ner.. kok Ben, a.. aa.. ach.. achh,” katanya terputus-putus.
    “Tahan aja, atau kamu mau udahan?” kataku menggoda.
    “Jangan udahan dong, aku baru kamu bikin terangsang lagi, kan kagak enak kalau udahan, achh.. aa.. ahh.. aku percepat yach Ben,” katanya.
    Kemudian mempercepat gerakan pinggulnya.
    “Kamu udah ngerti gimana enaknya, bentar lagi kayaknya aku bakal keluar dech,” kataku menyadari bahwa sepermaku sudah mengumpul di ujung.
    “Achh.. ach.. bentar lagi nih.”
    “Tahan Ben!” katanya sambil mengeluarkan penisku dari vaginanya dan kemudian menggulumnya sambil tanganya mamainkan klitorisnya.
    “Aku juga Ben, bantu aku cari klitorisku dong!” katanya menarik tanganku ke vaginanya.
    Sambil penisku terus dihisapnya kumainkan klitorisnya dengan tanganku dan..
    “Achh.. a.. achh.. achh.. ahh..” desahku sambil menembakkan spermaku dalam mulutnya.
    “Aku juga Ben..” katanya sambil menjepit tanganku dalam vaginanya.
    “Ach.. ah.. aa.. ach..” desahnya.
    “Aku tidur di sini yach, nanti bangunin aku jam lima sebelum ayah bagun,” katanya sambil menutup mata dan kemudian tertidur, di sampingku.
    Tepat jam lima pagi aku bangun dan membangunkanya, kemudian ia bergegas ke kamar madi dan mempersiapkan diri untuk sekolah, begitu juga dengan aku. Yang aneh siang ini tidak seperti biasanya Lusi tidak pulang bersamaku karena ia ada les privat, sedangkan di rumah cuma ada Mbak Riri, dan anehnya siang-siang begini Mbak Riri di rumah memakai kaos ketat dan rok mini seperti sedang menunggu sesuatu.
    “Siang Ben! baru pulang? Lusi mana?” tanyanya.
    “Lusi lagi les, katanya bakal pulang sore,” kataku, “Loh Mbak sendiri kapan pulang? katanya dari Solo yach?”
    “Aku pulang tadi malem jam tigaan,” katanya.
    “Ben, tadi malam kamu teriak sendirian di kamar ada apa?”
    Wah gawat sepertinya Mbak Riri dengar desahannya Lusi tadi malam.
    “Ach tidak kok, cuma ngigo,” kataku sambil berlalu ke kamar.
    “Ben!” panggilnya, “Temenin Mbak nonton VCD dong, Mbak males nich nonton sendirian,” katanya dari kamarnya.
    “Bentar!” kataku sambil berjalan menuju kamarnya, “Ada film apa Mbak?” tanyaku sesampai di kamarnya.
    “Liat aja, nanti juga tau,” katanya lagi.
    “Mbak lagi nungguin seseorang yach?” tanyaku.
    “Mbak, lagi nungguin kamu kok,” katanya datar, “Tuh liat filmnya udah mulai.”
    “Loh inikan..?” kataku melihat film BF yang diputarnya dan tanpa meneruskan kata-kataku karena melihat ia mendekatiku. Kemudian ia mulai mencium bibirku.
    “Mbak tau kok yang semalam,” katanya, “Kamu mau enggak ngelayanin aku, aku lebih pengalaman dech dari Lusi.”
    Wah pucuk di cinta ulam tiba, yang satu pergi datang yang lain.
    “Mbak, aku kan adik yang berbakti, masak nolak sich,” godaku sambil tangan kananku mulai masuk ke dalam rok mininya menggosok-gosok vaginanya, sedangkan tangan kiriku masuk ke kausnya dan memencet-mencet payudaranya yang super besar.
    “Kamu pinter dech, tapi sayang kamu nakal, pinter cari kesempatan,” katanya menghentikan ciumannya dan melepaskan tanganku dari dada dan vaginanya.
    “Mbak mau ngapain, kan lagi asyik?” tanyaku.”Kamu kagak sabaran yach, Mbak buka baju dulu terus kau juga, biar asikkan?” katanya sambil membuka bajunya.
    Aku juga tak mau ketinggalan, aku mulai membuka bajuku sampai pada akhirnya kami berdua telanjang bulat.
    “Tubuh Mbak bagus banget,” kataku memperhatikan tubuhnya dari atas sampai ujung kaki, benar-benar tidak ada cacat, putih mulus dan sekal.
    Ia langsung mencumbuku dan tangan kanannya memegang penisku, dan mengarahkan ke vaginanya sambil berdiri.
    “Aku udah enggak tahan Ben,” katanya.
    Kuhalangi penisku dengan tangan kananku lalu kumainkan vaginanya dengan tangan kiriku.
    “Nanti dulu ach, beginikan lebih asik.”
    “Ach.. kamu nakal Ben! pantes si Lusi mau,” katanya mesra.
    “Ben..! Mbak..! lagi dimana kalian?” terdengar suara Lusi memanggil dari luar.
    “Hari ini guru lesnya tidak masuk jadi aku dipulangin, kalian lagi dimana sich?” tanyanya sekali lagi.
    “Masuk aja Lus, kita lagi pesta nich,” kata Mbak Riri.
    “Mbak! Entar kalau Lusi tau gimana?” tanyaku.
    “Ben jangan panggil Mbak, panggil aja Riri,” katanya dan ketika itu aku melihat Lusi di pintu kamar sedang membuka baju.
    “Rir, aku ikut yach!” pinta Lusi sambil memainkan vaginanya.
    “Ben kamu kuat nggak?” tanya Riri.
    “Tenang aja aku kuat kok, lagian kasian tuch Lusi udah terangsang,” kataku.
    “Lus cepet sinih emut ‘Beni Junior’,” ajakku..

    Tanpa menolak Lusi langsung datang mengemut penisku.
    “Mending kita tiduran, biar aku dapet vaginamu,” kataku pada Riri.
    “Ayo dech!” katanya kemudian mengambil posisi.
    Riri meletakkan vaginanya di atas kepalaku, dan kepalanya menghadap vagina Lusi yang sedang mengemut penisku.
    “Lus, aku maenin vaginamu,” katanya.
    Tanpa menunggu jawaban dari Lusi ia langsung bermain di vaginanya.Permainan ini berlangsung lama sampai akhirnya Riri menegangkan pahanya, dan.. “Ach.. a.. aach.. aku keluar..” katanya sambil menyemprotkan cairan di vaginanya.
    “Sekarang ganti Lusi yach,” kataku.
    Kemudian aku bangun dan mengarahkan penisku ke vaginanya dan masuk perlahan-lahan.
    “Ach.. aach..” desah Lusi.
    “Kamu curang, Lusi kamu masukin, kok aku tidak?” katanya.
    “Abis kamu keluar duluan, tapi tenang aja, nanti abis Lusi keluar kamu aku masukin, yang penting kamu merangsang dirimu sendiri,” kataku.
    “Yang cepet dong goyangnya!” keluh Lusi.
    Kupercepat goyanganku, dan dia mengimbanginya juga.
    “Kak, ach.. entar lagi gant.. a.. ach.. gantian yach, aku.. mau keluar ach.. aa.. a.. ach..!” desahnya, kemudian lemas dan tertidur tak berdaya.
    “Ayo Ben tunggu apa lagi!” kata Riri sambil mengangkang mampersilakan penisku untuk mencoblosnya.
    “Aku udah terangsang lagi.”
    Tanpa menunggu lama aku langsung mencoblosnya dan mencumbunya.
    “Gimana enak penisku ini?” tanyaku.
    “Penis kamu kepanjangan,” katanya, “tapi enak!”.
    “Kayaknya kau nggak lama lagi dech,” kataku.
    “Sama, aku juga enggak lama lagi,” katanya, “Kita keluarin sama-sama yach!” terangnya.
    “Di luar apa di dalem?” tanyaku lagi.
    “Ach.. a.. aach.. di.. dalem.. aja..” katanya tidak jelas karena sambil mendesah.
    “Maksudku, ah.. ach.. di dalem aja.. aah.. ach.. bentar lagi..”
    “Aku.. keluar.. ach.. achh.. ahh..” desahku sambil menembakkan spermaku.
    “Ach.. aach.. aku.. ach.. juga..” katanya sambil menegang dan aku merasakan cairan membasahi penisku dalam vaginanya.
    Akhirnya kami bertiga tertidur di lantai dan kami bangun pada saat bersamaan.
    “Ben aku mandi dulu yach, udah sore nich.”
    “Aku juga ach,” kataku.
    “Ben, Lus, lain kali lagi yach,” pinta Riri.
    “Itu bisa diatur, asal lagi kosong kayak gini, ya nggak Ben!” kata Lusi.
    “Kapan aja kalian mau aku siap,” kataku.
    “Kalau gitu kalian jangan mandi dulu, kita main lagi yuk!” kata Riri mulai memegang penisku.
    Cerita Dewasa : Akhirnya kami main lagi sampai malam dan kebetulan ayah dan ibu telepon dan mengatakan bahwa mereka pulangnya besok pagi, jadi kami lebih bebas bermain, lagi dan lagi. Kemudian hari selanjutya kami sering bermain saat situasi seperti ini, kadang tengah malam hanya dengan Riri atau hanya Lusi. Oh bapak tiri, ternyata selain harta banyak, kamu juga punya dua anak yang siap menemaniku kapan saja, ohh nikmatnya hidup ini.
  • Cerita Sex Digilir di Sekolah

    Cerita Sex Digilir di Sekolah


    1458 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Digilir di SekolahCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Namaku Mirna. Cerita ini terjadi saat usiaku masih 17 tahun. Waktu itu, aku duduk di kelas 2 SMA swasta yang amat terkenal di Surabaya. Tinggi 157 cm, berat 45 kg, rambutku hitam panjang sepunggung. Kata orang orang, wajahku cantik dan tubuhku sangat ideal.

    Namun karena inilah aku mengalami malapetaka di hari Sabtu, tanggal 18 Desember. Seminggu setelah perayaan ultahku yang ke 17 ini, dimana aku akhirnya mendapatkan SIM karena sudah cukup umur, maka aku ke sekolah dengan mengendarai mobilku sendiri, mobil Fauziah ultahku.

    Sepulang sekolah, jam menunjukkan waktu 18:30 (aku sekolah siang, jadi pulangnya begitu malam), aku merasa perutku sakit, jadi aku ke WC dulu. Karena aku bawa mobil sendiri, jadi dengan santai aku buang air di WC, tanpa harus kuatir merasa sungkan dengan sopir yang menungguku.

    Tapi yang mengherankan dan sekaligus menjengkelkan, aku harus bolak balik ke wc sampai 5 kali, mungkin setelah tak ada lagi yang bisa dikeluarkan, baru akhirnya aku berhenti buang air. Namun perutku masih terasa mulas. Maka aku memutuskan untuk mampir ke UKS sebentar dan mencari minyak putih. Sebuah keputusan fatal yang harus kubayar dengan kesucianku.

    Aku masuk ke ruang UKS, menyalakan lampunya dan menaruh tas sekolahku di meja yang ada di sana, lalu mencari cari minyak putih di kotak obat. Setelah ketemu, aku membuka kancing baju seragamku di bagian perut ke bawah, dan mulai mengoleskan minyak putih itu untuk meredakan rasa sakit perutku. Aku amat terkejut ketika tiba tiba tukang sapu di sekolahku yang bernama Fauzi membuka pintu ruang UKS ini.

    Aku yang sedang mengolesi perutku dengan minyak putih, terkesiap melihat dia menyeringai, tanpa menyadari 3 kancing baju seragamku dari bawah yang terbuka dan memperlihatkan perutku yang rata dan putih mulus ini.

    Belum sempat aku sadar apa yang harus aku lakukan, ia sudah mendekatiku, menyergapku, menelikung tangan kananku ke belakang dengan tangan kanannya, dan membekap mulutku erat erat dengan tangan kirinya. Aku meronta ronta, dan berusaha menjerit, tapi yang terdengar cuma “eeemph… eeemph…”.

    Dengan panik aku berusaha melepaskan bekapan pada mulutku dengan tangan kiriku yang masih bebas. Namun apa arti tenaga seorang gadis yang mungil sepertiku menghadapi seorang lelaki yang tinggi besar seperti Fauzi ini? Aku sungguh merasa tak berdaya.

    “Halo non Mirna… kok masih ada di sekolah malam malam begini?” tanya Fauzi dengan menjemukan. Mataku terbelalak ketika masuk lagi tukang sapu yang lain yang bernama bernama Yoyok. “Ropikoo”, ia melongok keluar pintu dan berteriak memanggil satpam di sekolahku.

    Aku sempat merasa lega, kukira aku akan selamat dari cengkeraman Fauzi, tapi ternyata Yoyok yang mendekati kami bukannya menolongku, malah memegang pergelangan tangan kiriku dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya mulai meremasi payudaraku.

    “Wah baru kali ini ada kesempatan pegang susu amoy.. ini non Mirna yang sering kamu bilang itu kan Had?” tanya Yoyok pada Fauzi, yang menjawab “iya Yok, amoy tercantik di sekolah ini. Betul gak?” tanya Fauzi. Sambil tertawa Yoyok meremas payudaraku makin keras.

    Aku menggeliat kesakitan dan terus meronta berusaha melepaskan diri sambil berharap semoga Ropik yang sering kuberi tips untuk mengantrikan aku bakso kesukaanku tiap istirahat sekolah, tidak setega mereka berdua yang sudah seperti kerasukan iblis ini.

    Tapi aku langsung sadar aku dalam bahaya besar. Yang memanggil Ropik tadi itu kan Yoyok. Jadi sungguh bodoh bila aku berharap banyak pada Ropik yang kalau tidak salah memang pernah aku temukan sedang mencuri pandang padaku. Ataukah… ?

    Beberapa saat kemudian Ropik datang, dan melihatku diperlakukan seperti itu, Ropik menyeringai dan berkata, “Dengar! Kalian jangan gegabah.. non Mirna ini kita ikat dulu di ranjang UKS ini. Setelah jam 8 malam, gedung sekolah ini pasti sudah kosong, dan itu saatnya kita berpesta kawan kawan!”.

    Maka lemaslah tubuhku setelah dugaanku terbukti, dan dengan mudah mereka membaringkan tubuhku di atas ranjang UKS. Kedua tangan dan kakiku diikat erat pada sudut sudut ranjang itu, dan dua kancing bajuku yang belum lepas dilepaskan oleh Fauzi, hingga terlihat kulit tubuhku yang putih mulus, serta bra warna pink yang menutupi payudaraku.

    Aku mulai putus asa dan memohon “Pak Ropik.. tolong jangan begini pak..”. Ratapanku ini dibalas ciuman Ropik pada bibirku. Ia melumat bibirku dengan penuh nafsu, sampai aku megap megap kehabisan nafas, lalu ia menyumpal mulutku supaya aku tak bisa berteriak minta tolong. “Non Mirna, tenang saja.

    Nanti juga non bakalan merasakan surga dunia kok”, kata Ropik sambil tersenyum memuakkan. Kemudian Ropik memerintahkan mereka semua untuk kembali melanjutkan pekerjaannya, dan mereka meninggalkanku sendirian di ruang UKS sialan ini.

    Ropik kembali ke posnya, Fauzi dan Yoyok meneruskan pekerjaannya menyapu beberapa ruangan kelas yang belum disapu. Dan aku kini hanya bisa pasrah menunggu nasib.

    Aku bergidik membayangkan apa yang akan mereka lakukan terhadapku. Dari berbagai macam cerita kejahatan yang aku dengar, aku mengerti mereka pasti akan memperkosaku ramai ramai. Sakit perutku sudah hilang berkat khasiat minyak putih tadi.

    Detik demi detik berlalu begitu cepat, tak terasa setengah jam sudah berlalu. Jam di ruang UKS sudah menunjukkan pukul 20:00. tibalah saatnya aku dibantai oleh mereka. Fauzi masuk, diikuti Yoyok, Ropik, dan celakanya ternyata mereka mengajak 2 satpam yang lain, Urip dan Soleh.

    “Hai amoy cantik.. sudah nggak sabar menunggu kami ya?”, kata Fauzi. Dengan mulut yang tersumpal sementara tangan dan kakiku terikat, aku hanya bisa menggeleng nggelengkan kepala, dengan air mata yang mengalir deras aku memandang mereka memohon belas kasihan, walaupun aku tahu pasti hal ini tak ada gunanya.

    Mereka hanya tertawa dan dengan santai melepaskan baju seragam sekolahku, hingga aku tinggal mengenakan bra dan celana dalam yang warnanya pink. Mereka bersorak gembira, mengerubutiku dan mulai menggerayangi tubuhku, tanpa aku bisa melawan sama sekali.

    Aku masih sempat memperhatikan, betapa kulit mereka itu hitam legam dan kasar dibandingkan kulitku yang putih mulus, membuatku sedikit banyak merasa jijik juga ketika memikirkan tubuhku dikerubuti mereka, untuk kemudian digangbang tanpa ampun..

    Aku terus meronta, tapi tiba tiba perasaanku tersengat ketika jari-jari Ropik menyentuh selangkanganku, menekan nekan klitorisku yang masih terbungkus celana dalam. Aku tak tau sejak kapan, tapi bra yang aku pakai sudah lenyap entah kemana, dan payudaraku diremas remas dengan brutal oleh Fauzi dan Yoyok, membuat tubuhku panas dingin tak karuan.

    Selagi aku masih kebingungan merasakan sensasi aneh yang melanda tubuhku, Urip mendekatiku, melepas sumpalan pada mulutku, dan melumat bibirku habis habisan. Ya ampun.. aku semakin gelagapan, apalagi kemudian Soleh meraba dan membelai kedua pahaku.

    Dikerubuti dan dirangsang sedemikan rupa oleh 5 orang sekaligus, aku merasakan gejolak luar biasa melanda tubuhku yang tanpa bisa kukendalikan, berkelojotan dan mengejang hebat, berulang kali aku terlonjak lonjak, ada beberapa saat lamanya tubuhku tersentak sentak, kakiku melejang lejang, rasanya seluruh tubuhku bergetar.

    “oh.. oh… augh.. ngggg.. aaaaaaagh…” aku mengerang dan menjerit keenakan dan keringatku membanjir deras. Lalu aku merasa kelelahan dan lemas sekali, dan mereka menertawakanku yang sedang dilanda orgasme hebat.

    “Enak ya non? Hahaha… nanti Non pasti minta tambah”. Aku tak melihat siapa yang bicara, tapi aku tahu itu suara Yoyok, dan aku malas menanggapi ucapan yang amat kurang ajar dan merendahkanku itu.

    Kemudian Ropik berkata padaku, “Non Mirna, kami akan melepaskan ikatanmu. Jika nona tidak macam macam, kami akan melepaskan nona setelah kami puas. Tapi jika nona macam macam, nona akan kami bawa ke rumah kosong di sebelah mess kami.

    Dan nona tahu kan apa akibatnya? Di situ nona tidak hanya harus melayani kami berlima, tapi seluruh penghuni mess kami. Mengerti ya non?”.

    Mendengar hal itu, aku hanya bisa mengangguk pasrah, dan berharap aku cukup kuat untuk melalui ini semu. “Iya pak. Jangan bawa saya ke sana pak. Saya akan menuruti kemauan bapak bapak. Tapi tolong, jangan lukai saya dan jangan hamili saya. Dan lagi, saya masih perawan pak. Tolong jangan kasar.

    Tolong jangan keluarkan di dalam ya?” pintaku sungguh sungguh, dan merasa ngeri jika aku harus dibawa ke mess mereka. Aku tahu penghuni mess itu ada sekitar 60 orang, yang merupakan gabungan satpam, tukang sapu dan tukang kebun dari SMA tempat aku sekolah ini, ditambah dari SMP dan SD yang memang masih sekomplek, maklum satu yayasan.

    Daripada aku lebih menderita digangbang oleh 60 orang, lebih baik aku menuruti apa mau mereka yang ‘cuma’ berlima ini. Dan aku benar benar berharap agar tak ada yang melukaiku, berharap mereka tidak segila itu untuk menindik tubuhku, trend yang kudengar sering dilakukan oleh pemerkosanya… menindik puting susu korbannya. Aku benar benar takut.

    “Hahaha, non Mirna, sudah kami duga non memang masih perawan. Nona masih polos, dan tidak mengerti kalo kami suka memandangi tubuh nona yang sexy, dan selalu memimpikan memperawani non Mirna yang cantik ini sejak non masih kelas 1 SMA.

    Minggu lalu, ketika non ulang tahun ke 17 dan merayakannya di kelas, bahkan memberi kami makanan, kami sepakat untuk mengFauziahi non kenikmatan surga dunia. Tenang saja non. Kami memang menginginkan tubuh non, tapi kami tak sekejam itu untuk melukai tubuh non yang indah ini.

    Dan kalo tentang itu tenang non, kami sudah mempersiapkan semua itu. Seminggu terakhir ini, aqua botol yang non titip ke saya, saya campurin obat anti hamil. Sedangkan yang tadi, saya campurin obat anti hamil sekaligus obat cuci perut.

    Non Mirna tadi sakit perut kan? Hahaha…” jelas Ropik sambil tertawa, tertawa yang memuakkan. Jadi ini semua sudah direncanakannya! Kurang ajar betul mereka ini. Aku memberi mereka makanan hanya karena ingin berbagi, tanpa memandang status mereka.

    Tapi kini balasannya aku harus melayani mereka berlima. Aku akan digangbang mereka, dan mereka akan mengeluarkan sperma mereka di dalam rahimku sepuasnya tanpa kuatir menghamiliku. Lebih tepatnya, tanpa aku kuatir harus hamil oleh mereka. Membayangkan hal ini, entah kenapa tiba tiba aku terangsang hebat, dan birahiku naik tak terkendali.

    Mereka semua mulai melepas semua pakaian mereka, dan ternyata penis penis mereka sudah ereksi dengan gagahnya, membuat jantungku berdegup semakin kencang melihat penis penis itu begitu besar. Ropik mengambil posisi di tengah selangkanganku, sementara yang lain melepaskan ikatan pada kedua pergelangan tangan dan kakiku.

    Ropik menarik lepas celana dalamku, kini aku sudah telanjang bulat. Tubuhku yang putih mulus terpampang di depan mereka yang terlihat semakin bernafsu. “Indah sekali non Mirna, mem*knya non.

    Rambutnya jarang, halus, tapi indah sekali”, puji Ropik. Memang rambut yang tumbuh di atas vaginaku amat jarang dan halus. Semakin jelas aku melihat penis Ropik, yang ternyata paling besar di antara mereka semua, dengan diameter sekitar 6 cm dan panjang yang sekitar 25 cm.

    Aku menatap sayu pada Ropik. “Pak, pelan pelan pak ya..” aku mencoba mengingatkan Ropik, yang hanya menganguk sambil tersenyum. Kini kepala penis Ropik sudah dalam posisi siap tempur, dan Ropik menggesek gesekkannya ke mulut vaginaku.

    Aku semakin terangsang, dan mereka tanpa memegangi pergelangan tangan dan kakiku yang sudah tidak terikat, mungkin karena sudah yakin aku yang telah mereka taklukkan ini tak akan melawan atau mencoba melarikan diri, mulai mengerubutiku kembali.

    Kedua payudaraku kembali diremas remas oleh Fauzi dan Yoyok, sementara Urip dan Soleh bergantian melumat bibirku. Rangsangan demi rangsangan yang kuterima ini, membuat aku orgasme yang ke dua kalinya. Kembali tubuhku berkelojotan dan kakiku melejang lejang, bahkan kali ini cairan cintaku muncrat menyembur membasahi penis Ropik yang memang sedang berada persis di depan mulut vaginaku.

    “Eh.. non Mirna ini.. belum apa apa sudah keluar 2 kali, pake muncrat lagi. Sabar non, kenikmatan yang sesungguhnya akan segera non rasakan. Tapi ada bagusnya juga lho, mem*k non pasti jadi lebih licin, nanti pasti lebih gampang ditembus ya”, ejeknya sambil mulai melesakkan penisnya ke vaginaku.

    “Aduh.. sakit pak” erangku, dan Ropik berkata “Tenang non, nanti juga enak”. Kemudian ia menarik penisnya sedikit, dan melesakkannya sedikit lebih dalam dari yang tadi.

    Rasa pedih yang amat sangat melanda vaginaku yang sudah begitu licin, tapi tetap saja karena penis itu terlalu besar, Ropik kesulitan untuk menancapkan penisnya ke vaginaku, namun dengan penuh kesabaran, Ropik terus memompa dengan lembut hingga tak terlalu menyakitiku.

    Lambat laun, ternyata memang rasa sakit di vaginaku mulai bercampur rasa nikmat yang luar biasa. Dan Ropik terus melakukannya, menarik sedikit, dan menusukkan lebih dalam lagi, sementara yang lain terus melanjutkan aktivitasnya sambil menikmati tontonan proses penetrasi penis Ropik ke dalam vaginaku.

    Fauzi dan Yoyok mulai menyusu pada kedua puting payudaraku yang sudah mengeras karena terus menerus dirangsang sejak tadi. Tak lama kemudian, aku merasakan selangkanganku sakit sekali, rupanya akhirnya selaput daraku robek.

    “Ooooooh… aaaauuuugggh… hngggkk aaaaaaagh… “Aku menjerit kesakitan, seluruh tubuhku mengejang, dan air mataku mengalir, dan kembali aku merasakan keringatku mengucur deras. Aku ingin meronta, tapi rasa sesak di vaginaku membatalkan niatku. Aku hanya bisa mengerang, dan gairahku pun padam dihempas rasa sakit yang nyaris tak tertahankan ini.

    “Aduh.. sakit pak Ropik.. ampun”, erangku, namun Ropik hanya tertawa tawa puas karena berhasil memperawaniku, dan yang lain malah bersorak,

    “terus.. terus..”. Aku menggeleng gelengkan kepalaku ke kanan dan ke kiri menahan sakit, sementara bagian bawah tubuhku mengejang hebat, tapi aku tak berani terlalu banyak bergerak, dan berusaha menahan lejangan tubuhku supaya vaginaku penuh sesak itu tak semakin terasa sakit.

    Namun lumatan penuh nafsu pada bibirku oleh Urip ditambah belaian pada rambutku serta dua orang tukang sapu yang menyusu seperti anak kecil di payudaraku ini membuat gairahku yang sempat padam kembali menyala.

    Tanpa sadar, dalam kepasrahan aku mulai membalas lumatan itu. Ropik terus memperdalam tusukannya penisnya yang sudah menancap setengahnya pada vaginaku. Dan Ropik memang pandai memainkan vaginaku, kini rasa sakit itu sudah tak begitu kurasakan lagi, yang lebih kurasakan adalah nikmat yang melanda selangkanganku.

    Penis itu begitu sesaknya walaupun baru menancap setengahnya, dan urat urat yang berdenyut di penis itu menambah sensasi yang luar biasa. Sementara itu Ropik mulai meracau, “Oh sempitnya non.

    Enaknya.. ah.. “ sambil terus memompa penisnya sampai akhirnya amblas sepenuhnya, terasa menyodok bagian terdalam dari vaginaku, mungkin itu rahimku. Aku hanya bisa mengerang tanpa berani menggeliat, walaupun aku merasakan sakit yang bercampur nikmat.

    Mulutku ternganga, kedua tanganku mencengkeram sprei berusaha mencari sesuatu yang bisa kupegang, sementara kakiku terasa mengejang tapi kutahan. Aku benar benar tak berani banyak bergerak dengan penis raksasa yang sedang menancap begitu dalam di vaginaku.

    Dan setelah diam untuk memberiku kesempatan beradaptasi, akhirnya Ropik memulai pompaanya. Aku mengerang dan mengerang, mengikuti irama pompaan si Ropik.

    Dan erangangku kembali tertahan ketika kali ini dengan gemas Urip memasukkan penisnya ke dalam mulutku yang sedang ternganga ini. Aku gelagapan, dan Urip berkata “Isep non. Awas, jangan digigit ya!” Aku hanya pasrah, dan mulai mengulum penis yang baunya tidak enak ini, tapi lama kelamaan aku jadi terbiasa juga dengan bau itu.

    Penis itu panjang juga, tapi diameternya tak terlalu besar disbanding dengan penisnya Ropik. Tapi mulutku terasa penuh, dan ketika aku mengulum ngulum penis itu, Urip memompa penisnya dalam mulutku, sampai berulang kali melesak ke dalam tenggorokanku.

    Aku berusaha supaya tidak muntah, meskupun berulang kali aku tersedak. Selagi aku bejruang beradaptasi terhadap sodokan penis si Urip ini, Soleh meraih tangan kananku, menggengamkan tanganku ke penisnya.

    “Non, ayo dikocok!”, perintahnya. Penis itu tak hampir tak muat di genggaman telapak tanganku yang mungil, dan aku tak sempat memperhatikan seberapa panjang penis itu, walaupun dari kocokan tanganku, aku sadar penis itu panjang.

    Aku menuruti semuanya dengan pasrah, ketika tiba tiba pintu terbuka, dan pak Edy, guru wali kelasku masuk, dan semua yang mengerubutiku menghentikan aktivitasnya, tentu saja penis Ropik masih tetap bersemayam dalam vaginaku.

    Melihat semuanya ini, pak Edy membentak, “Apa apaan ini? Apa yang kalian lakukan pada Mirna?”.

    Aku merasa ada harapan, segera melepaskan kulumanku pada penis Urip, dan sedikit berteriak “Pak Edy, tolong saya pak. Lepaskan saya dari mereka”. Pak Edy seolah tak mendengarku, dan berkata pada Ropik,

    “Kalian ini.. ada pesta kok tidak ngajak saya? Untung saya mau mencari bon pembelian kotak P3K tadi. Kalo begini sih, itu bon gak ketemu juga tidak apa apa… hahaha…”. Aku yang sempat kembali merasa ada harapan untuk keluar dari acara gangbang ini, dengan kesal melanjutkan kocokan tanganku pada penis Soleh juga kulumanku pada penis Urip.

    Memang aku harus mengakui, aku menikmati perlakuan mereka, tapi kalau bisa aku juga ingin semua ini berakhir. Setelah sadar bahwa pak Edy juga sebejat mereka, semuanya tertawa lega, dan sambil mulai melanjutkan pompaan penisnya pada vaginaku, Ropik berkata,

    “Pak Edy tenang saja, masih kebagian kok. Itu tangan kiri non Mirna masih nganggur, kan bisa buat ngocok punya pak Edy dulu. Tapi kalo soal mem*knya, ngantri yo pak. Abisnya, salome sih”.

    Pak Edy tertawa. “Yah gak masalah lah. Ini kan malam minggu, pulang malam juga wajar kan?” katanya mengiyakan sambil melepas pakaiannya dan ternyata (untungnya) penisnya tidak terlalu besar, bahkan ternyata paling pendek di antara mereka.

    Tapi aku sudah tak perduli lagi. Vaginaku yang serasa diaduk aduk mengantarku orgasme yang ke tiga kalinya. “aaaaagh.. paaak… sayaaa… keluaaaar….”, erangku yang tanpa sadar mulai menggenggam penis pak Edy yang disodorkan di dekat tangan kiriku yang memang menganggur.

    Pinggangku terangkat sedikit ke atas, kembali tubuhku terlonjak lonjak, entah ada berapa lamanya tersentak sentak, namun kini cairanku tak keluar karena vaginaku yang masih sangat sempit ini seolah dibuntu oleh penis Ropik yang berukuran raksasa.

    Dalam kelelahan ini, aku harus melayani 6 orang sekaligus. Sodokan sodokan yang dilakukan Ropik membuat gairahku cepat naik walaupun aku baru saja orgasme hebat. Tapi aku tak tahu, kapan Ropik akan orgasme, ia begitu perkasa. Sudah 15 menit berlalu, dan ia masih memompaku dengan garangnya.

    Desahan kami bersahut sahutan memenuhi ruangan yang kecil ini. Kedua tanganku mengocok penis dari Soleh dan pak Edy, wali kelasku yang ternyata bejat, membuatku bingung memikirkan apa yang harus kulakukan jika bertemu dengannya mulai senin besok dan seterusnya saat dia mengajar.

    Urip mengingatkanku untuk kembali mengulum penisnya yang kembali disodokkannya ke kerongkonganku, membuat aku tak sempat terlalu lama memikirkan hal itu.. Kini aku sudah mulai terbiasa, bahkan sejujurnya mulai menikmati saat saat tenggorokanku diterjang penis si Urip ini. Kepasrahanku ini membuat mereka semua semakin bernafsu.

    Tiba tiba Ropik menarikku hingga aku terduduk, lalu dia tiduran di ranjang, hingga sekarang aku berada dalam posisi woman on top, dan penis itu terasa semakin dalam menancap dalam vaginaku. Aku masih tak tahu apa yang ia inginkan, tiba tiba aku ditariknya lagi hingga rebah dan payudaraku menindih tubuhnya.

    Urat penisnya terasa mengorek ngorek dinding vaginaku.

    “Eh, daripada satu lubang rame rame, kan lebih nikmat kalo dua, eh, tiga sekalian, tiga lubang rame rame?” tanya Ropik pada yang lain, yang segera menyetujui sambil tertawa.

    “Akuuur… “, seru mereka, dan Urip segera ke belakangku, kemudian meludahi anusku. “Oh Tuhan… aku akan disandwich.. bagaimana ini..”, kataku dalam hati.

    “Jangaaaan…. Jangan di situuu…!!” teriakku ketakutan. Namun seperti yang aku duga, Urip sama sekali tidak perduli. Aku memejamkan mata ketika Urip menempelkan kepala penisnya ke anusku, dan yang lain bersorak kegirangan, memuji ide Ropik.

    “aaaaaagh…” erangku ketika penis Urip mulai melesak ke liang anusku. Mataku terbeliak, tanganku menggenggam erat sprei kasur tempat aku aku dibantai ramai ramai, tubuhku terutama pahaku bergetar hebat menahan sakit yang luar biasa.

    Ludah Urip yang bercampur dengan air liurku di penis Urip yang baru kukulum tadi, tak membantu sama sekali. Rasa pedih yang menjadi jadi mendera anusku, dan aku kembali mengerang panjang.

    “aaaaaaaaaaaaagh…. sakiiiiiit…. Jangaaaaan…..”, erangku tanpa daya ketika akhirnya penis itu amblas seluruhnya dalam anusku. Selagi aku mengerang dan mulutku ternganga, Soleh mengambil kesempatan itu untuk membenamkan penisnya dalam mulutku, hingga eranganku teredam.

    Sial, ternyata penis Soleh ini agak mirip punya Urip yang sedang menyodomiku. Begitu panjang, walaupun diameternya tidak terlalu besar, tapi penis itu cukup panjang untuk menyodok nyodok tenggorokanku. Kini tubuhku benar benar bukan milikku lagi.

    Rasa sakit yang hampir tak tertahankan melandaku saat Urip mulai memompa anusku. Setiap ia mendorongkan penisnya, penis Soleh menancap semakin dalam ke tenggorokanku, sementara penis Ropik sedikit tertarik keluar.

    Tapi sebaliknya, saat Urip memundurkan penisnya, penis Soleh juga sedikit tertarik keluar dari kerongkonganku, tapi akibatnya tubuhku yang turun membuat penis Ropik kembali menancap dalam dalam di vaginaku, ditambah lagi Ropik sedikit menambah tenaga tusukannnya, hingga rasanya penisnya seperti menggedor rahimku.

    Sedikit sakit memang, tapi perlahan rasa sakit pada anusku sudah berkurang banyak, dan ketika rasa sakit itu reda, aku sudah melayang dalam kenikmatan. Hanya 2 menit dalam posisi ini, aku sudah orgasme hebat, namun aku hanya bisa pasrah.

    Tubuhku hanya bisa bergetar, aku tak bisa bergerak banyak karena semuanya seolah olah terkunci. Dalam keadaan orgasme, mereka tanpa ampun terus bergantian memompaku, membuat orgasmeku tak kunjung reda bahkan akhirnya aku mengalami multi orgasme!

    Tanpa terkendali lagi, aku mengejang hebat susul menyusul, dan cairan cintaku keluar berulang ulang, sangat banyak mengiringi multi orgasmeku yang sampai lebih dari 3 menit. namun semua cairan cintaku yang aku yakin sudah bercampur darah perawanku tak bisa mengalir keluar, terhambat oleh penis Ropik.

    Tanganku yang menumpu pada genggaman tangan Ropik bergetar getar. Sementara Soleh membelai rambutku dan Urip meremas remas payudaraku dari belakang. Sungguh, aku tak kuasa menyangkal. Kenikmatan yang aku alami sekarang ini benar benar dahsyat, belum pernah sebelumnya aku merasakan yang seperti ini.

    Aku memang pernah bermasturbasi, namun yang ini benar benar membuatku melayang. Mereka terus menggenjot tubuhku. Desahan yang terdengar hanya desahan mereka, karena aku tak mampu mengeluarkan suara selama penis Soleh mengorek ngorek tenggorokanku.

    Entah sudah berapa kali aku mengalami orgasme, sampai akhirnya, “hegh.. hu… huoooooooh..”, Ropik melenguh, penisnya berkedut, kemudian spermanya yang hangat menyemprot berulang ulang dalam liang vaginaku, diiringi dengan keluarnya cairan cintaku untuk yang ke sekian kalinya.

    Akhirnya Ropik orgasme juga bersamaan denganku, dan penisnya sedikit melembek, dan terus melembek sampai akhirnya cukup untuk membuat cairan merah muda meluber keluar dengan deras dari sela sela mulut vaginaku, yang merupakan campuran darah perawanku, cairan cintaku dan sperma Ropik.

    “Oh.. enake rek, mem*k amoy seng sek perawan…” kata Ropik, yang tampak amat puas. Nafasku sudah tersengal sengal. Untungnya, Urip dan Soleh cukup pengertian. Urip mencabut penisnya dari anusku, dan Soleh tak memaksaku mengulum penisnya yang terlepas ketika aku yang sudah begitu lemas karena kelelahan, ambruk menindih Ropik yang masih belum juga melepaskan penisnya yang masih terasa begitu besar untukku.

    Kini aku mulai sadar dari gairah nafsu birahi yang menghantamku selama hampir satu jam ini. Namun aku tidak menangis. Tak ada keinginan untuk itu, karena sejujurnya aku tadi amat menikmati perlakuan mereka, bahkan gilanya, aku menginginkan diriku digangbang lagi seperti tadi.

    Apalagi mereka cukup lembut dan pengertian, tidak sekasar yang aku bayangkan. Mereka benar benar menepati janji untuk tidak melukaiku dan menyakitiku seperti menampar ataupun menjambak rambutku.

    Bahkan Ropik memelukku dan membelai rambutku dengan mesra dan penuh kasih saying, setidaknya menurut perasaanku, sehingga membuatku semakin pasrah dan hanyut dalam pelukannya. Apalagi yang lain kembali mengerubutiku, membelai sekujur tubuhku seolah ingin menikmati tiap senti kulit tubuhku yang putih mulis ini.

    Entah kenapa aku merasa aku rela melayani mereka berenam ini untuk seterusnya, membuatku terkejut dalam hati. “Hah? Apa yang baru saja aku pikirkan? Aku ini kan diperkosa, kok aku malah berpikir seperti itu?” pikirku dalam hati.

    Tapi tak bisa kupungkiri, tadi itu benar benar nikmat, belum pernah aku merasakan yang seperti itu ketika aku bermasturbasi. Lagian, apakah ini masih bisa disebut perkosaan? Selain aku pasrah melayani apa mau mereka, aku juga menikmatinya, bahkan sampai orgasme berkali kali.

    Lamunanku terputus saat Ropik mengangkat tubuhku hingga penisnya yang sudah mengecil terlepas dari vaginaku.

    “Non, kita lanjutin ya”, kata Soleh yang sudah tiduran di bawahku yang sedikit mengkangkang.

    Aku hanya menurut saja dan mengarahkan vaginaku ke penisnya yang tegak mengacung. Aku memegang dan membimbing penis itu untuk menembus vaginaku yang sudah tidak perawan lagi ini. “Ooh… aaah….”, erang Soleh ketika penisnya mulai melesak ke dalam vaginaku.

    Lebih mudah dari punya Ropik tadi, karena diameter penis si Soleh memang lebih kecil. Namun tetap saja, panjangnya membuat aku sedikit banyak kelabakan. “Ooh.. aduuuuh… “, erangku panjang seiring makin menancapnya penis Soleh hingga amblas sepenuhnya dalam vaginaku.

    Penisnya terasa hangat, lebih hangat dari punya si Ropik yang kini duduk di kursi tengah ruang ini sambil merokok. Mereka memberiku kesempatan untuk bernafas sejenak, kemudian Urip mendorongku hingga aku kembali telungkup, kali ini menindih Soleh yang langsung mengambil kesempatan itu untuk melumat bibirku.

    Baru aku sadar, Soleh ini pasti tinggi sekali. Dan rupanya si Urip belum puas dan ingin melanjutkan anal seks denganku. Kembali aku disandwich seperti tadi. Namun kali ini aku lebih siap. Aku melebarkan kakiku hingga semakin mengkangkang seperti kodok, dan… perlahan tapi pasti, anusku kembali ditembus penis Urip yang amat keras ini, membuat bagian bawah tubuhku kembali terasa sesak.

    Walaupun memang tidak sesesak tadi, namun cukup untuk membuatku merintih mengerang antara pedih dan nikmat.

    Kini Fauzi dan Yoyok ikut mengepungku. Mereka masing masing memegang tangan kiri dan kananku, mengarahkanku untuk menggenggam penis mereka dan mengocoknya. Selagi aku mulai mengocok dua buah penis itu, wali kelasku yang ternyata bejat ini mengambil posisi di depanku, memintaku mengoral penisnya.

    “Dioral sekalian, daripada nganggur nih”, katanya dengan senyum yang memuakkan. Tapi aku terpaksa menurutinya daripada nanti ia berbuat atau mengancam yang macam macam. Kubuka mulutku walaupun dengan setengah hati, membiarkan penis pak Edy yang berukuran kecil ini masuk dalam kulumanku.

    Jadi kini aku digempur 5 orang sekaligus, yang mana justru membuat gairahku naik tak karuan. Apalagi Soleh dan Urip makin bersemangat menggenjot selangkanganku, benar benar dengan cepat membawaku orgasme lagi.

    “eeeeeemmmmph….”, erangku keenakan. Tubuhku mengejang, dan kurasakan cairan cintaku keluar, melumasi vaginaku yang terus dipompa Soleh yang juga merem melek keenakan. Tiba tiba penis pak Edy berkedut dalam mulutku, dan tanpa ampun spermanya muncrat membasahi kerongkonganku. Baru kali ini aku merasakan sperma dalam mulutku, rasanya aneh, asin dan asam.

    Mungkin karena sudah beberapa kali melihat film bokep, tanpa disuruh aku sudah tahu tugasku. Kubersihkan penis pak Edy dengan kukulum, kujilati, dan kusedot sedot sampai tidak ada sperma yang tertinggal di penis yang kecil itu.

    Soleh mengejek pak Edy, “Lho pak, kok sudah keluar? Masa kalah sama sepongannya non Mirna? Bagaimana nanti sama mem*knya? Seret banget lho pak”, kata Soleh, yang disambung tawa yang lain. Pak Edy terlihat tersenyum malu, dan tak berkata apa apa, hanya duduk di sebelah si Ropik.

    Aku tertawa dalam hati, namun ada bagusnya juga, kini tugasku menjadi sedikit lebih ringan. Fauzi yang juga ingin merasakan penisnya kuoral, pindah posisi ke depanku, dan mengarahkan penisnya ke mulutku.

    Aku mengulum penis itu tanpa penolakan, dan kocokan tangan kananku pada penis Yoyok kupercepat, mengimbangi cepatnya sodokan demi sodokan penis Soleh dan Urip yang semakin gencar menghajar vagina dan anusku. Urip tiba tiba mendengus dengus dan melolong panjang “oooooooouuuuggghh…. “, seiring berkedutnya penisnya dalam anusku, dan menyemprotkan maninya berulang ulang.

    Terasa hangat sekali anusku di bagian terdalam. Kini aku tinggal melayani 3 orang saja, namun entah aku sudah orgasme berapa kali. Aku amat lelah untuk menghitungnya. Dan Yoyok menggantikan Urip membobol anusku.

    Baru aku sadar, dari genggaman tanganku tadi pada penis Yoyok, aku tahu penis Yoyok tidak panjang, tapi… diameternya itu.. rasanya seimbang dengan punya si Ropik. Oh celaka… penis itu akan segera menghajar anusku. “ooooh… oooooogh… sakiiiit…”, erangku ketika Yoyok memaksakan penisnya sampai akhirnya masuk.

    Namun seperti yang tadi tadi, rasa sakit yang menderaku hanya berlangsung sebentar, dan berganti rasa nikmat luar biasa yang tak bisa dilukiskan dengan kata kata. Aku semakin tersengat birahi ketika Soleh yang ada di bawahku meremas remas payudaraku yang tergantung di depan matanya, sementara Fauzi menekan nekankan kepalaku untuk lebih melesakkan penisnya ke kerongkonganku. Di sini aku juga sadar, ternyata penis si Fauzi ini setipe dengan punya Urip atau Soleh.

    Dengan pasrah aku terus melayani mereka satu per satu sampai akhirnya mereka orgasme bersamaan. Dimulai dari kedutan penis Soleh dalam vaginaku, tapi tiba tiba penis Fauzi berkedut lebih keras dan langsung menyemburkan spermanya yang amat banyak dalam rongga mulutku.

    Aku gelagapan dan nyaris tersedak, namun aku usahakan semuanya tertelan masuk dalam kerongkonganku. Selagi aku berusaha menelan semuanya, tiba tiba dari belakang Yoyok menggeram, penisnya juga berkedut, kemudian menyemprotkan sperma berulang ulang dalam anusku, diikuti Soleh yang menghunjamkan penisnya dalam dalam sambil berteriak penuh kenikmatan.

    “Oooooooohh… aaaaaaargh”, seolah tak mau kalah, aku juga mengerang panjang. Bersamaan dengan berulang kali menyemprotnya sperma Soleh di dalam vaginaku, aku juga mengalami orgasme hebat. Fauzi jatuh terduduk lemas setelah penisnya kubersihkan tuntas seperti punya pak Edy tadi.

    Lalu Soleh yang penisnya masih menancap di dalam vaginaku memeluk dan lembali melumat bibirku dengan ganas, sampai aku tersengal sengal kehabisan nafas. Yoyok yang penisnya tak terlalu panjang hingga sudah terlepas dari anusku, juga duduk bersandar di dinding. Kini tinggal aku dan Soleh yang ada di atas ranjang, dan kami bergumul dengan panas.

    Soleh membalik posisi kami hingga aku telentang di ranjang ditindihnya, dan penisnya tetap masih menancap dalam vaginaku meskipun mulai lembek, mungkin dikarenakan penis Soleh yang panjang. Tanpa sadar, kakiku melingkari pinggangnya Soleh, seakan tak ingin penisnya terlepas, dan aku balas melumat bibir si Soleh ini.

    Pergumulan kami yang panas, menyebabkan Ropik terbakar birahi. Tenaganya yang sudah pulih seolah ditandai dengan mengacungnya penisnya, yang tadi sudah berejakulasi. Namun ia dengan sabar membiarkan aku dan Soleh yang bergumul dengan penuh nafsu.

    Namun penis Soleh yang semakin mengecil itu akhirnya tidak lagi tertahan erat dalam vaginaku, dan Soleh pun tampaknya tahu diri untuk memberikanku kepada yang lain yang sudah siap kembali untuk menggenjotku.

    Ropik segera menyergap dan menindihku, tanpa memberiku kesempatan bernafas, dengan penuh nafsu Ropik segera menjejalkan penisnya yang amat besar itu ke dalam vaginaku.

    Aku terbeliak, merasakan kembali sesaknya vaginaku. Ropik yang sudah terbakar nafsu ini mulai memompa vaginaku dengan ganas, membuat tubuhku kembali bergetar getar sementara aku mendesah dan merintih merasakan nikmat berkepanjangan ini.

    Gilanya, aku mulai berani mencoba lebih merangsang Ropik dengan pura pura ingin menahan sodokan penisnya dengan cara menahan bagian bawah tubuhnya. Benar saja, dengan tatapan garang ia mencengkram kedua pergelangan tanganku dan menelentangkannya, membuatku tak berdaya.

    Dan sodokan dem sodokan yang menghajar vaginaku terasa semakin keras. Aku menatap Ropik dengan pandangan sayu memelas untuk lebih merangsangnya lagi, dan berhasil. Dengan nafas memburu, Ropik melumat bibirku sambil terus memompa vaginaku. Kini aku yang gelagapan.

    Orgasme yang menderaku membuat tubuhku bergetar hebat, tapi aku tak berdaya melepaskannya karena seluruh gerakan tubuhku terkunci, hingga akhirnya Ropik menggeram nggeram, semprotan sperma yang cukup banyak kembali membasahi liang vaginaku.

    Ropik melepaskan cengkramannya pada kedua pergelangan tanganku, namun aku sudah terlalu lelah dan lemas untuk menggerakkannya. Ia turun dari ranjang, setelah melumat bibirku dengan ganas, lalu memberi kesempatan pada pak Edy yang sudah ereksi kembali. Kali ini, ia terlihat lebih gembira, karena mendapatkan jatah liang vaginaku, yang kelihatannya sudah ditunggunya sejak tadi.

    Dengan tersenyum senang, yang bagiku memuakkan, ia mulai menggesekkan kepala penisnya ke vaginaku yang sudah banjir cairan sperma bercampur cairan cintaku. Tanpa kesulitan yang berarti, ia sudah melesakkan penisnya seluruhnya.

    Aku sedikit mendesah ketika ia mulai memompa vaginaku. Namun lagi lagi seperti tadi, belum ada 3 menit, pak Edy sudah mulai menggeram, kemudian tanpa mampu menahan lagi ia menyemprotkan spermanya ke dalam liang vaginaku.

    Yang lain kembali tertawa, sedangkan aku yang belum terpuaskan dalam ‘sesi’ ini, memandang yang lain, terutama Fauzi yang belum sempat merasakan selangkanganku. Fauzi yang seolah mengerti, segera mendekatiku.

    Terlebih dulu ia mencium bibirku dengan dimesra mesrakan, membuatku sedikit geli namun cukup terangsang juga. Tak lama kemudian, Fauzi sudah siap dengan kepala penis yang menempel di vaginaku, lalu mulai melesakkan penisnya dalam dalam.

    Ia terlihat menikmati hal ini, sementara aku sedikit mengejang menahan sakit karena Fauzi cukup terburu buru dalam proses penetrasi ini. Selagi kami dalam proses menyatu, yang lain sedang mengejek pak Edy yang terlalu cepat keluar. Ingin aku menambahkan, penisnya agak sedikit lembek. Tapi aku menahan diri dan diam saja, karena aku tak ingin terlihat murahan di depan mereka.

    Fauzi mulai memompa vaginaku. Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku. Pinggangku bergerak gerak dan pantatku sedikit terangkat, seolah menggambarkan aku yang sedang mencari kenikmatan. Selagi aku dan Fauzi sudah mulai menemukan ritme yang pas, aku melihat yang lain yaitu Yoyok dan Urip akan pergi ke wc, katanya untuk mencuci penis mereka yang tadi sempat terbenam dalam anusku.

    Sambil keluar Urip berkata, “nanti kasihan non Mirna, kalo mem*knya yang bersih jadi kotor kalo kont*lku tidak aku cuci”.

    “iya, juga, kan kasihan, amoy cakep cakep gini harus ngemut ****** yang kotor seperti ini”, sambung Yoyok. Oh.. ternyata mereka begitu pengertian padaku.

    Aku jadi semakin senang, dan menyerahkan tubuhku ini seutuhnya pada mereka. Kulayani Fauzi dengan sepenuh hati, setiap tusukan penisnya kusambut dengan menaikkan pantatku hingga penis itu bersarang semakin dalam.

    Tanpa ampun lagi, tak 5 menit kemudian aku orgasme disusul Fauzi yang menembakkan spermanya dalam liang vaginaku, bersamaan dengan kembalinya Yoyok dan Urip. Namun mereka berdua ini tak langsung menggarapku.

    Setelah Fauzi kembali terduduk lemas di bawah, mereka berdua mengerubutiku, tapi hanya membelai sekujur tubuhku, memberiku kesempatan untuk beristirahat setelah orgasme barusan. Mereka berdua menyusu pada payudaraku, sambil meremas kecil, membuatku mendesah tak karuan. Kini jam sudah menunjukkan pukul 21:00 malam.

    Tak terasa sudah satu jam aku melayani mereka semua. Dalam keadaan lelah, aku minta waktu sebentar pada Urip dan Yoyok untuk minum. Keringat yang mengucur deras sejak tadi membuatku haus.

    “Sebentar bapak bapak, saya mau minum dulu ya”, kataku. Kebetulan di tasku ada sekitar setengah botol air Aqua, sisa minuman yang tadi sore, tapi aku langsung teringat, minuman itu dicampur obat cuci perut yang mengantarku ke horor di ruang UKS ini.

    “Pak Ropik. Itu air sudah bapak campurin obat cuci perut kan? Tolong pak, belikan saya minuman dulu. Tapi jangan dicampurin apa apa lagi ya pak”, kataku sambil akan turun dari ranjang untuk mencari uang dalam dompet yang ada di dalam tas sekolahku.

    Tapi Ropik berkata, “Gak usah non. Saya belikan saja”. Ropik pergi ke wc sebentar untuk mencuci penisnya, kemudian kembali dan mengenakan celana dalam dan celana panjangnya saja. Lalu ia keluar untuk membeli air minum untukku.

    Sambil menunggu, yang lain menggodaku, merayuku betapa cantiknya aku, betapa putih mulusnya kulit tiubuhku yang indah dan sebagainya. Aku hanya tersenyum kecil menanggapi itu semua. Tak lama kemudian, Ropik kembali sambil membawa sebotol Aqua, yang segelnya sudah terbuka.

    Aku menatapnya curiga, dan bertanya dengan ketus. “Pak, masa bapak tega mencampuri air minum ini lagi? Nanti kan saya mulas mulas lagi?”.

    Ropik dengan tersenyum menjawab, “nggak non. Masa lagi enak enak gini saya pingin non bolak balik ke WC lagi. Ini cuma supaya non Mirna gak terlalu capek. Buat tambah tenaga non”.

    Yah.. pokoknya bukan obat cuci perut, aku akhirnya meminumnya sampai setengahnya, karena aku sudah semakin kehausan. Tak lupa aku mengambil botol sisa air minum yang tadi di dalam tasku, dan membuangnya ke tong sampah.

    Kemudian aku kembali ke ranjang, menuntaskan tugasku melayani Urip dan Yoyok. Tiba tiba aku merasa aneh, tubuhku terasa panas terutama wajahku, keringat kembali bercucuran di sekujur tubuhku. Padahal mereka belum menyentuhku.

    Aku langsung mengerti, ini pasti ada obat perangsang yang dicampurkan dalam minuman tadi. Sialan deh, aku kini semakin terperangkap dalam cengkeraman mereka. Urip dan Yoyok bergantian memompa vagina dan mulutku.

    Awalnya Urip melesakkan penisnya dalam vaginaku, sementara Yoyok memintaku mengoral penisnya. Karena obat perangsang itu, sebentar sebentar aku mengalami orgasme, dan tiap aku orgasme mereka bertukar posisi.

    Rasa sperma dari banyak orang, bercampur cairan cintaku kurasakan ketika mengoral penis mereka, dan membuatku semakin bergairah. Mereka akhirnya berorgasme bersamaan, Yoyok di vaginaku dan Urip di tenggorokanku.

     


    Sedangkan aku sendiri sampai pada titik dimana aku kembali mengalami multi orgasme. Ada 3 sampai 4 menit lamanya, tubuhku terlonjak lonjak hingga pantatku terangkat angkat, kakiku melejang lejang sementara tanganku menggengam sprei yang sudah semakin basah dan awut awutan.

    Aku melenguh panjang, kemudian roboh telentang pasrah, dalam keadaan masih terbakar nafsu birahi, tapi kelelahan dan nafasku yang tersengal sengal membuatku hanya bisa memejamkan mata menikmati sisa getaran pada sekujur tubuhku.

    Kemudian bergantian mereka terus menikmati tubuhku. Aku sudah setengah tak sadar kerena terbakar nafsu birahi yang amat hebat, melayani dan melayani mereka semua tanpa bisa mengontrol diriku.

    Akhirnya mereka sudah selesai menikmati tubuhku ketika jam menunjukan pukul 21:45. Mereka membiarkanku istirahat hingga staminaku sedikit pulih. Aku bangkit berdiri lalu melap tubuhku yang basah kuyup oleh keringat dengan handuk dan membersihkan selangkangan dan pahaku yang belepotan sperma.

    Dan dengan nakal Ropik melesakkan roti hot dog ke dalam vaginaku. Aku mendesah dan memandangnya penuh tanda tanya, tapi Ropik hanya cengengesan sambil memakaikan celana dalamku, hingga roti itu semakin tertekan oleh celana dalamku yang cukup ketat.

    Aku melenguh nikmat, dan mereka berebut memakaikan braku. Tanganku direntangkan, dan mereka menutup kedua payudaraku dengan cup bra-ku, memasang kaitannya di belakang punggungku. Lalu setelah memakaikan seragam sekolah dan rokku, mereka melingkariku yang duduk di atas ranjang dan sedang mengenakan kaus kaki dan sepatu sekolahku.

    Kemudian aku menatap mereka semua, siap mendengarkan ancaman kalo tidak boleh bilang siapa siapa lah.. ah, kalo itu sih nggak usah mereka mengancam, memangnya aku sampai tak punya malu sehingga menceritakan bagaimana aku yang asalnya diperkosa kemudian melayani mereka sepenuh hati seperti yang tadi aku lakukan?? Dan tentang kalo mereka ingin memperkosaku lagi di lain waktu, aku juga sudah pasrah.

    “Non Mirna, kami puas dengan pelayanan non barusan. Tapi tentu saja kami masih menginginkan non melayani kami untuk berikut berikutnya”, kata Ropik.

    Aku tak terlalu terkejut mendengar hal ini, tapi aku berpura pura tidak mengerti dan bertanya, “maksud bapak?”. “Non tentu sudah mengerti, kami masih inginkan servis non di lain hari. Kebetulan, minggu depan hari kamis tu kan hari terima rapor semester 3.

    Dua hari sebelum hari Natal. Tanggal 24 kan libur, kami ingin non Mirna datang ke sini jam 7 malam untuk melayani kami lagi. Seperti hari ini, non cukup melayani kami 2 jam saja.

    Soal pertemuan berikutnya, kita bisa atur lagi nanti tanggal 24 itu. Non harus datang, karena kalo tidak wali kelas non bisa memberikan sanksi tegas. Iya kan pak Edy?” jelas Ropik panjang lebar.

    Pak Edy mengiyakan dan berkata, “benar Mirna. Saya bisa membuatmu tidak naik kelas, dengan alasan yang bisa saya cari cari. Jadi sebaiknya kamu jangan macam macam, apalagi sampai melaporkan hal ini ke orang lain.

    Lagipula, saya yakin kamu cukup cerdas untuk tidak melakukan hal bodoh seperti itu”. Mendengar semuanya ini, aku hanya bisa mengangguk pasrah. Oh Tuhan.. di malam Natal minggu depan, aku harus bermain sex dengan enam laki laki yang ada di sekitarku ini

    Dan aku tak bisa menolak sama sekali.. Setelah semua beres, aku diijinkan pulang. Dalam keadaan loyo, aku berjalan tertatih tatih ke mobilku, selain sakit yang mendera selangkanganku akibat baru saja diperawani dan disetubuhi ramai ramai, roti yang menancap pada vaginaku sekarang ini membuat aku tak bisa berjalan dengan normal dan lancar. Untungnya tak ada yang melihatku dan menghadangku, akhirnya aku sampai ke dalam mobil, dan menyetir sampai ke rumah dengan selamat.

    Sampai di rumah, sekitar pukul 22:30, aku memencet remote pintu pagar untuk membuka, lalu aku memasukkan mobilku halaman rumah. Setelah memencet remote untuk menutup pintu pagar, aku masuk ke dalam rumah, langsung menuju kamarku.

    Roti ini benar benar mengganggu sejak aku menyetir tadi. Rasa nikmat terus mendera vaginaku tak henti hentinya, karena setiap kaki kiriku menginjak kopling, roti ini rasanya tertanam makin dalam. Kini hal yang sama juga terjadi setiap aku melangkahkan kakiku agak lebar.

    Rasanya kamarku begitu jauh, apalagi aku harus naik tangga, kamarku memang ada di lantai 2. Akhirnya aku sampai ke kamarku. Di sana aku buka semua bajuku, lalu pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku, mencabut roti yang sudah sedikit hancur terkena campuran sperma dan cairan cintaku.

    Aku menyemprotkan air shower ke vaginaku untuk membersihkan sisa roti yang tertinggal di dalamnya, sambil sedikit mengorek ngorek vaginaku untuk lebih cepat membersihkan semuanya.

    Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku, namun aku tahu aku harus segera beristirahat. Maka aku segera mandi keramas sebersih bersihnya, kemudian setelah mengeringkan tubuhku aku memakai daster tidur satin yang nyaman, dan merebahkan tubuhku yang sudah amat kelelahan ini di ranjangku yang empuk. Tak lama kemudian aku sudah tertidur pulas, setelah berhasil mengusir bayangan wajah puas orang orang yang tadi menggangbang aku.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Bercinta Dengan Ibu Mertuaku

    Cerita Sex Bercinta Dengan Ibu Mertuaku


    1069 views

    Perawanku – Cerita Sex Bercinta Dengan Ibu Mertuaku, Bapak mertuaku (Pak Jimmy, samaran) yang berusia sekitar 58 tahun baru saja pensiun dari pekerjaannya di salah satu perusahaan di Jakarta. Sebetulnya beliau sudah pensiun dari anggota ABRI ketika berumur 55 tahun, tetapi karena dianggap masih mampu maka beliau terus dikaryakan. Karena beliau masih ingin terus berkarya, maka beliau memutuskan untuk kembali ke kampungnya didaerah Malang, Jawa Timur selain untuk menghabiskan hari tuanya, juga beliau ingin mengurusi kebun Apelnya yang cukup luas.

    Ibu mertuaku (Bu Siska, samaran) walaupun sudah berumur sekitar 45 tahun, tetapi penampilannya jauh lebih muda dari umurnya. Badannya saja tidak gemuk gombyor seperti biasanya ibu-ibu yang sudah berumur, walau sudah berumur tetapi berwajah ayu dan menyenangkan untuk dipandang. Penampilan ibu mertuaku seperti itu mungkin karena selama di Jakarta kehidupannya selalu berkecukupan dan telaten mengikuti senam secara berkala dengan kelompoknya.

    Beberapa bulan yang lalu, aku mengambil cuti panjang dan mengunjunginya bersama Istriku (anak tunggal mertuaku) dan anakku yang baru berusia 2 tahun. Kedatangan kami disambut dengan gembira oleh kedua orang mertuaku, apalagi sudah setahun lebih tidak bertemu sejak mertuaku kembali ke kampungnya. Pertama-tama, aku di peluk oleh Pak Jimmy mertuaku dan istriku dipeluk serta diciumi oleh ibunya dan setelah itu istriku segera mendatangi ayahnya serta memeluknya dan Bu Siska mendekapku dengan erat sehingga terasa payudaranya mengganjal empuk di dadaku dan tidak terasa penisku menjadi tegang karenanya.

    Dalam pelukannya, Bu Siska sempat membisikkan Sur…(namaku).., Ibu kangen sekali denganmu”, sambil menggosok-gosokkan tangannya di punggungku, dan untuk tidak mengecewakannya kubisiki juga, “Buuu…, Saya juga kangen sekali dengan Ibu”, dan aku menjadi sangat kaget ketika ibu mertuaku sambil tetap masih mendekapku membisikiku dengan kata-kata, “Suuur…, Ibu merasakan ada yang mengganjal di perut Ibu”, dan karena kaget dengan kata-kata itu, aku menjadi tertegun dan terus saling melepaskan pelukan dan kuperhatikan ibu mertuaku tersenyum penuh arti.

    Setelah dua hari berada di rumah mertua, aku dan istriku merasakan ada keanehan dalam rumah tangga mertuaku, terutama pada diri ibu mertuaku. Ibu mertuaku selalu saja marah-marah kepada suaminya apabila ada hal-hal yang kurang berkenan, sedangkan ayah mertuaku menjadi lebih pendiam serta tidak meladeni ibu mertuaku ketika beliau sedang marah-marah dan ayah mertuaku kelihatannya lebih senang menghabiskan waktunya di kebun Apelnya, walaupun di situ hanya duduk-duduk seperti sedang merenung atau melamun. Istriku sebagai anaknya tidak bisa berbuat apa-apa dengan tingkah laku orang tuanya terutama dengan ibunya, yang sudah sangat jauh berlainan dibanding sewaktu mereka masih berada di Jakarta, kami berdua hanya bisa menduga-duga saja dan kemungkinannya beliau itu terkena post power syndrome. Karena istriku takut untuk menanyakannya kepada kedua orang tuanya, lalu Istriku memintaku untuk mengorek keterangan dari ibunya dan supaya ibunya mau bercerita tentang masalah yang sedang dihadapinya, maka istriku memintaku untuk menanyakannya sewaktu dia tidak sedang di rumah dan sewaktu ayahnya sedang ke kebun Apelnya.

    Di pagi hari ke 3 setelah selesai sarapan pagi, istriku sambil membawa anakku, pamitan kepada kedua orang tuanya untuk pergi mengunjungi Budenya di kota Kediri, yang tidak terlalu jauh dari Malang dan kalau bisa akan pulang sore nanti.
    “Lho…, Jenny (nama istriku), kok Mas mu nggak diajak..?”, tanya ibunya.
    “Laah.., nggak usahlah Buuu…, biar Mas Sur nemenin Bapak dan Ibu, wong nggak lama saja kok”, sahut istriku sambil mengedipkan matanya ke arahku dan aku tahu apa maksud kedipan matanya itu, sedangkan ayahnya hanya berpesan pendek supaya hati-hati di jalan karena hanya pergi dengan cucunya saja.

    Tidak lama setelah istriku pergi, Pak Jimmy pun pamitan dengan istrinya dan aku, untuk pergi ke kebun apelnya yang tidak terlalu jauh dari rumahnya sambil menambahkan kata-katanya, “Nak Suuur…, kalau nanti mau lihat-lihat kebun, susul bapak saja ke sana”. Sekarang yang di rumah hanya tinggal aku dan ibu mertuaku yang sedang sibuk membersihkan meja makan. Untuk mengisi waktu sambil menunggu waktu yang tepat untuk menjalankan tugas yang diminta oleh istriku, kugunakan untuk membaca koran lokal di ruang tamu.

    Entah sudah berapa lama aku membaca koran, yang pasti seluruh halaman sudah kubaca semua dan tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara sesuatu yang jatuh dan diikuti dengan suara mengaduh dari belakang, dengan gerakan reflek aku segera berlari menuju belakang sambil berteriak, “Buuu…, ada apa buuu?”. Dan dari dalam kamar tidurnya kudengar suara ibu mertuaku seperti merintih, “Nak Suuur…, tolooong Ibuuu”, dan ketika kujenguk ternyata ibu mertuaku terduduk di lantai dan sepertinya habis terjatuh dari bangku kecil di dekat lemari pakaian sambil meringis dan mengaduh serta mengurut pangkal pahanya. Serta merta kuangkat ibu mertuaku ke atas tempat tidurnya yang cukup lebar dan kutidurkan sambil kutanya, “Bagian mana yang sakit Buuu”, dan ibu mertuaku menjawab dengan wajah meringis seperti menahan rasa sakit, “Di sini.., sambil mengurut pangkal paha kanannya dari luar rok yang dipakainya”.

    Tanpa permisi lalu kubantu mengurut paha ibu mertuaku sambil kembali kutanya, “Buuu…, apa ada bagian lain yang sakit..?
    “Nggak ada kok Suuur…, cuman di sepanjang paha kanan ini ada rasa sakit sedikit..”, jawabnya.
    “Ooh…, iya nak Suuur…, tolong ambilkan minyak kayu putih di kamar ibu, biar paha ibu terasa panas dan hilang sakitnya”.
    Aku segera mencari minyak yang dimaksud di meja rias dan alangkah kagetku ketika aku kembali dari mengambil minyak kayu putih, kulihat ibu mertuaku telah menyingkap roknya ke atas sehingga kedua pahanya terlihat jelas, putih dan mulus. Aku tertegun sejenak di dekat tempat tidur karena melihat pemandangan ini dan mungkin karena melihat keragu-raguanku ini dan tertegun dengan mataku tertuju ke arah paha beliau, ibu mertuaku langsung saja berkata, “Ayooo..lah nak Suuur…, nggak usah ragu-ragu, kaki ibu terasa sakit sekali ini lho, lagi pula dengan ibu mertua sendiri saja kok pake sungkan sungkan…, tolong di urutkan paha ibu tapi nggak usah pakai minyak kayu putih itu…, ibu takut nanti malah paha ibu jadi kepanasan.

    Dengan perasaan penuh keraguan, kuurut pelan-pelan paha kanannya yang terlihat ada tanda agak merah memanjang yang mungkin sewaktu terjatuh tadi terkena bangku yang dinaikinya seraya kutanya, “Bagaimana Buuu…, apa bagian ini yang sakit..?
    “Betul Nak Suuur…, yaa yang ituuu…, tolong urutkan yang agak keras sedikit dari atas ke bawah”, dan dengan patuh segera saja kuikuti permintaan ibu mertuaku. Setelah beberapa saat kuurut pahanya yang katanya sakit itu dari bawah ke atas, sambil memejamkan matanya, ibu mertuaku berkata kembali, “Nak Suuur…, tolong agak ke atas sedikit ngurutnya”, sambil menarik roknya lebih ke atas sehingga sebagian celana dalamnya yang berwarna merah muda dan tipis itu terlihat jelas dan membuatku menjadi tertegun dan gemetar entah kenapa, apalagi vagina ibu mertuaku itu terlihat mengembung dari luar CD-nya dan ada beberapa helai bulu vaginanya yang keluar dari samping CD-nya.

    “Ayoo…,doong…, Nak Sur, kok ngurutnya jadi berhenti”, kata ibu mertuaku sehingga membuatku tersadar.
    “Iii…, yaa…, Buuu maaf, tapi…, Buuu”, jawabku agak terbata-bata dan tanpa menyelesaikan perkataanku karena agak ragu.
    “aah… kenapa sih Nak Suuur..?, kata ibu mertuaku kembali sambil tangan kanannya memegang tangan kiriku serta menggoncangnya pelan.
    “Buuu…, Saa…, yaa…, saayaa”, sahutku tanpa sadar dan tidak tahu apa yang harus kukatakan, tetapi yang pasti penisku menjadi semakin tegang karena melihat bagian CD ibu mertuaku yang menggelembung di bagian tengahnya.

    “Nak Suuur..”, katanya lirih sambil menarik tangan kiriku dan kuikuti saja tarikan tangannya tanpa prasangka yang bukan-bukan, dan setelah tanganku diciumnya serta digeser geserkan di bibirnya, lalu secara tidak kuduga tanganku diletakkan tepat di atas vaginanya yang masih tertutup CD dan tetap dipegangnya sambil dipijat-pijatkannya secara perlahan ke vaginanya diikuti dengan desis suara ibu mertuaku, “ssshh…, ssshh”. Kejadian yang tidak kuduga sama sekali ini begitu mengagetkanku dan secara tidak sadar aku berguman agak keras.
    “Buuu…, Saa…yaa”, dan belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, dari mulut ibu mertuaku terdengar, “Nak Suuur…, koook seperti anak kecil saja.., siiih?”.
    “Buu…, Saa…, yaa…, takuuut kalau nanti bapak datang”, sahutku gemetar karena memang saat itu aku takut benar, sambil mencoba menarik tanganku tetapi tangan ibu mertuaku yang masih tetap memegang tanganku, menahannya dan bahkan semakin menekan tanganku ke vaginanya serta berkata pelan, “Nak Suuur…, Bapak pulang untuk makan siang selalu jam 1 siang nanti…, tolong Ibuuu…, naak”,terdengar seperti mengiba.

    Sebetulnya siapa sih yang tidak mau kalau sudah seperti ini, aku juga tidak munafik dan pasti para pembaca Situs “Lensa69.net” pun juga tidak bisa menahan diri kalau dalam situasi seperti ini, tetapi karena ini baru pertama kualami dan apalagi dengan ibu mertuaku sendiri, tentunya perasaan takutpun pasti akan ada.
    “Ayooo…lah Nak Suuur…, tolongin Ibuuu…, Naak”, kudengar ibu mertuaku mengiba kembali sehingga membuatku tersadar dan tahu-tahu ibu mertuaku telah memelukku.
    “Buuu…, biar saya kunci pintunya dulu, yaa..?”, pintaku karena aku was-was kalau nanti ada orang masuk, tetapi ibu mertuaku malah menjawab, “Nggak usah naak…, selama ini nggak pernah ada orang pagi-pagi ke rumah Ibu”, serta terus mencium bibirku dengan bernafsu sampai aku sedikit kewalahan untuk bernafas. Semakin lama ibu mertuaku semakin tambah agresif saja, sambil tetap menciumiku, tangannya berusaha melepaskan kaos oblong yang kukenakan dan setelah berhasil melepaskan kaosku dengan mudah disertai dengan bunyi nafasnya yang terdengar berat dan cepat, ibu mertuaku terus mencium wajah serta bibirku dan perlahan-lahan ciumannya bergerak ke arah leher serta kemudian ke arah dadaku.

    Ciuman demi ciuman ibu mertuaku ini tentu saja membuatku menjadi semakin bernafsu dan ketakutanku yang tadipun sudah tidak teringat lagi.
    “Buuu…, boleh saya bukaa…, rok Ibu..? tanyaku minta izin.
    “Suuur…, bol…, eh…, boleh…, Nak, Nak Suur…, boleh lakukan apa saja..”, katanya dengan suara terputus-putus dan terus kembali menciumi dadaku dengan nafasnya yang cepat dan sekarang malah berusaha melepas kancing celana pendek yang ada di badanku. Setelah rok ibu mertuaku terlepas, lalu kulepaskan juga kaitan BH-nya dan tersembulah payudaranya yang tidak begitu besar dan sudah agak menggelantung ke bawah dengan puting susunya yang besar kecoklatan. Sambil kuusapkan kedua tanganku ke bagian bawah payudaranya lalu kutanyakan, “Buuu…, boleh saya pegang dan ciumi tetek…, Ibuu..?
    “Bool…, eh…, boleh…, sayang.., lakukan apa saja yang Nak Sur mau.., Ibu sudah lama sekali tidak mendapatkan ini lagi dari bapakmu…, ayoo.., sayaang”, sahut ibu mertuaku dengan suara terbata-bata sambil mengangkat dadanya dan perlahan-lahan kupegang kedua payudara ibu mertuaku dan salah satu puting susunya langsung kujilati dan kuhisap-hisap, serta pelan-pelan kudorong tubuh ibu mertuaku sehingga jatuh tertidur di kasur dan dari mulut ibu mertuaku terdengar, “ssshh…, aahh.., sayaang…, ooohh…, teruuus…, yaang…, tolong puasiiin Ibuu…, Naak”, dan suara ibu mertuaku yang terdengar menghiba itu menjadikanku semakin terangsang dan aku sudah lupa kalau yang kugeluti ini adalah ibu mertuaku sendiri dan ibu dari istriku.

    “Naak Suuur”, kudengar suara ibu mertuaku yang sedang meremas-remas rambut di kepalaku serta menciuminya, “Ibuu…, ingin melihat punyamu…, Naak”, seraya tangannya berusaha memegang penisku yang masih tertutup celana pendekku.
    “Iyaa…, Buu…, saya buka celana dulu Buuu”, sahutku setelah kuhentikan hisapanku pada payudaranya serta segera saja aku bangkit dan duduk di dekat muka ibu mertuaku. Segera saja ibu mertuaku memegang penisku yang sedang berdiri tegang dari luar celana dan berkomentar, “Nak Suur…, besar betuuul…, dan keras lagi, ayooo…, dong cepaat.., dibuka celananya…, agar Ibu bisa melihatnya lebih jelas”, katanya seperti sudah tidak sabar lagi, dan tanpa disuruh ibu untuk kedua kalinya, langsung saja kulepas celana pendek yang kukenakan.

    Ketika aku membuka CD-ku serta melihat penisku berdiri tegang ke atas, langsung saja ibu mertuaku berteriak kecil, “Aduuuh…, Suuur…, besaar sekali”, padahal menurut anggapanku ukuran penisku sepertinya wajar saja menurut ukuran orang Indonesia tapi mungkin saja lebih besar dari punya suaminya dan ibu mertuaku langsung saja memegangnya serta mengocoknya pelan-pelan sehingga tanpa kusadari aku mengeluarkan desahan kecil, “ssshh…, aahh”, sambil kedua tanganku kuusap-usapkan di wajah dan rambutnya.

    “Aduuuh…, Buuu…, sakiiit”, teriakku pelan ketika ibu mertuaku berusaha menarik penisku ke arah wajahnya, dan mendengar keluhanku itu segera saja ibu mertuaku melepas tarikannya dan memiringkan badannya serta mengangkat separuh badannya yang ditahan oleh tangan kanannya dan kemudian mendekati penisku. Setelah mulutnya dekat dengan penisku, langsung saja ibu mertuaku mengeluarkan lidahnya serta menjilati kepala penisku sedangkan tangan kirinya meremas-remas pelan kedua bolaku, sedangkan tangan kiriku kugunakan untuk meremas-remas rambutnya serta sekaligus untuk menahan kepala ibu mertuaku. Tangan kananku kuremas-remaskan pada payudaranya yang tergantung ke samping.

    Setelah beberapa kali kepala penisku dijilatinya, pelan-pelan kutarik kepala ibu mertuaku agar bisa lebih dekat lagi ke arah penisku dan rupanya ibu mertuaku cepat mengerti apa yang kumaksud dan walaupun tanpa kata-kata langsung saja kepalanya didekatkan mengikuti tarikan kedua tanganku dan sambil memegangi batang penisku serta dengan hanya membuka mulutnya sedikit, ibu mertuaku secara pelan-pelan memasukkan penisku yang sudah basah oleh air liurnya sampai setengah batang penisku masuk ke dalam mulutnya. Kurasakan lidah ibu mertuaku dipermainkannya dan digesek-gesekannya pada kepala penisku, setelah itu kepala ibu ditariknya mundur pelan-pelan dan kembali dimajukan sehingga penisku terasa sangat nikmat. Karena tidak tahan menahan kenikmatan yang di berikan ibu mertuaku, aku jadi mendesis, “ssshh…, aacccrrr…, ooohh”, mengikuti irama maju mundurnya kepala ibu. Makin lama gerakan kepala ibu mertuaku maju mundur semakin cepat dan ini menambah nikmat bagiku.

    Beberapa menit kemudian, ibu mertuaku secara tiba-tiba melepaskan penisku dari mulutnya, padahal aku masih ingin hal ini terus berlangsung dan sambil kembali menaruh kepalanya di tempat tidur, dia menarik bahuku untuk mengikutinya. Ibu langsung mencium wajahku dan ketika ciumannya mengarah ke telingaku, kudengar ibu berkata dengan agak berbisik, “Naak Suuur…, Ibu juga kepingin punya ibu dijilati”, dan sambil kunaiki tubuh ibu mertuaku lalu kutanyakan, “Buuu…, apa boleh…, saya lakukan?”, dan segera saja ibu menjawabnya, “Nak Suuur…, tolong pegang dan jilati kepunyaan ibu…, naak…, ibu sudah lama kepingin di gituin”.

    Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, aku menurunkan badanku secara perlahan-lahan dan ketika melewati dadanya kembali kuciumi serta kujilati payudara ibu mertuaku yang sudah tidak terlalu keras lagi, setelah beberapa saat kuciumi payudara ibu, aku segera menurunkan badanku lagi secara perlahan sedangkan ibu mertuaku meremas-remas rambutku, juga terasa seperti berusaha mendorong kepalaku agar cepat-cepat sampai ke bawah. Kuciumi dan kujilati perut dan pusar ibu sambil salah satu tanganku kugunakan untuk menurunkan CD-nya. Kemudian dengan cekatan ku lepas CD-nya dan kulemparkan ke atas lantai. Kulihat vagina ibu mertuaku begitu lebat ditumbuhi bulu-bulu yang hitam mengitari liang vaginanya. Mungkin karena terlalu lama aku menjilati perut dan sekitarnya, kembali kurasakan tangan ibu yang ada di kepalaku menekan ke bawah dan kali ini kuikuti dengan menurunkan badanku pelan-pelan ke bawah dan sesampainya di dekat vaginanya, kuciumi daerah di sekitarnya dan apa yang kulakukan ini mungkin menyebabkan ibu tidak sabaran lagi, sehingga kudengar suara ibu mertuaku, “Nak Suuur…, tolooong…, cepaat…, saa.., yaang…, ayooo…, Suuur”.

    Tanpa kujawab permintaannya, aku mulai melebarkan kakinya dan kuletakkan badanku di antara kedua pahanya, lalu kusibak bulu vaginanya yang lebat itu untuk melihat belahan vagina ibu dan setelah bibir vagina ibu terlihat jelas lalu kubuka bibir kemaluannya dengan kedua jari tanganku, ternyata vagina ibu mertuaku telah basah sekali. Ketika ujung lidahku kujilatkan ke dalam vaginanya, kurasakan tubuh ibu menggelinjang agak keras sambil berkata, “Cepaat…, Suuur…, ibu sudah nggak tahaan”.

    Dengan cepat kumasukkan mulut dan lidahku ke dalam vaginanya sambil kujilati dan kusedot-sedot dan ini menyebabkan ibu mulai menaik-turunkan pantatnya serta bersuara, “ssshh…, aahh…, Suuur…, teruuus…, adduuuhh…, enaak…, Suuur”, Lalu kukecup clitorisnya berulang kali hingga mengeras, hal ini membuat ibu mertuaku menggelinjang hebat, “Aahh…, ooohh…, Suuur…, betuuul…, yang itu…, Suuur…, enaak…, aduuuh…, Suuur…, teruskaan…, aahh”, sambil kedua tangannya menjambak rambutku serta menekan kepalaku lebih dalam masuk ke vaginanya. Kecupan demi kecupan di vagina ibu ini kuteruskan sehingga gerakan badan ibu mertuaku semakin menggila dan tiba-tiba kudengar suara ibu setengah mengerang, “aahh…, oooh…, duuuh…, Suuur…, ibuu…, mau.., mauuu…, sampaiii…, Naak…, oooh”, disertai dengan gerakan pantatnya naik turun secara cepat.

    Gerakan badannya terhenti dan yang kudengar adalah nafasnya yang menjadi terengah-engah dengan begitu cepatnya dan tangannyapun sudah tidak meremas-remas rambutku lagi, sementara itu jilatan lidahku di vagina ibu hanya kulakukan sekedarnya di bagian bibirnya saja. Dengan nafasnya yang masih memburu itu, tiba-tiba ibu mertuaku bangun dan duduk serta berusaha menarik kepalaku seraya berkata, “Naak Suuur…, ke siniii…, saayaang”, dan tanpa menolak kuikuti saja tarikan tangan ibu, ketika kepalaku sudah di dekat kepalanya, ibu mertuaku langsung saja memelukku seraya berkata dengan suara terputus-putus karena nafasnya yang masih memburu, “Suuur…, Ibu puas dengan apa yang Nak Suuur…, lakukan tadi, terima kasiih…, Naak”. Ibu mertuaku bertubi-tubi mencium wajahku dan kubalas juga ciumannya dengan menciumi wajahnya sambil kukatakan untuk menyenangkan hatinya, “Buuu…, saya sayang Ibuuu…, saya ingin ibu menjadi…, puu..aas”.

    Setelah nafas ibu sudah kembali normal dan tetap saja masih menciumi seluruh wajahku dan sesekali bibirku, dia berkata, “Naak Suuur…, Ibu masih belum puas sekali…, Suuur…, tolooong puasin ibu sampai benar-benar puaas…, Naak”, seraya kurasakan ibu merenggangkan kedua kakinya. Karena aku masih belum memberikan reaksi atas ucapannya itu, karena tiba-tiba aku terpikir akan istriku dan yang kugeluti ini adalah ibu kandungnya, aku menjadi tersadar ketika ibu bersuara kembali, “Sayaang…, ayooo…, tolooong Ibu dipuasin lagi Suuur, tolong masukkan punyamu yang besar itu ke punya ibu”.
    “Buuu…, seharusnya saya tidak boleh melakukan ini…, apalagi kepada Ibuu”,sahutku di dekat telinganya.
    “Suuur…, nggak apa-apa…, Naak…, Ibu yang kepingin, lakukanlah Naak…, lakukan sampai Ibu benar-benar puas Suuur”, katanya dengan suara setengah mengiba.

    “aahh…, biarlah, kenapa kutolak”, pikirku dan tanpa membuang waktu lagi aku lalu mengambil ancang-ancang dan kupegang penisku serta kuusap-usapkan di belahan bibir vagina ibu mertuaku yang sudah sedikit terbuka. Sambil kucium telinga ibu lalu kubisikkan, “Buuu…, maaf yaa…., saya mau masukkan sekarang, boleh?”.
    “Suur…, cepat masukkan, Ibu sudah kepingin sekali Naak”, sahutnya seperti tidak sabar lagi dan tanpa menunggu ibu menyelesaikan kalimatnya aku tusukkan penisku ke dalam vaginanya, mungkin entah tusukan penisku terlalu cepat atau karena ibu katanya sudah lama tidak pernah digauli oleh suaminya langsung saja beliau berteriak kecil, “Aduuuh…, Suuur…, pelan-pelan saayaang…, ibu agak sakit niiih”, katanya dengan wajah yang agak meringis mungkin menahan rasa kesakitan. Kuhentikan tusukan penisku di vaginanya, “Maaf Buu…, saya sudah menyakiti Ibu…, maaf ya Bu”. Ibu mertuaku kembali menciumku, “Tidak apa-apa Suuur…, Ibu cuma sakit sedikit saja kok, coba lagi Suur..”, sambil merangkulkan kedua tangannya di pungungku.

    “Buuu…, saya mau masukkan lagi yaa dan tolong Ibu bilang yaa…, kalau ibu merasa sakit”, sahutku. Tanpa menunggu jawaban ibu segera saja kutusukkan kembali penisku tetapi sekarang kulakukan dengan lebih pelan. Ketika kepala penisku sudah menancap di lubang vaginanya, kulihat ibu sedikit meringis tetapi tidak mengeluarkan keluhan, “Buuu…, sakit.., yaa?”. Ibu hanya menggelengkan kepalanya serta menjawab, “Suuur…, masukkan saja sayaang”, sambil kurasakan kedua tangan ibu menekan punggungku. Aku segera kembali menekan penisku di lubang vaginanya dan sedikit terasa kepala penisku sudah bisa membuka lubang vaginanya, tetapi kembali kulihat wajah ibu meringis menahan sakit. Karena ibu tidak mengeluh maka aku teruskan saja tusukan penisku dan, “Bleess”, penisku mulai membongkar masuk ke liang vaginanya diikuti dengan teriakan kecil, “Aduuuh…, Suuur”, sambil menengkeramkan kedua tangannya di punggungku dan tentu saja gerakan penisku masuk ke dalam vaginanya segera kutahan agar tidak menambah sakit bagi ibu.
    “Buuu…, sakit yaa..? maaf ya Buuu”. Ibu mertuaku hanya menggelengkan kepalanya.
    “Enggak kok sayaang…, ibu hanya kaget sedikit saja”, lalu mencium wajahku sambil berucap kembali, “Suuur…, besar betul punyamu itu”.

    Pelan-pelan kunaik-turunkan pantatku sehingga penisku yang terjepit di dalam vaginanya keluar masuk dan ibupun mulai menggoyang-goyangkan pantatnya pelan-pelan sambil berdesah, “ssshh…, oooh…, aahh…, sayaang…, nikmat…, teruuuskan…, Naak”, katanya seraya mempercepat goyangan pantatnya. Akupun sudah mulai merasakan enaknya vaginan ibu dan kusahut desahannya, “Buuu…, aahh…, punyaa Ibu juga nikmat, buuu”, sambil kuciumi pipinya.

    Makin lama gerakanku dan ibu semakin cepat dan ibupun semakin sering mendesah, “Aah…, Suuurr…, ooh…, teruus…, Suur”. Ketika sedang nikmat-enaknya menggerakkan penisku keluar masuk vaginanya, ibu menghentikan goyangan pantatnya. Aku tersentak kaget, “Buuu…, kenapa? apa ibu capeeek?”, Ibu hanya menggelengkan kepalanya saja, sambil mencium leherku ibu berucap, “Suuur…, coba hentikan gerakanmu itu sebentar”.
    “Ada apa Buuu”, sahutku sambil menghentikan goyangan pantatku naik turun.
    “Suuur…, kamu diam saja dan coba rasakan ini”, kata ibu tanpa menjelaskan apa maksudnya dan tidak kuduga tiba-tiba terasa penisku seperti tersedot dan terhisap di dalam vagina ibu mertuaku, sehingga tanpa sadar aku mengatakan, “Buuu…, aduuuh…, enaak…, Buu…, teruus Bu, oooh…, nikmat Buu”, dan tanpa sadar, aku kembali menggerakkan penisku keluar masuk dengan cepat dan ibupun mulai kembali menggoyangkan pantatnya.
    “oooh…, aah…, Suuur…, enaak Suuur”, dan nafasnya dan nafaskupun semakin cepat dan tidak terkontrol lagi.

    Mengetahui nafas Ibu serta goyangan pantat Ibu sudah tidak terkontrol lagi, aku tidak ingin ibu cepat-cepat mencapai orgasmenya, lalu segera saja kuhentikan gerakan pantatku dan kucabut penisku dari dalam vaginanya yang menyebabkan ibu mertuaku protes, “Kenapa…, Suuur…, kok berhenti?”, tapi protes ibu tidak kutanggapi dan aku segera melepaskan diri dari pelukannya lalu bangun.

    Tanpa bertanya, lalu badan ibu mertuaku kumiringkan ke hadapanku dan kaki kirinya kuangkat serta kuletakkan di pundakku, sedangkan ibu mertuaku hanya mengikuti saja apa yang kulakukan itu. Dengan posisi seperti ini, segera saja kutusukkan kembali penisku masuk ke dalam vagina ibu mertuaku yang sudah sangat basah itu tanpa kesulitan. Ketika seluruh batang penisku sudak masuk semua ke dalam vaginanya, segera saja kutekan badanku kuat-kuat ke badan ibu sehingga ibu mulai berteriak kecil, “Suuur…, aduuuh…, punyamu masuk dalam sekali…, naak…, aduuuh…, teruuus sayaang…, aah”, dan aku meneruskan gerakan keluar masuk penisku dengan kuat. Setiap kali penisku kutekan dengan kuat ke dalam vagina ibu mertuaku, ibu terus saja berdesah, “Ooohh…, aahh…, Suuur…, enaak…, terus, tekan yang kuaat sayaang”.

    Aku tidak berlama-lama dengan posisi seperti ini. Kembali kehentikan gerakanku dan kucabut penisku dari dalam vaginanya. Kulihat ibu hanya diam saja tanpa protes lagi dan lalu kukatakan pada ibu, “Buuu…, coba ibu tengkurap dan nungging”, kataku sambil kubantu membalikkan badan dan mengatur kaki ibu sewaktu nungging, “Aduuh…, Suuur…, kamu kok macem-macem sih”, komentar Ibu mertuaku. Aku tidak menanggapi komentarnya dan tanpa kuberi aba-aba penisku kutusukkan langsung masuk ke dalam vagina ibu serta kutekan kuat-kuat dengan memegang pinggangnya sehingga ibu berteriak, “Aduuuh Suuur, oooh”, dan tanpa kupedulikan teriakan ibu, langsung saja kukocok penisku keluar masuk vaginanya dengan cepat dan kuat hingga membuat badan ibu tergetar ketika sodokanku menyentuh tubuhnya dan setiap kali kudengar ibu berteriak, “oooh…, oooh…, Suuur”, dan tidak lama kemudian ibu mengeluh lagi, “Suuur…, Ibu capek Naak…, sudaah Suuur…, Ibuu capeeek”, dan tanpa kuduga ibu lalu menjatuhkan dirinya tertidur tengkurap dengan nafasnya yang terengah-engah, sehingga mau tak mau penisku jadi keluar dari vaginanya.

    Tanpa mempedulikan kata-katanya, segera saja kubalik badan ibu yang jatuh tengkurap. Sekarang sudah tidur telentang lagi, kuangkat kedua kakinya lalu kuletakkan di atas kedua bahuku. Ibu yang kulihat sudah tidak bertenaga itu hanya mengikuti saja apa yang kuperbuat. Segera saja kumasukkan penisku dengan mudah ke dalam vagina ibu mertuaku yang memang sudah semakin basah itu, kutekan dan kutarik kuat sehingga payudaranya yang memang sudah aggak lembek itu terguncang-guncang. Ibu mertuaku nafasnya terdengar sangat cepat, “Suuur…, jangaan…, kuat-kuat Naak…, badan ibu sakit semua”, sambil memegang kedua tanganku yang kuletakkan di samping badannya untuk menahan badanku.

    Mendengar kata-kata ibu mertuaku, aku menjadi tersadar dan teringat kalau yang ada di hadapanku ini adalah ibu mertuaku sendiri dan segera saja kehentikan gerakan penisku keluar masuk vaginanya serta kuturunkan kedua kaki ibu dari bahuku dan langsung saja kupeluk badan ibu serta kuucapkan, “Maaf…, Buu…, kalau saya menyakiti Ibu, saya akan mencoba untuk pelan-pelan”, segera saja ibu berucap, “Suuur nggak apa-apa Nak, tapi Ibu lebih suka dengan posisi seperti ini saja, ayoo…, Suuur mainkan lagi punyamu agar ibu cepat puaas”.
    “Iyaa…, Buuu…, saya akan coba lagi”, sahutku sambil kembali kunaik-turunkan pantatku sehingga penisku keluar masuk vagina ibu dan kali ini aku lakukan dengan hati-hati agar tidak menyakiti badan ibu, dan ibu mertuakupun sekarang sudah mulai menggoyangkan pantatnya serta sesekali mempermainkan otot-otot di vaginanya, sehingga kadang-kadang terasa penisku terasa tertahan sewaktu memasuki liang vaginanya.

    Ketika salah satu payudara ibu kuhisap-hisap puting susunya yang sudah mengeras itu, ibu mertuaku semakin mempercepat goyangan pinggulnya dan terdengar desahannya yang agak keras diantara nafasnya yang sudah mulai memburu, “ooohh…, aahh…, Suuur…, teruuus…, oooh”, seraya meremas-remas rambutku lebih keras. Akupun ikut mempercepat keluar masuknya penisku di dalam vaginanya.

    Goyangan pinggul ibu mertuakupun semakin cepat dan sepertinya sudah tidak bisa mengontrol dirinya lagi. Disertai nafasnya yang semakin terengah-engah dan kedua tangannya dirangkulkan ke punggungku kuat-kuat, ibu mengatakan dengan terbata-bata, “Nak Suuur…, aduuuh…, Ibuuu…, sudaah…, oooh…, mauuu kelluaar”. Aku sulit bernafas karena punggungku dipeluk dan dicengkeramnya dengan kuat dan kemudian ibu mertuaku menjadi terdiam, hanya nafasnya saja yang kudengar terengah-engah dengan keras dan genjotan penisku keluar masuk vaginanya. Untuk sementara aku hentikan untuk memberikan kesempatan pada ibu menikmati orgasmenya sambil kuciumi wajahnya, “Bagaimana…, Buuu?, mudah-mudahan ibu cukup puas.

    Ibu mertuaku tetap masih menutup matanya dan tidak segera menjawab pertanyaanku, yang pasti nafas ibu masih memburu tetapi sudah mulai berkurang dibanding sebelumnya. Karena ibu masih diam, aku menjadi sangat kasihan dan kusambung pertanyaanku tadi di dekat telinganya, “Buu…, saya tahu ibu pasti capek sekali, lebih baik ibu istirahat dulu saja.., yaa?”, seraya aku mulai mengangkat pantatku agar penisku bisa keluar dari vagina ibu yang sudah sangat basah itu. Tetapi baru saja pantatku ingin kuangkat, ternyata ibu mertuaku cepat-cepat mencengkeram pinggulku dengan kedua tangannya dan sambil membuka matanya, memandang ke wajahku, “Jangaan…, Suuur…, jangan dilepas punyamu itu, ibu diam saja karena ingin melepaskan lelah sambil menikmati punyamu yang besar itu mengganjal di tempat ibuuu, jangaan dicabut dulu…, yaa…, sayaang”, terus kembali menutup matanya.

    Mendengar permintaan ibu itu, aku tidak jadi mencabut penisku dari dalam vagina ibu dan kembali kujatuhkan badanku pelan-pelan di atas badan ibu yang nafasnya sekarang sudah kelihatan mulai agak teratur, sambil kukatakan, “Tidaak…, Buuu…, saya tidak akan mencabutnya, saya juga masih kepingin terus seperti ini”, sambil kurangkul leher ibu dengan tangan kananku. Ibu hanya diam saja dengan pernyataanku itu, tetapi tiba-tiba penisku yang sejak tadi kudiamkan di dalam vaginanya terasa seperti dijepit dan tersedot vagina ibu mertuaku, dan tanpa sadar aku mengaduh, “Aduuuh…, oooh…, Buuu”.
    “Kenapa…, sayaang…, enaak yaa?”, sahut ibu sambil mencium bibirku dengan lembut dan sambil kucium hidungnya kukatakan, “Buuu…, enaak sekaliii”, dan seperti tadi, sewaktu ibu mertuaku mula-mula menjepit dan menyedot penisku dengan vaginanya, secara tidak sengaja aku mulai menggerakkan lagi penisku keluar masuk vaginanya dan ibu mertuakupun kembali mendesah, “oooh…, aah…, Suuur…, teruuus…, naak…, aduuuh…, enaak sekali”.

    Semakin lama gerakan pinggul ibu semakin cepat dan kembali kudengar nafasnya semakin lama semakin memburu. Gerakan pinggul ibu kuimbangi dengan mempercepat kocokan penisku keluar masuk vaginanya. Makin lama aku sepertinya sudah tidak kuat untuk menahan agar air maniku tetap tidak keluar, “Buuu…, sebentar lagi…, sayaa…, sudaah…, mau keluaar”, sambil kupercepat penisku keluar masuk vaginanya dan mungkin karena mendengar aku sudah mendekati klimaks, ibu mertuakupun semakin mempercepat gerakan pinggulnya serta mempererat cengkeraman tangannya di punggungku seraya berkata, “Suuur…, teruuuss…, Naak…, Ibuuu…, jugaa…, sudah dekat, ooohh…, ayooo Suuur…, semprooot Ibuu dengan airmuu…, sekaraang”.

    “Iyaa…, Buuu…, tahaan”, sambil kutekan pantatku kuat-kuat dan kami akhiri teriakan itu dengan berpelukan sangat kuat serta tetap kutekan penisku dalam-dalam ke vagina ibu mertuaku. Dalam klimaksnya terasa vagina ibu memijat penisku dengan kuat dan kami terus terdiam dengan nafas terengah-engah.

    Setelah nafas kami berdua agak teratur, lalu kucabut penisku dari dalam vagina ibu dan kujatuhkan badanku serta kutarik kepala ibu mertuaku dan kuletakkan di dadaku.Setelah nafasku mulai teratur kembali dan kuperhatikan nafas ibupun begitu, aku jadi ingat akan tugas yang diberikan oleh istriku.
    “Buuu…, apa ini yang menyebabkan ibu selalu marah-marah pada Bapak..?”, tanyaku.
    “Mungkin saja Suuur…, kenapa Suuur?”, Sahutnya sambil tersenyum dan mencium pipiku.
    “Buuu…, kalau benar, tolong ibu kurangi marah-marahnya kepada Bapak, kasihan dia”, ibu hanya diam dan seperti berfikir.
    Setelah diam sebentar lalu kukatakan, “Buuu…, sudah siang lho, seraya kubangunkan tubuh ibu serta kubimbing ke kamar mandi.

    Setelah peristiwa ini terjadi, ibu seringkali mengunjungi rumah kami dengan alasan kangen cucu dan anaknya Jenny, tetapi kenyataannya ibu mertuaku selalu mengontakku melalui telepon di kantor dan meminta jatahnya di suatu motel, sebelum menuju ke rumahku. Untungnya sampai sekarang Istriku tidak curiga, hanya saja dia merasa aneh, karena setiap bulannya ibunya selalu mengunjung rumah kami.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Gadis Montok Yang Di Perkosa Tuju Preman Terminal

    Cerita Sex Gadis Montok Yang Di Perkosa Tuju Preman Terminal


    827 views

    Perawanku – Cerita Sex Gadis Montok Yang Di Perkosa Tuju Preman Terminal, Hari itu Nova terpaksa pulang malam pukul 22.00 karena bank tempatnya bekerja sedang mengalami masalah teknis. Seperti biasa gadis berambut sebahu, dada montok dan bahenol ini pulang menggunakan angkot dan berlanjut dengan bis dari terminal. Karena larut malam dan hujan dari sore, terminal malam itu lebih sepi dari biasanya.

    Nova yang turun dari angkot berjalan santai menyusuri jalur bis yang sepi. Tiba2 3 orang preman yang saat itu sedang mabuk menggodanya. Acil, Tompel dan Didin masing-masing adalah preman senior disitu. “ceweeek, mau kemana ni?” kata Acil, Nova diam saja tak acuh sambil mempercepat langkahnya. Ketiga preman itu terus mengikuti.

    Tiba-tiba Didin yang bertubuh tinggi kekar menghadang Nova.” Eh neng belagu amat si disapa diem aja”. Nova yang melihat gelagat tak baik langsung berlari. Tapi ternyata Nova kalah cepat. Tangan Tompel keburu memegang tangan Nova yang lembut.

    Nova meronta dan mencoba berteriak tapi 3 preman itu keburu membekapnya dan menariknya ke dalam salah satu gang. Disitu cukup gelap dan sepi. Nova dipegangi kedua tangannya kebelakang. Acil membuka kemeja Nova sambil meraba dadanya dan Tompel meraba selangkangan Nova yang tertutup celana jins. “udah neng diem aja..nikmatin aja”, kata Acil sambil mengeluarkan pisau mengancam Nova. Nova kemudian dilumat bibirnya oleh Acil.

    Cukup lama dan kemudian ia dipaksa jongkok. Tompel sudah siap membuka celananya dan terlihat kontol besar beruratnya tegang mengacung. “isep ni punya gue” Tompel menarik kepala Nova ke kontolnya. Mulut Nova yang tertutup kembali diancam Acil dengan pisau. “isep tuh ato lu gue bacok disini”. Nova yang ketakutan akhirnya membuka mulutnya dan mengulum kontol Tompel. Lima menit lebih Nova mengocok kontol Tompel dengan mulutnya.

    Dan tak lama kemudian Tompel mempercepat sodokan kontolnya ke mulut Nova. Crooott… Tompel orgasme dan spermanya belepotan di mulut Nova. Ia terpaksa menelan sebagian sperma kental itu. Nova kemudian diseret memasuki sebuah lorong diantara bangunan kosong belakang terminal. Disitu sangat gelap dan tak ada orang. Acil membuka salah satu pintu di ujung lorong. Sebuah ruangan kosong berukuran 5 x 7 meter siap menyambut Nova.

    Ruangan ini kosong dan sering dipakai tidur para preman terminal. Makanya ada 2 buah kasur di lantai ruangan ini. Nova dicampakan ke kasur. Kancing kemejanya sudah terbuka 3 buah. BHnya kelihatan termasuk belahan tokednya. Ia terlentang sambil dikerubuti 3 preman. Acil memegangi kedua tangan Nova sementara Didin dan Tompel membuka baju dan menarik celana jins Nova.

    Cerita Sex Gadis Montok Yang Di Perkosa Tuju Preman Terminal

    Cerita Sex Gadis Montok Yang Di Perkosa Tuju Preman Terminal

    “wah mulus juga nih cewek,” kata Didin “iya ayok kita entot aja sekarang” kata Tompel Tompel mulai meraba raba toked Nova sambil meremas putingnya. “aaaaahhhhhhh…jangaaaaaann aaaaaaah..” Nova merintih. Tompel terus dengan garang meraba bagian perut Nova dan kemudian menyusupkan tanganya ke balik CD Nova. Tangannya meraih garis lubang vagina Nova yang ternyata agak basah, “wah udah basah ni cewek, nafsu juga lu ya?” Tompel tertawa Ia langsung mengobok-obok memek Nova sambil memainkan klitorisnya.

    Nova kelojotan sambil mengerang kesakitan dan menahan nikmat. Sesekali Nova merasakan nikmatnya permainan di daerah vagina nya tapi jika ia orgasme maka preman-preman ini pastinya akan semakin menggila. Didin yang tak sabar lagi kini mengambil posisi di depan Nova. Ia melepas pakaiannya sendiri dan celananya. Terlihatlah kontolnya yang panjang mengacung keras. Sreeett… sekali tarik, CD nova kini terlepas dari tubuh seksinya.

    Kedua kaki mulusnya tertutup rapat dengan vaginanya yang terlihat sedikit bulu- bulunya. Ia memegang kedua kaki gadis itu dan membukanya lebar-lebar. Kini Nova mengangkang lebar! Vagina Nova kini terlihat dengan bulu2 tipisnya. Garis memeknya terbuka sedikit dan terlihat dalamnya berwarna pink dan mengkilap karena cairan vagina yang mulai keluar.

    Tak ambil pusing lagi, Didin segera membenamkan wajahnya ke memek Nova. Lidahnya yang kasar mulai menyapu daerah selangkangan dan berangsur ke tengah hingga liang vagina dan klitorisnya. “ooooooowwwhhhhhhhh…” Nova merintih, entah menahan nikmat atau menolak perbuatan Didin. Yang jelas badannya langsung mengejang begitu memeknya menerima sapuan lidah kasar Didin. “mmmhhh enak bener memek lo neng” kata Didin sambil terus menjilati memek Nova dan memainkan klitoris dengan lidahnya.

    Nova semakin kelojotan karena perlakuan Didin, sementara Acil dan Tompel memegangi tangan Nova yang mulai memberontak sambil menghisap pentil susunya. Nova benar-benar dikeroyok 3 pria garang. “udah.. udah.. sekarang giliran gue,” kata Tompel Kini Tompel menggantikan posisi Didin namun Tompel tidak menjilati memek Nova tapi langsung menggesek-gesekan kontolnya ke gerbang vagina Nova. “aaahh.. ampun bang..jangaaan” Nova memelas agar tidak dientot.

    Tapi Tompel justru semakin nafsu dengan rintihan seksi itu. Kontol gedenya kini berada tepat menempel di depan liang memek Nova. Slleeeebb.. sekali dorong, masuklah kontol gede itu merangsek memek Nova yang masih sempit. Tompel mendorongnya pelan2 agar gesekan dengan dinding vaginanya berasa. Setelah sampai dalam kemudian ia menariknya lagi pelan2.

    Begitu seterusnya hingga Nova yang tadinya meringis kesakitan berganti menjadi desahan-desahan nikmat. “oohhhhhhh…mmmhhhhhhhh…” Nova kini merintih semakin seksi saat Tompel mulai menggenjotnya semakin kencang. “tahan neng..aahhhh… memek lu enak banget…oohhhhhhh” Tompel semakin kencang memompa memek Nova.

    Smentara Acil dan Didin sudah tidak lagi memegangi tangan Nova karena Nova sendiri sudah mulai menyerah dan pasrah tubuhnya digarap habis-habisan. 15 menit kemudian Tompel menarik kontolnya dan mengarahkan nya ke mulut Nova. Crooot crroot.. sperma Tompel berhamburan di wajah Nova. “hmmm enak juga cuy tu cewek..giliran lu deh sekarang” kata Tompel.

    Didin kini berdiri di depan tubuh Nova yang terlentang bugil tak berdaya. Ia mengangkat kaki Nova ke pundaknya. Kontolnya kini siap menghujam memek Nova. Slleeebb.. kontol Didin kini mendapat giliran mengobok obok memek Nova yang sudah terasa kering. Nova kembali meringis kesakitan. “aaahhhh pelan pelaaan..sakiiiiit” teriak Nova. “oo elo mau yang maen alus ya? Hahaha boleh deh..ternyata lu romantis juga ya?” ledek Didin.

    Ia segera memeluk Nova dan menciumi bibir Nova perlahan dan mesra. “mmmhhhh… cantik juga ya lu.. mmhhh..romantis lagi” Didin terus menciumi bibir, pipi dan leher Nova. Perlahan-lahan, ia mulai kembali menyodok memek Nova. Kali ini Nova tidak kesakitan. Pertanda bagus, Nova sudah mulai terangsang! “gue entot lagi ya neng..” kata Dididn sambil mempercepat sodokannya. “aahh…mmhhhh… aaaaaahhhhh….” Nova kembali merintih akibat sodokan Didin.

    Memeknya kini mulai basah akibat rangsangan yang bertubi-tubi. Hampir 20 menit Nova digenjot oleh Didin. Ia kini mulai terengah-engah meladeni preman bernafsu besar ini. “udah sekarang lu nungging” kata Didin. Nova tak bergerak karena kelelahan. Didin kemudian menarik tubuh gadis ini dan membalikkan tubuhnya sambil mengangkat pinggulnya. “ayo buruan nungging!” bentak Didin.

    Kini Nova nungging. Pantat bahenolnya menghadap keatas siap dihujam kontol. Didin segera mengambil posisi di belakang pantat Nova sambil memegangi pinggulnya. Kontolnya kini siap merangsek pantat Nova. “ooohhhhh…jangan bang..sakiiiiit” teriak Nova. Didin tak peduli sambil terus menusuk pantat Nova dengan kontolnya. “aaaaahhhh….oooooohhhhhhhhh” Nova cuma bisa menahan sakit di duburnya dan pasrah begitu saja.

    Hampir sepuluh menit Didin mengerjai pantat Nova dan kemudian.. crooot..croot .. sperma Didin menyembur di dubur Nova. Sejenak ia membiarkan kontolnya terbenam di dalam pantat Nova sementara Nova kini lemas terkulai. “ aaahhh.. enak juga ternyata pantat lo ya” kata Didin. Didin kemudain beristirahat sejenak sementara Nova terkulai lemas karena lobang memek dan pantatnya telah dikerjai habis2an. Acil kini menghampiri tubuh Nova.

    Ia menyodorkan kontolnya ke wajah Nova. “heh isep nih punya gue” katanya sambil menjambak rambut Nova dan memaksanya mengulum seluruh batang kontolnya. “mmmmmm…mmmmpphhh” Nova cuma bisa pasrah sambil menelan seluruh batang kontol Acil. Tak cuma itu, kini Tompel yang sudah mulai tegang lagi juga ikut berdiri di samping Acil sambil mengocok kontolnya. “isep juga dong punya gue” kata Tompel. Kini Nova melayani oral seks 2 pria dengan kontol2 yang super gede dan keras. Secara bergiliran ia mengulum satu per satu kontol pria2 itu.

    Didin diam-diam merekam adegan itu dengan hapenya. “udah sekarang giliran gue..” kata Acil sambil menarik tubuh Nova dan mengangkangkan kedua kakinya. Dengan gahar Acil menciumi dan menjilati memek Nova. “ooooooowwwhhhhh…” Nova kembali menggelinjang menahan geli. Sementara Tompel menyerbu bibir Nova dengan kecupan kecupan liar sambil tangannya meremas toketnya. Didin tak mau ketinggalan. Ia menghampiri Nova dan memaksa Nova mengocok kontolnya. Nova kembali dikerubuti 3 preman.

    Hampir 30 menit mereka bergiliran menggarap Nova. Mereka berganti posisi sambil terus mengerjai tubuh Nova. Acil mengocok memek Nova dengan kontolnya. Meski gadis ini mulai kewalahan tapi sesekali ia masih meladeni oral dari Tompel dan Didin. “hmmm enak banget si memek lo? Lo doyan ngentot ya neng?” kata Acil sambil terus menyodok memek Nova dengan kontolnya. Sementara Nova hanya diam saja menahan sodokan Acil yang bertubi tubi menghujam memeknya.

    Didin dan Tompel begiliran memasukan kontol mereka ke dalam mulut Nova. “ayo bikin gue ngecrot dong” kata Tompel, “kalo belum crot gak bakal gue cabut dari mulut lu”. Nova terpaksa mengulum kontol Tompel dengan penuh nafsu. Ia menjilati sambil menghisap kontol itu sampai benar- benar crot. Begitu juga dengan Didin. Nova terpaksa karena hanya dengan cara itu ia bisa bebas dari oral seks. Crooot.. Nova merasakan cairan hangat masuk ke dalam liang surganya. ia hanya bisa pasrah sambil ngos-ngosan kelelahan.

    Acil mencabut kontolnya dan terlihat sperma Acil yang begitu banyak tumpah keluar dari memek Nova. Ternyata Acil belum selesai. Ia kembali menindih Nova sambil mengulum bibir manis gadis itu. “mmmmmhh… makasih ya sayang. Lo enak banget dientot” Acil terus menciumi bibir Nova dan kemudian lehernya sambil memeluknya mesra. Sementara Didin dari tadi merekam adegan itu dengan hape nya. Nova kini tinggal mengangkang dengan memeknya yang dipenuhi sperma. Tangannya terlentang dan kedua kainya mengangkang lebar.

    Ia ditinggal bugil begitu saja di ruangan itu. Saat ketiga preman itu keluar ruangan, mereka bertemu dengan 4 preman lain. “wah abis ngapain ni kalian di ruangan belakang?” “biasa” kata Acil sambil menarik resleting. Ke 4 preman itu masuk ke ruangan itu dan mendapati tubuh bugil Nova yang masih terlentang. “nah giliran kita sekarang yang pesta” Dan pemerkosaanpun berlanjut lagi.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • NGOCOK BARENG DENGAN IBU IBU CANTIK SAMPAI KELUAR

    NGOCOK BARENG DENGAN IBU IBU CANTIK SAMPAI KELUAR


    1188 views

    Cerita Sex ini berjudulNGOCOK BARENG DENGAN IBU IBU CANTIK SAMPAI KELUARCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Aku seorang pria berusia 40 tahun, wiraswastawan, dan bukan seorang petualang sex yang mencari cari hubungan sex dimana mana. Kejadian yang aku alami kira kira dua tahun yang lalu ini adalah suatu kebetulan belaka, meskipun harus kuakui bahwa aku sangat menikmatinya dan kadang berharap dapat mengulanginya lagi.

    Pekerjaanku membuatku banyak bertemu dengan ibu-ibu rumah tangga ditempat kediaman mereka. Beberapa langganan lama kadang menemuiku dengan masih berpakaian tidur ataupun daster.

    Pakaian tersebut kadang cukup minim dan tipis dan sering memperlihatkan tubuh si pemakai yang sering tanpa BH, maklum mereka kadang kadang belum mandi dan merias diri karena aku menemui mereka pagi pagi untuk mengejar waktu.

    Salah satu pelangganku setiaku, sebut saja Bu Linda, seorang Ibu rumah tangga berusia 40 tahunan, memintaku untuk datang ke tempatnya di suatu kompleks apartemen di bilangan Jakarta Barat. Seperti biasa aku datang pagi pagi pada hari yang dijanjikan.

    Bu Linda adalah pelanggan lamaku dan hubungan kami sudah cukup akrab, lebih sebagai teman dan bukan hubungan bisnis semata. Hari itu Bu Linda menemuiku dengan memakai daster longgar berdada agak rendah, panjangnya setengah paha, jadi cukup pendek.

    Beliau adalah seorang wanita yang cukup cantik, berkulit putih bersih, langsing dengan pinggul lebar, pantat yang menonjol dan dada yang sedang sedang saja. Wanita yang menarik dan sangat ramah. Tapi ini bukanlah yang pertama kalinya ia menemuiku dalam pakaian seperti itu, bahkan pernah dengan pakaian tidur yang sangat tipis dan sexy,

    entah sengaja atau tidak, yang jelas, selama ini beliau tidak pernah menunjukkan tingkah laku yang mengundang ataupun berbicara hal hal yang menjurus. Dan akupun tidak pernah mencoba untuk melakukan tindakan yang mengarah kesitu, maklum, bukan gayaku, meskipun harus kuakui bahwa aku sering ingin juga melakukannya.

    Seperti biasa kami duduk disofa berhadap hadapan dan membicarakan bisnis. Setelah urusan bisnis selesai kami bercakap cakap seperti layaknya antar teman, tapi kali ini pandanganku sering tertuju kearah pahanya. Karena dia duduk dengan menyilangkan kaki maka hampir seluruh pahanya terpampang dengan jelas di hadapanku, begitu putih dan mulus.

    Bahkan kadang kadang sekilas terlihat celana dalamnya yang berwarna biru muda pada saat ia mengganti posisi kakinya. Dan yang lebih menggoda lagi, aku dapat melihat buah dadanya yang tidak terbungkus BH kalau beliau menunduk, meskipun tidak seluruhnya namun kadang aku dapat melihat pentilnya yang berwarna coklat tua.

    Sejak 4 hari aku tidak melakukan hubungan sex karena istriku sedang haid, padahal biasanya kami melakukannya hampir setiap hari. Karena itu aku berada dalam keadaan tegangan yang cukup tinggi. Pemandangan menggoda dihadapanku membuat aku agak gelisah. Gelisah karena kepingin, pasti, tapi gelisah terutama karena kontolku yang mulai ngaceng agak terjepit dan sakit.

    Disamping itu aku tidak ingin Bu Linda memperhatikan keadaanku. Hal ini membuat aku jadi salah tingkah, terutama karena kontolku sekarang sudah ngaceng penuh dan sakit karena terjepit. Aku ingin memohon diri, tapi bagaimana bangun dengan kontol yang ngaceng, pasti kelihatan. Sungguh situasi yang tidak mengenakkan. Bangun salah, dudukpun salah.

    Tiba tiba Bu Linda berkata, “Pak Yan (kependekan dari Yanto, namaku), kontolnya ngaceng ya?”

    Aku seperti disambar petir. Bu Linda yang selama ini sangat ramah dan sopan menanyakan apakah kontolku ngaceng, membuatku benar benar tergagap dan menjawab, “E.. iya nih Bu, tahu kenapa.”

    Bu Linda tersenyum sambil berkata, “Baru lihat paha saya sudah ngaceng, apa lagi kalau saya kasih lihat memek saya, bisa muncrat tuh kontol. Ngomong ngomong kontolnya engga kejepit tuh Pak?”

    Kali ini aku sudah siap, atau sudah nekat, entahlah, yang jelas aku segera berdiri dan membetulkan posisi kontolku yang dari tadi agak tertekuk dan berkata, “Mau dong Bu lihat memeknya, entar saya kasih lihat kontol saya dah.”

    Bu Linda pun berdiri dan mengulurkan tangannya kearah kontolku, memegangnya dari luar celana dan meremas remas kontolku, lalu berkata, “Bener nih, tapi lihat aja ya, engga boleh pegang.”

    Kemudian beliau melangkah mundur selangkah, membuka dasternya dan kemudian celana dalamnya dan berdiri dalam keadaan telanjang bulat dua langkah dihadapanku. Kemudian ia duduk kembali kali ini dengan mengangkangkan kakinya lebar lebar sambil berkata, “Ayo buka celananya Pak, saya ingin lihat kontol Bapak.”

    Sambil membuka pakaianku aku memperhatikan tubuh Bu Linda. Teteknya berukuran sedang, 36 B, putih dan membulat kencang, pentilnya coklat tua dan agak panjang, mungkin sering dihisap, maklum anaknya dua, lalu selangkangannya, bersih tanpa selembar bulupun, total dicukur botak,

    sungguh kesukaanku karena aku kurang suka memek yang berbulu banyak, lebih suka yang botak. Lalu bibir memeknya juga cukup panjang berwarna coklat muda, membuka perlahan lahan memperlihatkan lubang memek yang tampak merah muda dan berkilatan, agaknya sudah sedikit basah.

    Yang paling mengagumkan adalah itilnya yang begitu besar, hampir sebesar Ibu jariku, kepala itilnya tampak merah muda menyembul separuh dari kulit yang menutupinya, seperti kontol kecil yang tidak disunat, luar biasa, belum pernah aku melihat itil sebesar itu.

    Tangan Bu Linda mengusap usap bagian luar memeknya perlahan lahan, kemudian telunjuknya masuk perlahan lahan kedalam lubang memek yang sudah merekah indah dan perlahan lahan keluar masuk seperti kontol yang keluar masuk memek. Sementara tangan yang satu lagi memegang itilnya diantara telunjuk dan ibu jari dan memilin milin itilnya dengan cepat.

    Akupun tidak mau kalah dan mengusap usap kepala kontolku yang 14 cm, kemudian menggenggam batangnya dan mulai mengocok sambil terus memperhatikan Bu Linda. Bu Linda mulai mendesah desah dan memeknyapun mulai menimbulkan suara berdecak decak karena basah,

    tampak air memek yang berwarna putih susu mengalir sedikit membasahi selangkangannya. Kami onani sambil saling memperhatikan. Sungguh tidak pernah kusangka bahwa onani bareng bareng seorang wanita rasanya begitu nikmat.

    Saat hampir nyemprot, aku menahan kocokanku dan menghampiri Bu Linda yang terus menusuk nusuk memeknya dengan cepat. Aku berjongkok dihadapannya dan lidahkupun mulai menjilati memeknya. Bu Linda mencabut jarinya dan membiarkan aku menjilati memeknya, tangannya meremas remas kedua teteknya dengan keras.

    Aku menjulurkan lidahku kedalam lubang memek yang menganga lebar dan menusuk nusukkan lidahku seperti ngentot, Bu Linda mulai mengerang dan tak lama beliau menarik kepalaku kearah selangkangannya membuat ku sulit bernapas karena hidungku tertutup memek, kemudian terasalah memeknya berkedut kedut dan bertambah basah.

    Rupanya Bu Linda sudah memperoleh orgasme pertamanya. Tapi aku tidak puas dengan hanya menjilati lubang memeknya, sasaranku berikutnya adalah si itil besar. Mula mula kujilat jilat kepala itil yang menyembul dari kulit itu, lalu kumasukkan seluruh itilnya kemulutku dan mulailah aku menyedot nyedot sang itil. Belum pernah aku begitu merasakan itil di dalam mulut dengan begitu jelas, dalam hatiku berpikir, “Begini rupanya ngisep ‘kontol kecil’”.

    Maklum itilnya benar benar seperti kontol kecil. Bu Linda mengerang erang dan menggoyang goyangkan pinggulnya kekiri kekana sehingga aku terpaksa menahan pinggulnya dengan tanganku supaya sang itil tidak lepas dari hisapanku.

    Tidak lama beliau mengeluarkan lenguhan yang keras dan memeknya pun kembali berdenyut denyut dengan keras, kali ini dengan disertai cairan putih susu yang agak banyak. Rupanya orgasme kedua telah tiba. Aku melepaskan itilnya dari mulutku dan mulai menjilati cairan memeknya sampai bersih. Sungguh nikmat rasanya.

    Bu Linda tergolek dengan lemasnya seperti balon yang kurang angin. Akupun berdiri dan mulai mengocok ngocok lagi kontolku yang sudah begitu keras dan tegang. Mata Bu Linda mengikuti setiap gerakan tanganku mempermainkan kontolku. Saat aku hampir mencapai orgasme, kudekatkan kontolku ke mukanya dan Bu Linda segera membuka mulutnya dan menghisap kontolku dengan lembutnya.

    Aku sungguh tidak sanggup lagi bertahan karena hisapannya yang begitu nikmat, maka akupun menyemprotkan air maniku di mulutnya. Rasanya belum pernah aku menyemprot senikmat itu dan kontolku seolah olah tidak mau berhenti menyemprot. Begitu banyak semprotanku, tapi tidak tampak setetespun air mani yang keluar dari mulut Bu Linda, semuanya ditelan habis.

    Sejak itu kami selalu onani bareng kalau bertemu, dan percaya atau tidak, aku belum pernah memasukkan kontolku kedalam memeknya. Kami sudah sangat puas dengan ngocok bersama sama. Sayangnya beliau sekeluarga pindah keluar negri sehingga aku sekarang kehilangan temen ngocok bareng. Tapi kenangan itu tetap ada di hatiku.

    Mungkin ada diantara ibu-ibu atau pasangan yang suka ngocok bareng denganku, silahkan kirim pesan, pasti akan kubalas. Percayalah, lebih nikmat ngocok bareng dari pada sendiri sendiri.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Pelajaran Spesial Meremas-Remas Payudara Sebelah Kiri

    Cerita Sex Pelajaran Spesial Meremas-Remas Payudara Sebelah Kiri


    1346 views

    Perawanku – Selamat malam pemirsa, tahukah anda bahwa Menstimulasi indera-indera dalam tubuh, seperti memasang
    lagu-lagu favorit atau menyemprotkan wewangian yang seksi bisa mempengaruhi libido seorang wanita.
    Indera-indera pada tubuh memiliki kemampuan untuk meningkatkan libido dengan cara yang berbeda.
    Disarankan untuk menstimulasi indera dengan cara yang berbeda-beda. Misal, cari kumpulan lagu baru,
    berikan penutup mata pasangan (bisa dengan scarf lembut), agar ia bisa memfokuskan diri pada indera lain
    yang sedang distimulasi.

    Cara lainnya, Anda bisa gunakan lotion wangi untuk pijatan. Gunakan imajinasi
    Anda untuk menstimulasi indera yang berbeda. dan berita seputar aktivitas sexual tadi menutup bincang-
    bincang kita pada malam hari ini, terimakasih atas perhatian dan partisipasi anda melalui hotline
    service kami. salam hangat dari kami semoga anda dan pasangan selalu berbahagia.”

    penggalan diatas adalah kalimat penutup dari acara bincang malam yang disiarkan langsung oleh sstv yang
    kami saksikan diruang keluarga rumah kami dan pada malam itu hanya ada saya dengan umi. rumah yang tidak
    terlalu besar, abah sudah 2 tahun berpisah dengan umi karena watak abahku yang selalu mementingkan
    keluarga besarnya.

    dan sekarang usiaku menginjak 14 tahun dan umi baru merayakan ultahnya yang ke 39, tentu hubungan kami
    sangat
    dekat, kami sering membicarakan persoalan remaja kini yang menurut umi sudah pada tahap yang kritis.
    banyak nasehat yang saya terima namun begitu umi tetap membuka diri untuk menerima bantahan yang saya
    kemikakan jika memang hal tersebut tidak melenceng dari konteks. juga pada malam itu kami membicarakan
    apa yang baru kami saksikan bersama.

    “umi, menurut umi apa tema yang diangkat oleh acara tadi dapat dianggap mewakili keadaan yang sebenarnya
    dalam kehidupan berkeluarga?” tanyaku mengomentari acara yang baru berahir dan untuk menyegarkan suasana
    yang terasa sunyi, jawab umi
    “dalam saat-saat tertentu hal itu sering menjadi penyebab keretakan hubungan pasangan”.
    “apa sebabnya?” tanyaku lagi
    ” mereka menganggap remeh hal-hal kecil dan tak menyadari itu seperti bola salju yang tengah bergulir,
    semakin lama semakin membesar” penjelasan umi, kusandarkan punggungku ditubuh umi.

    semerbak harum dan lembut belain umi terasa nyaman dan indah. umi meraih remoute control dan mematikan
    tv

    “dah malam bobo de”
    “nantilah mi masih ada yang ingin ade tanyakan” kataku.  Agen Judi Sbobet
    “tetang apa sayang” jawab umiku.
    “mi apa ade sudah boleh tahu mengenai sex?” tanyaku lagi,
    “lho kamu kan sudah tahu dari acara tadi dan kita juga sudah sering membicarakannya?, terus kamu ingin
    tahu apalagi tentang sex” jawab umi lembut sambil mendekap erat tubuhku diiringi senyum keibuanya yang
    selalu menjadikanku tetap betah dengannya.

    tatapan mata dan kecupannya menambah rasa cintaku padanya,

    “umi bolehkah saya mernikmati sex? ” tanyaku polos.

    walu tak segera kudapat jawaban umi namun tidak umi lepas dekapanya, ouhhh dadanya yang hangat dan empuk
    makin melekat dipunggungku, beberapa kali kutelan ludah untuk membasahi kerong konganku yang terasa
    makin mengering nafas kami saling beradu dalam keheningan malam.

    “sayang apa kamu sudah yakin ingin melakukannya? suaranya lirih tepat ditengaku hingga hembusan lembut
    menggetarkan hatiku untuk menjawanya.

    terus terang saya sendiri takut mengtarakannya, takut kalua ditolak dan kena marah karena dianggap
    lancang. bagaimanapun dia adalah umi yang telah melahirkan dan membesarkanku namun semuanya berubah saat
    kudengar jawabanya tadi,

    “kamu harus janji untuk berhati-hati dalam melakukan sex, hindarilah berganti-ganti pasangan
    yach,,menurut umi kamu juga mesti tahu yang terbaik” imbuhnya sambil meraih satu tangan kiriku
    diimbingnya mengusap pahanya.

    lama kami melakukan hal tersebut hingga umi membalikan tubuhku dan saling berhadapan, deru nafasnya
    beradu dengan degug jantungku yang semakin memburu ditununnya tangan kanan ini kedada kirinya menyusuri
    motif-motif pada baju dan ketika dipangkal dada umi yang membusung diremas-remaskanlah telapak
    tanganku.kepalanya tengadah mulut medesah-desah

    Cerita Sex Pelajaran Spesial Meremas-Remas Payudara Sebelah Kiri

    Cerita Sex Pelajaran Spesial Meremas-Remas Payudara Sebelah Kiri

    ” ach… achhhh….. aaachhhhhhhh” sedang tangan kiriku menysup kelipatan roknya bergerak naik turun dari
    tengah paha sampai kebagian pertemuan dua paha tersebut.

    tempat yang lebih hangat dan paling pribadinya saat kuberanikan menyusuri bagian itu umi mendongak keras
    hingga tubuhnya menumbuk sandaran sofa. kini kedua kakinya dibuka lebar dan “cup cup cup” mulut kami
    saling serang dengan ganas tanagn dan kakinya mendekap erat tubuhku, kuhujani wajah putih dan halusnya
    dengan kecupan-kecupan liar hingga basah rata, hidung, mata, alis, juga pipinya makin basah, dan ketika
    keningnya mendapat giliran mulutku umi berucap

    “yang itu kamu jilatin”.
    “srep sreeppp” ratalah dahi umi dengan sapuan lidahku yang berulang-ulang.

    lidahku semakin menjadi-jadi menyapu kecelah jilbabnya dan mendarat lagi dimulut umi saling berpagut-
    pagut. umi kembali membusungkan dada dengan tangan kiri menarik kancing baju sedang tangan kanannya yang
    masih mencengkram keras rambutku, payudara umi nyembul dari balik baju mataku terbelalak menyaksikannya
    bersih, besar, dan berdegug mengikuti irama jantungnya yang makin kencang.

    saya yang masih terpaku karena teringat sewaktu kecil saya juga sangat bergantung dari payudara umi dan
    kini menikmatinya dalam porsi yang lain. sementara tangan kiriku menggeranyang hingga panatanya tangan
    kananku meremas-remas payudara sebelah kiri umi baju bagian kanan umi tersingkap sudah mempertotonkan
    bukit indah nan putih bak terlapisi salju tapi hangat. umi menatap dalam padaku seolah meminta ku unntuk
    memulai permainan yang umi kehendaki, didekatkan wajaku pada payudaranya

    ” pakai lidahmu lagi sayang,,,,” dan kusapukan mulai dari belahannya
    “seeep seeep ,,, enak sayang echhh terusss naik” suara umi serak diantara dengus nafas memburunya terasa
    panas didahiku.

    kulanjutkan jilatan-jilatanku hingga tali bra crem yang senada dengan payudara umiku, terus menuju
    samping
    tak ingin kulalui barang sejengkal pun dari dayudara umi yang ah bluar biasa, desaha, erangan dan
    rancauan mulut umi menghangatkan ruang keluarga kami.

    tak peduli dengan hubungan kami yang sesungguhnya adalah anak dan ibu, gairah kami makin membara, birahi
    kami semakin bergelora. saya yang sedari awal permainan berdiri kini umi menarikku duduk disafa sedang
    umi bangkit mekangkangkan kedua kakinya. baju panjangnya ditanggalkan dengan atraktif bagai penari tubuh
    sintal umi meliuk liuk kekanan-kiri dan depan-belakang kini dalam balutan jilbab dan rok panjang dan
    payudara yang masih terbungkus rapi oleh bra, umi makin kuat menekap kepalaku, ditekankan pada satu
    bukitnya dan bukit yang lain umi maikan dengan satu tangannya. tak dapat kutahan ludahku kujulurkan
    untuk mencari putingnya, och umi tanggap akan mauku sedikit direnggangkan kepalaku lalu sigap tangan umi
    merogoh payudaranya agarkeluar dari bra dan

    ” inni sayang kamu netek lagi kayak waktu bayi”, benar bagai bayi yang kehausan kusambar dengan kedua
    bibirku kuenyut-enyut putingnya
    ” achhh achhh achhhh sepppp” erangan nakal umi diantara hisapan-hisapanku. hampir 40 menit kami beradu
    disofa “..Ohh? bisik desah umi, sambil memapahku kekamar dan sampai didalam umi langsung merebahkan
    tubuhnya pada ranjang luas sementara aku duduk disisinya kembali kuhujani wajahnya dengan ciuman dan
    semakin turun melewati leher jenjangnya ciumanku berubah menjadi sapuan lidah tanagnku bergerilya
    kesetiap celah yang dapat kujangkau.

    waktu terus bergulir kini umi menggulingkan tubuhnya ketengah ranjang dalamm keadaan tengkurap dan
    berbantalkan kedua lengannya punggung putih mulusnya makin menggelorakanku, pantat bundarnya menantang
    keatas

    ” lanjutkan sayang ” masih kutatap punggung indahnya ayang berhias tali bra melintang diatasnya.

    kini aku duduk pada pantannya ohh empuk sekalli sapuan lidahku bermual dari sisi pinggang kiri ketengah
    atas dan saat lidahku menemukan tali bra umi kuganti dengan gigitan-gigitan kecil menapaki sisi tali bra
    hingga pundak umi. sementara tangganya balas meremas tangganku yang masih asyik memainkan payudaranya.

    ?Ohhh?terus sayang?? desah umi dengan mata setengah terpejam saat aku menjilati dan mengulum puting
    susunya yg coklat kemerahan itu.

    Puas dengan payudarannya ciumanku makin melorot ke bawah dan kusingkap rokpanjang umi tampaklah celana
    dalamnya. Kini ciumanku hinggap di selangkangan umi. Bibir vaginanya yg berbulu aku lumat dan aku jilati
    dengan penuh nafsu sampai umii mengelinjang dan mendesah-desah.

    “Oughh Say.. ough.. luar biasa.. oughh.. Say..” katanya sambil menghentakkan kaki.

    Rupanya umi tidak mau menjadi objek saja. Dengan ganasnya di merubah posisi dan menelajangiku. Matanya
    terbelalak menyaksikan di selangkanganku yg tegak dengan gagahnya. Dengan penuh nafsu kuciumi, menjilati
    dan mengocok vagina itu dengan mulut Aku yg belum pernah merasakan hal itu sebelumnya hanya bisa
    melenguh dan sesekali mengeliat nikmat merasakan . Rasa nikmatnya tak bisa ku ucapkan dengan kata-kata.
    Setelah puas mengneguk madu dari vagina. umi langsung mengambil posisi setengah duduk dan aku mengambil
    posisi di depannya. Ia membimbing kedua tanganku untuk melorotkan rok yang dikenakannya. kini umi hanya
    berbra dan jilbab yang langsung ditariknya sendiri. sayang kamu mau diatas apa dibawah umi sudah nggak
    tahan nih..? rengeknya.

    “umi yang diatas saja” jawabku. dan umi merebahkanku disisinya dalam keadaan berbra umi tampak buas
    mekankangiku dan untuk selanjutnya umi menanggalkan juga bra yang dikenakannya sponytan payudaranya
    bergelaut indah bagai mangga yang bergoyang ketika pohonnya tertiup angin. umi sudah tidak sabar lagi
    akhirnya mulai mendorongkan kejantananku agar masuk kedalam vaginanya.

    Ohh..rasanya nikmat sekali?, dengan gerakan teratur umi mulai melakukan gerakan maju-mundur.

    “?Aduh..ohhh?terus ..teruskan ..? desah umi tidak tertahankan lagi.
    “Ough Say.. ough..” desah umi sambil meremas-remas susunya.
    “Terus Say.. ouuuuhuh..” aku semakin keranjingan, terlebih lagi

    Kemudian umi tidur terlentang di lantai dengan kedua paha ditekuk ke atas.

    “Ayo sayang.. umi udah nggak tahan.. mana burungmu say?”
    “umi udah nggak tahan ya?” kataku sambil melihat pemandangan demikian menantang, vaginanya dengan
    sedikit rambut lembut, dibasahi cairan harum demikian terlihat mengkilat, aku langsung menancapkan
    penisku di bibir vaginanya.
    “Aoghh..” teriak umi.
    “Kenapa umi..?” tanyaku kaget.
    “Nggak.. Nggak apa-apa kok say.. teruskan.. teruskan..”  Agen Judi Maxbet

    Aku masukkan kepala penisku di vaginanya.

    “Sempit sekali umi.. sempit sekali umi?”
    ” Nggak pa-pa say.. terus aja.. soalnya udah lama sich umi nggak ginian.. ntar juga enak kok..”Yah, aku
    paksa sedikit demi sedikit, baru setengah dari penisku amblas. umii sudah seperti cacing kepanasan
    menggelepar kesana kemari.

    “Ough.. Son.. ouh.. Say.. enak Say.. terus Say.. oughh..” desah umii, begitu juga aku walaupun penisku
    masuk ke vaginanya cuman setengah tapi kempotannya sungguh luar biasa, nikmat sekali.

    Semakin lama gerakanku semakin cepat, kali ini penisku sudah amblas dimakan vagina umi. Keringat mulai
    membasahi badanku dan badan umi.Tiba-tiba Tumi terduduk sambil memelukku dan mencakarku.

    “Oughh Son.. ough.. luar biasa.. oughh.. Sayang..” katanya sambil merem melek.
    “Kayaknya umi mau orgasme.. ough..” penisku tetap menancap di vagina
    “sayang udah mau keluar ya?” Aku menggeleng, kemudian umii terlentang kembali.

    Aku seperti kesetanan menggerakkan badanku maju mundur, aku melirik susunya yang bergelantungan karena
    gerakanku, aku menunduk, kucium putingnya yang coklat kemerahan. umi semakin mendesah,

    “Ough.. Ssayang..” tiba-tiba umi memelukku sedikit agak mencakar punggungku.
    “Oughh.. Say.. aku keluar lagi..” Vaginanya kurasakan semakin licin dan semakin besar, tapi denyutannya
    semakin kerasa. Aku dibuat terbang rasanya. Ah, rasanya aku sudah mau keluar. Sambil terus goyang,
    kutanya umi.

    “umi.. aku keluarin di mana umi..? Di dalam boleh nggak..?”
    “Terseraahh.. Sayang..” desah umi.

    Kupercepat gerakanku, burungku berdenyut keras, ada sesuatu yang akan dimuntahkan oleh penisku. Akhirnya
    semua terasa enteng, badanku serasa terbang, ada kenikmatan yang sangat luar biasa. Akhirnya kumuntahkan
    laharku dalam vagina umi, masih kugerakkan badanku dan rupanya umi orgasme kembali lalu dia gigit
    dadaku,

    “Oughh..”

    Ternyata meski sudah berumur 39 tahun tapi vagina umi masih enak dan kencang. serasa dipijit dan
    diremas-remas oleh otot-otot liang kewanitaannya. Kusetubuhi umi dengan penuh nafsu sampai akhirnya kami
    sama-sama mencapai puncak secara bersamaan. Sehabis bercinta kami tidur berpelukan dengan tubuh masih
    telanjang.Sejak kejadian
    itu hubunganku dengan Tante Rini semakin mesra saja. Setiap ada keinginan dan kesempatan Aku selalu
    tidak menolak dan bahkan semakin ketagihan untuk memenuhi hasrat seks umi yang mengelora.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Selingkuh Dengan Pacar Kakakku

    Cerita Sex Selingkuh Dengan Pacar Kakakku


    871 views

    Perawanku – Cerita Sex Selingkuh Dengan Pacar Kakakku, Hidup berumah tangga itu penuh dgn kejutan, Kadang ada aja yg bikin kita surprise contohnya seperti kisah sex berikut ini. Sebut saja Karina, adek perempuan istriku. Karina memiliki perawakan yg sangat aduhai, tingginya sekitar 160an cm dgn badan langsing serta bentuk lekuk badannya begitu indah tentu menggoda sekali.

    Umurnya juga masih muda sekitar 30 tahunan. Karina juga sudah berswami tetapi didalam pernikahannya Karina belom dikaruniai anak. Hubungan keluarga antara keluargaqu dgn keluarga Karina sangat dekat, sering kali kita berlibur bersama. Karina bekerja diperusahaan yg bergerak dibidang yg sama dgn tempatku bekerja tetapi berbeda perusahaan. Sehingga kami sering bertukar pikiran yg membuat akhirnya kita menjadi lebih akrab.

    Suatu hari Karina mengajaqu untuk bertemu, dia mengatakan ingin berbicara sesuatu kepadaqu. aqu pun mengiyakanya karena aqu penasaran apa yg akan dikatakan oleh Karina. Akhirnya setelah kita berjanjian disuatu café setelah pulang kerja, akhirnya aqu menemui Karina. Setelah aqu sampai dicafe, Karina sudah menunggu disitu.
    “Maaf telat Karin, udah nunggu lama ya??” tanyaqu sembari cipika cipiki.

    “Enggak kok mas, baru sebentar terus mas Datang” jawabnya.
    “Ooowh,,, yaudah pesen makanan dulu Karin” ucapku.
    Sembari menunggu makanan yg kita pesan datang, kita ngobrol kemana-mana, sampai akhirnya Karina membuka pembicaraan
    “Mas kalo sama kakak Rini (istriku) biasanya sehari melaqukan hubungan ranjang berapa kali mas??” tanya Karina.

    “Lhoh lhah…kamu kok tiba-tiba tanya begitu Karin??” tanyaqu balik.
    “Gak papa mas, Cuma pingin tau aja kok, berapa kali mas??” tanya Karina.
    “Sehari sekali aja cukup kok Karin, tapi sebisa mungkin aqu membuat puas kakakmu dgn beberapa kali dia mencapai klimaks” jawabku.

    “Aaahhh enak ya jadi kakak Rini” ucap Karina dgn wajah termenung.
    “Kok enak, emangnya beda ya?? Kalo kamu sendiri berapa kali dalam sehari??” tanyaqu.
    “Swamiku sehari bisa sampai 4 kali mas minta dilayanin, tetapi aqu gak pernah bisa merasakan yg namanya klimaks mas” balas Karina.

    “Waaah swami kamu kurang teknik itu Karin, makanya gak bisa buat kamu puas” jawabku sembari tertawa menggoda Karina.
    “Mas kapan ke Bali lagi” tanya Karina.
    “Belom tau Karin, emangnya kenapa Karin??” tanyaqu.
    “Aqu besok lusa ditugaskan kantor untuk ke Bali mas, mas bisa nemenin Karina?? Tanya Karina.
    “Eeemmmm….oke deeh mas temenin” jawabku.
    “Makasiiih mas” ucap Karina dgn wajah senang terpancar diraut mukanya. Sampai akhirnya jam sudah menunjukkan 9 malam, akhirnya aqu dan Karina memutuskan untuk pulang.

    Pada hari yg ditentukan kita pergi ke Bali berangkat dari Jakarta jam 10.00, pada saat tiba di Bali kami langsung menuju Hotel Four Season di kawasan Jimbaran, hotel ini bernuansa alam dan sangat romantis Lingkungannya, pada saat menuju reception desk aqu langsung menanyakan reservasi atas nama aqu dan petugas langsung memberikan aqu 2 kunci bungalow, pada saat itu Karina bertanya kepadaqu, oh dua ya kuncinya, aqu bilang iya, esexeseks.com soalnya aqu taqut lupa kalo berdekatan dgn perempuan apalagi ini di hotel, dia menambahkan ngapain bayar mahal-mahal satu bungalow saja kan kita juga saudara pasti tak akan terjadi apa-apa kok, lalu akhirnya aqu membatalkan kunci yg satu lagi, jadi kita berdua share 1 bungalow.

    sewaktu menuju bungalow kami diantar dgn buggy car mengingat jarak antara reception dgn bungalow agak jauh, di dalam kendaraan ini aqu melihat wajah Karina, ya ampun cantik sekali dan membuat hatiku mulai bergejolak, sesekali dia melemparkan senyumnya kepada aqu, pikiran aqu, dasar swaminya tak tahu diuntung sudah dapat istri cantik dan penuh perhatian masih disia-siakan. Di dalam bungalow kami merapikan barang dan pakaian kami aqu menyiapkan bahan meeting untuk besok, sementara dia juga mempersiapkan bahan presentasi. Pada saat aqu ingin menggantungkan jas aqu tanpa sengaja tangan aqu menyentuh toketnya karena sama-sama ingin menggantungkan baju masing-masing, aqu langsung bilang
    “sorry ya Karin betul aqu tak sengaja,” dia bilang sudah tak apa-apa anggap saja kamu dapat rejeki. Wow, wajahnya memerah tambah cantik dia.

    Lalu kita nonton TV bersama filmya up close and personal, pada saat ada adegan ranjang aqu bilang sama Karina wah kalo begini terus aqu bisa tak tahan nih, lalu aqu berniat beranjak dari ranjang mau keluar kamar, dia langsung bilang mau kemana sini saja, tak usah taqut deh sembari menarik tangan aqu lembut sekali seakan memohon agar tetap di Sisinya, selanjutnya kita cerita dan berandai-andai kalo dulu kita sudah saLing ketemu dan kalo kita berdua menikah dan sebagainya Aqu memberanikan diri bicara, Karin kamu kok cantik dan anggun sih, Karina menyahut nah kan mulai keluar rayuan gombalnya, sungguh kok sih aqu tak bohong, aqu pegang tangannya sembari mengelusnya, oww geli banget, come on nanti aqu bisa lupa nih kalo kamu adalah swami kakak aqu. Biarin saja kata aqu.

    Perlahan tapi pasti tangan aqu mulai merayap ke pundaknya terus membelai rambutnya tanpa disangka dia juga mulai sedikit memeluk aqu sembari membelai kepala dan rambut aqu. Akhirnya aqu kecup keningnya dia bilang kamu sungguh gentle sekali. Oh, indahnya kalo dulu kita bisa menikah aqu bilang, Abis kamunya sih sudah punya pacar.
    Lalu aqu kecup juga bibirnya yg sensual, dia juga membalas kecupan aqu dgn agresif sekali dan aqu memakluminya karena aqu yakin dia tak pernah diperlaqukan sehalus ini. Kami berciuman cukup lama dan aqu dengar nada nafasnya mulai tak beraturan, tangan aqu mulai merambat ke daerah sekitar toketnya. Dia sedikit kaget dan menarik diri walaupun mulut kami masih terus saLing berciuman.

    Kali ini aqu masukkan tangan aqu langsung ke balik BH-nya, dia menggelinjang. Aqu mainkan pentilnya yg sudah mulai mengeras dan perlahan aqu buka kancing bajunya dgn tangan aqu yg kanan, setelah terbuka aqu lepas BH-nya. Woww, betapa indah toketnya, ukurannya kurang lebih mirip dgn istri aqu tetapi pentilnya masih berwarna merah muda mungkin karena dia tak pernah menyusui putranya, Karina terhenyak sesaat sembari ngomong, kok jadi begini.
    “Karin aqu suka ama kamu,” terus dia menarik diri.

    Aqu tak mau berhenti dan melepaskan kesempatan ini, langsung aqu sambar lagi toketnya kali ini dgn menggunakan lidah aqu sapu bersih toket beserta pentilnya. Karina hanya mendesah-desah sembari tangannya mengusap-ngusap kepala aqu dan aqu rasakan badannya semakin menggelinjang kegelian dan keringat mulai mengucur dari badannya yg harum dan putih halus.

    Aqu masih bermain dipentilnya sembari menyedot-nyedot halus. Dia semakin menggelinjang dan langsung membuka baju aqu pada saat itu aqu juga membuka kancing roknya dan terlihat paha yg putih mulus nan merangsang, kita sekarang masing-masing tinggal celana dalam saja, tangannya mulai membelai pundak dan badan aqu, sementara itu lidah aqu mulai turun ke arah pangkah paha.

    Dia semakin menggelinjang, Oww desir nikmat dan geli sekali. Perlahan aqu turunkan celana dalamnya, dia bilang jangan bilang sama siapa-siapa ya terutama kakak. bilang emang aqu gila kali, pakai bilang-bilang kalo kita berbuat macem2. setelah celana dalamnya aqu turunkan aqu berusaha untuk menjilat clitorisnya yg berwarna merah menantang. Pada awalnya dia tak mau, katanya dia belom pernah begituan, nah sekarang saatnya kamu mulai mencoba.

    Lidah aqu langsung menari-nari di clitorisnya, dia meraung keras, Ohh,, enaakk sekali, aqu, aqu tak pernah merasakan ini sebelomnya kamu pintar sekali sih,. Kemudian aqu jilat clitoris dan lubang Kemaluannya, tak berapa lama kemudian dia menjerit, Auuww aqu keluar Oohh nikmat sekali, dia bangkit lalu menarik dgn keras celana dalamku.Langsung dia sambar kemaluanku dan dilumatnya secara hot dan agresif sekali. Terus terang istri aqu tak perah mau melaqukan oral seks dgn aqu, dia terus memainkan lidahnya dgn Karincah sementara tangan aqu memainkan pentil dan kelentitnya. Tiba-tiba ia mengisap kemaluan aqu keras sekali ternyata dia klimaks lagi, dia lepaskan kemaluan aqu, ayo dong masukin ke sini, sembari menunjuk lubangnya.

    Perlahan aqu tuntun kemaluan aqu masuk ke Kemaluannya, dia terpejam saat kemaluan aqu masuk ke dalam Kemaluannya sembari dia tiduran dan mendesah-desah. Ohh biasanya swami aqu sudah selesai dan aqu belom merasakan apa-apa, tapi kini aqu sudah dua kali keluar, kamu baru saja mulai. Waktu itu kami bercinta sudah kurang lebih 30 menit sejak dari awal kita bercumbu.

    Sekarang aqu angkat ke dua kakinya ke atas lalu ditekuk, sehingga penetrasi dapat lebih dalam lagi sembari aqu sodok keluar masuk Kemaluannya. Dia terpejam dan terus menggelinjang dan bertambah liar. Aqu tak pernah menygka orang seperti Karina yg lemah lembuh ternyata bisa liar di ranjang. Dia menggelinjang terus tak karuan.
    Ohh aqu keluar lagi. Aqu angkat perlahan kemaluan aqu dan kita berganti poKarini duduk, terus dia yg kini mengontrol jalannya permainan, dia mendesah sembari terus menyebut, Ohh ,ohh . Dia naik turun makin lama makin kencang sembari sekali-kali menggoygkan pantatnya, tangannya memegang pundak aqu keras sekali.

    Iihh, uuhh aqu keluar lagi, kamu kok kuat sekali,come on keluarin dong aqu sudah tak tahan nih.Biar saja, kata aqu, Aqu mau bikin kamu keluar terus, kan kamu bilang sama aqu, bahwa kamu tak pernah klimaks sama swami kamu sekarang aqu bikin kamu klimaks terus.Iya sih tapi ini betul-betul luar biasa , ohh betapa bahagianya aqu kalo bisa setiap hari begini sama kamu.Ayo jangan ngaco ah, mana mungkin lagi, kata aqu.

    Aqu bilang, Sekarang aqu mau mencoba doggy style.Apa tuh, katanya.Ya ampun kamu tak tau.Tak tuh, katanya. Lalu aqu pandu dia untuk menungging dan perlahan aqu masukkan kemaluan aqu ke Kemaluannya yg sudah banjir karena keluar terus, pada saat kemaluan aqu sudah masuk sempurna mulailah aqu tusuk keluar masuk dan goygin makin lama makin kencang.

    Dia berteriak dan menggelinjang dan mengguncangkan badannya. , ampuun deh aqu keluar lagi nih. Waktu itu aqu juga sudah mau keluar.Aqu bilang,Nanti kalo aqu keluar maunya di mulut Karina.Ah jangan Karina belom pernah dan kayaknya jijik deh.Cobain dulu ya, akhirnya dia mengangguk.

    Tiba saatnya aqu sudah mau klimaks aqu cabut kemaluan aqu dan sembari dia jongkok aqu arahkan kepala kemaluan aqu ke mulutnya sembari tangan dia mengocok-ngocok kemaluan aqu dgn sangat bernafsu. Karin, Ketika mau keluar langsung kemaluan aqu dimasukkan ke dalam mulutnya tak lama lagi.

    “Crooott, crooott, croooott, croooott,” penuhlah mulut dia dgn sperma aqu sampai berceceran ke luar mulut dan jatuh di pipi dan toketnya. Dia terus menjilati kemaluan aqu sampai semua sperma aqu kering aqu tanya dia, Gimana Karin nikmat tak rasanya.Dia bilang, Not bad. Kita berdua tertidur sampai akhirnya kita bangun jam 11 malam.
    Karina mengecup halus bibir aqu, , thanks a lot, aqu benar-benar puas sama apa yg kamu berikan kepada aqu, walaupun ini hanya sekali saja pernah terjadi dalam hidup aqu.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Larangan Hubungan Dengan Atasanku

    Larangan Hubungan Dengan Atasanku


    1079 views

    Cerita Sex ini berjudulLarangan Hubungan Dengan AtasankuCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Mbak Lia kurang lebih baru 2 minggu bekerja sebagai atasanku sebagai Accounting Manager. Sebagai atasan baru, ia sering memanggilku ke ruang kerjanya untuk menjelaskan overbudget yang terjadi pada bulan sebelumnya, atau untuk menjelaskan laporan mingguan yang kubuat. Aku sendiri sudah termasuk staf senior.

    Tapi mungkin karena latar belakang pendidikanku tidak cukup mendukung, management memutuskan merekrutnya. Ia berasal dari sebuah perusahaan konsultan keuangan.

    Usianya kutaksir sekitar 25 hingga 30 tahun. Sebagai atasan, sebelumnya kupanggil “Bu”, walau usiaku sendiri 10 tahun di atasnya. Tapi atas permintaanya sendiri, seminggu yang lalu, ia mengatakan lebih suka bila di panggil “Mbak”. Sejak saat itu mulai terbina suasana dan hubungan kerja yang hangat, tidak terlalu formal. Terutama karena sikapnya yang ramah. Ia sering langsung menyebut namaku, sesekali bila sedang bersama rekan kerja lainnya, ia menyebut “Pak”.

    Dan tanpa kusadari pula, diam-diam aku merasa betah dan nyaman bila memandang wajahnya yang cantik dan lembut menawan. Ia memang menawan karena sepasang bola matanya sewaktu-waktu dapat bernar-binar, atau menatap dengan tajam.

    Tapi di balik itu semua, ternyata ia suka mendikte. Mungkin karena telah menduduki jabatan yang cukup tinggi dalam usia yang relatif muda, kepercayaan dirinya pun cukup tinggi untuk menyuruh seseorang melaksanakan apa yang diinginkannya.

    Mbak Lia selalu berpakaian formal. Ia selalu mengenakan blus dan rok hitam yang agak menggantung sedikit di atas lutut. Bila sedang berada di ruang kerjanya, diam-diam aku pun sering memandang lekukan pinggulnya ketika ia bangkit mengambil file dari rak folder di belakangnya.

    Walau bagian bawah roknya lebar, tetapi aku dapat melihat pinggul yang samar-samar tercetak dari baliknya. Sangat menarik, tidak besar tetapi jelas bentuknya membongkah, memaksa mata lelaki menerawang untuk mereka-reka keindahannya.

    Di dalam ruang kerjanya yang besar, persis di samping meja kerjanya, terdapat seperangkat sofa yang sering dipergunakannya menerima tamu-tamu perusahaan. Sebagai Accounting Manager, tentu selalu ada pembicaraan-pembicaraan ‘privacy’ yang lebih nyaman dilakukan di ruang kerjanya daripada di ruang rapat.

    Aku merasa beruntung bila dipanggil Mbak Lia untuk membahas cash flow keuangan di kursi sofa itu. Aku selalu duduk persis di depannya. Dan bila kami terlibat dalam pembicaraan yang cukup serius, ia tidak menyadari roknya yang agak tersingkap. Di situlah keberuntunganku. Aku dapat melirik sebagian kulit paha yang berwarna gading. Kadang-kadang lututnya agak sedikit terbuka sehingga aku berusaha untuk mengintip ujung pahanya.

    Tapi mataku selalu terbentur dalam kegelapan. Andai saja roknya tersingkap lebih tinggi dan kedua lututnya lebih terbuka, tentu akan dapat kupastikan apakah bulu-bulu halus yang tumbuh di lengannya juga tumbuh di sepanjang paha hingga ke pangkalnya.

    Bila kedua lututnya rapat kembali, lirikanku berpindah ke betisnya. Betis yang indah dan bersih. Terawat. Ketika aku terlena menatap kakinya, tiba-tiba aku dikejutkan oleh pertanyaan Mbak Lia..

    “Jhony, aku merasa bahwa kau sering melirik ke arah betisku. Apakah dugaanku salah?” Aku terdiam sejenak sambil tersenyum untuk menyembunyikan jantungku yang tiba-tiba berdebar.

    “Jhony, salahkah dugaanku?”

    “Hmm.., ya, benar Mbak,” jawabku mengaku, jujur. Mbak Lia tersenyum sambil menatap mataku.

    “Mengapa?”

    Aku membisu. Terasa sangat berat menjawab pertanyaan sederhana itu. Tapi ketika menengadah menatap wajahnya, kulihat bola matanya berbinar-binar menunggu jawabanku.

    “Saya suka kaki Mbak. Suka betis Mbak. Indah. Dan..,” setelah menarik nafas panjang, kukatakan alasan sebenarnya.

    “Saya juga sering menduga-duga, apakah kaki Mbak juga ditumbuhi bulu-bulu.”

    “Persis seperti yang kuduga, kau pasti berkata jujur, apa adanya,” kata Mbak Tia sambil sedikit mendorong kursi rodanya.

    “Agar kau tidak penasaran menduga-duga, bagaimana kalau kuberi kesempatan memeriksanya sendiri?”

    “Sebuah kehormatan besar untukku,” jawabku sambil membungkukan kepala, sengaja sedikit bercanda untuk mencairkan pembicaraan yang kaku itu.

    “Kompensasinya apa?”

    “Sebagai rasa hormat dan tanda terima kasih, akan kuberikan sebuah ciuman.”

    “Bagus, aku suka. Bagian mana yang akan kau cium?”

    “Betis yang indah itu!”

    “Hanya sebuah ciuman?”

    “Seribu kali pun aku bersedia.”

    Mbak Tia tersenyum manis dikulum. Ia berusaha manahan tawanya.

    “Dan aku yang menentukan di bagian mana saja yang harus kau cium, OK?”

    “Deal, my lady!”

    “I like it!” kata Mbak Lia sambil bangkit dari sofa.

    Ia melangkah ke mejanya lalu menarik kursinya hingga ke luar dari kolong mejanya yang besar. Setelah menghempaskan pinggulnya di atas kursi kursi kerjanya yang besar dan empuk itu, Mbak Lia tersenyum. Matanya berbinar-binar seolah menaburkan sejuta pesona birahi. Pesona yang membutuhkan sanjungan dan pujaan.

    “Periksalah, Jhony. Berlutut di depanku!” Aku membisu. Terpana mendengar perintahnya.

    “Kau tidak ingin memeriksanya, Jhony?” tanya Mbak Lia sambil sedikit merenggangkan kedua lututnya.

    Sejenak, aku berusaha meredakan debar-debar jantungku. Aku belum pernah diperintah seperti itu. Apalagi diperintah untuk berlutut oleh seorang wanita. Bibir Mbak Lia masih tetap tersenyum ketika ia lebih merenggangkan kedua lututnya.

    “Jhony, kau tahu warna apa yang tersembunyi di pangkal pahaku?” Aku menggeleng lemah, seolah ada kekuatan yang tiba-tiba merampas sendi-sendi di sekujur tubuhku.

    Tatapanku terpaku ke dalam keremangan di antara celah lutut Mbak Lia yang meregang. Akhirnya aku bangkit menghampirinya, dan berlutut di depannya. Sebelah lututku menyentuh karpet. Wajahku menengadah. Mbak Tia masih tersenyum. Telapak tangannya mengusap pipiku beberapa kali, lalu berpindah ke rambutku, dan sedikit menekan kepalaku agar menunduk ke arah kakinya.

    “Ingin tahu warnanya?” Aku mengangguk tak berdaya.

    “Kunci dulu pintu itu,” katanya sambil menunjuk pintu ruang kerjanya. Dan dengan patuh aku melaksanakan perintahnya, kemudian berlutut kembali di depannya.

    Mbak Lia menopangkan kaki kanannya di atas kaki kirinya. Gerakannya lambat seperti bermalas-malasan. Pada saat itulah aku mendapat kesempatan memandang hingga ke pangkal pahanya. Dan kali ini tatapanku terbentur pada secarik kain tipis berwarna putih. Pasti ia memakai G-String, kataku dalam hati.

    Sebelum paha kanannya benar-benar tertopang di atas paha kirinya, aku masih sempat melihat bulu-bulu ikal yang menyembul dari sisi-sisi celana dalamnya. Segitiga tipis yang hanya selebar kira-kira dua jari itu terlalu kecil untuk menyembunyikan semua bulu yang mengitari pangkal pahanya. Bahkan sempat kulirik bayangan lipatan bibir di balik segitiga tipis itu.

    “Suka?” Aku mengangguk sambil mengangkat kaki kiri Mbak Lia ke atas lututku.

    Ujung hak sepatunya terasa agak menusuk. Kulepaskan klip tali sepatunya. Lalu aku menengadah. Sambil melepaskan sepatu itu. Mbak Tia mengangguk. Tak ada komentar penolakan. Aku menunduk kembali. Mengelus-elus pergelangan kakinya. Kakinya mulus tanpa cacat. Ternyata betisnya yang berwarna gading itu mulus tanpa bulu halus.

    Tapi di bagian atas lutut kulihat sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus yang agak kehitaman. Sangat kontras dengan warna kulitnya. Aku terpana. Mungkinkah mulai dari atas lutut hingga.., hingga.. Aah, aku menghembuskan nafas. Rongga dadaku mulai terasa sesak. Wajahku sangat dekat dengan lututnya. Hembusan nafasku ternyata membuat bulu-bulu itu meremang.

    “Indah sekali,” kataku sambil mengelus-elus betisnya. Kenyal.

    “Suka, Jhony?” Aku mengangguk.

    “Tunjukkan bahwa kau suka. Tunjukkan bahwa betisku indah!”

    Aku mengangkat kaki Mbak Lia dari lututku. Sambil tetap mengelus betisnya, kuluruskan kaki yang menekuk itu. Aku sedikit membungkuk agar dapat mengecup pergelangan kakinya. Pada kecupan yang kedua, aku menjulurkan lidah agar dapat mengecup sambil menjilat, mencicipi kaki indah itu. Akibat kecupanku, Mbak Lia menurunkan paha kanan dari paha kirinya.

    Dan tak sengaja, kembali mataku terpesona melihat bagian dalam kanannya. Karena ingin melihat lebih jelas, kugigit bagian bawah roknya lalu menggerakkan kepalaku ke arah perutnya. Ketika melepaskan gigitanku, kudengar tawa tertahan, lalu ujung jari-jari tangan Mbak Lia mengangkat daguku. Aku menengadah.

    “Kurang jelas, Jhony?” Aku mengangguk.

    Mbak Lia tersenyum nakal sambil mengusap-usap rambutku. Lalu telapak tangannya menekan bagian belakang kepalaku sehingga aku menunduk kembali. Di depan mataku kini terpampang keindahan pahanya. Tak pernah aku melihat paha semulus dan seindah itu. Bagian atas pahanya ditumbuhi bulu-bulu halus kehitaman. Bagian dalamnya juga ditumbuhi tetapi tidak selebat bagian atasnya, dan warna kehitaman itu agak memudar. Sangat kontras dengan pahanya yang berwarna gading.

    Aku merinding. Karena ingin melihat paha itu lebih utuh, kuangkat kaki kanannya lebih tinggi lagi sambil mengecup bagian dalam lututnya. Dan paha itu semakin jelas. Menawan. Di paha bagian belakang mulus tanpa bulu. Karena gemas, kukecup berulang kali. Kecupan-kecupanku semakin lama semakin tinggi. Dan ketika hanya berjarak kira-kira selebar telapak tangan dari pangkal pahanya, kecupan-kecupanku berubah menjadi ciuman yang panas dan basah.

    Sekarang hidungku sangat dekat dengan segitiga yang menutupi pangkal pahanya. Karena sangat dekat, walau tersembunyi, dengan jelas dapat kulihat bayangan bibir kewanitaannya. Ada segaris kebasahan terselip membayang di bagian tengah segitiga itu. Kebasahan yang dikelilingi rambut-rambut ikal yang menyelip dari kiri kanan G-stringnya. Sambil menatap pesona di depan mataku, aku menarik nafas dalam-dalam.

    Tercium aroma segar yang membuatku menjadi semakin tak berdaya. Aroma yang memaksaku terperangkap di antara kedua belah paha Mbak Lia. Ingin kusergap aroma itu dan menjilat kemulusannya.

    Mbak Lia menghempaskan kepalanya ke sandaran kursi. Menarik nafas berulang kali. Sambil mengusap-usap rambutku, diangkatnya kaki kanannya sehingga roknya semakin tersingkap hingga tertahan di atas pangkal paha.

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!” jawabku bergumam sambil memindahkan ciuman ke betis dan lutut kirinya.

    Lalu kuraih pergelangan kaki kanannya, dan meletakkan telapaknya di pundakku. Kucium lipatan di belakang lututnya. Mbak Lia menggelinjang sambil menarik rambutku dengan manja. Lalu ketika ciuman-ciumanku merambat ke paha bagian dalam dan semakin lama semakin mendekati pangkal pahanya, terasa tarikan di rambutku semakin keras. Dan ketika bibirku mulai mengulum rambut-rambut ikal yang menyembul dari balik G-stringnya, tiba-tiba Mbak Lia mendorong kepalaku.

    Aku tertegun. Menengadah. Kami saling menatap. Tak lama kemudian, sambil tersenyum menggoda, Mbak Lia menarik telapak kakinya dari pundakku. Ia lalu menekuk dan meletakkan telapak kaki kanannya di permukaan kursi. Pose yang sangat memabukkan. Sebelah kaki menekuk dan terbuka lebar di atas kursi, dan yang sebelah lagi menjuntai ke karpet.

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!”

    “Jawab!”

    “Suka sekali!”

    Pemandangan itu tak lama. Tiba-tiba saja Mbak Tia merapatkan kedua pahanya sambil menarik rambutku.

    “Nanti ada yang melihat bayangan kita dari balik kaca. Masuk ke dalam, Jhony,” katanya sambil menunjuk kolong mejanya.

    Aku terkesima. Mbak Tia merenggut bagian belakang kepalaku, dan menariknya perlahan. Aku tak berdaya. Tarikan perlahan itu tak mampu kutolak. Lalu Mbak Lia tiba-tiba membuka ke dua pahanya dan mendaratkan mulut dan hidungku di pangkal paha itu. Kebasahan yang terselip di antara kedua bibir kewanitaan terlihat semakin jelas. Semakin basah. Dan di situlah hidungku mendarat. Aku menarik nafas untuk menghirup aroma yang sangat menyegarkan. Aroma yang sedikit seperti daun pandan tetapi mampu membius saraf-saraf di rongga kepala.

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!”

    “Sekarang masuk ke dalam!” ulangnya sambil menunjuk kolong mejanya.

    Aku merangkak ke kolong mejanya. Aku sudah tak dapat berpikir waras. Tak peduli dengan segala kegilaan yang sedang terjadi. Tak peduli dengan etika, dengan norma-norma bercinta, dengan sakral dalam percintaan. Aku hanya peduli dengan kedua belah paha mulus yang akan menjepit leherku, jari-jari tangan lentik yang akan menjambak rambutku, telapak tangan yang akan menekan bagian belakang kepalaku,

    aroma semerbak yang akan menerobos hidung dan memenuhi rongga dadaku, kelembutan dan kehangatan dua buah bibir kewanitaan yang menjepit lidahku, dan tetes-tetes birahi dari bibir kewanitaan yang harus kujilat berulang kali agar akhirnya dihadiahi segumpal lendir orgasme yang sudah sangat ingin kucucipi.

    Di kolong meja, Mbak Lia membuka kedua belah pahanya lebar-lebar. Aku mengulurkan tangan untuk meraba celah basah di antara pahanya. Tapi ia menepis tanganku.

    “Hanya lidah, Jhony! OK?”

    Aku mengangguk. Dan dengan cepat membenamkan wajahku di G-string yang menutupi pangkal pahanya. Menggosok-gosokkan hidungku sambil menghirup aroma pandan itu sedalam-dalamnya. Mbak Lia terkejut sejenak, lalu ia tertawa manja sambil mengusap-usap rambutku.

    “Rupanya kau sudah tidak sabar ya, Jhony?” katanya sambil melingkarkan pahanya di leherku.

    “Hm..!”

    “Haus?”

    “Hm!”

    “Jawab, Jhony!” katanya sambil menyelipkan tangannya untuk mengangkat daguku. Aku menengadah.

    “Haus!” jawabku singkat.

    Tangan Mbak Lia bergerak melepaskan tali G-string yang terikat di kiri dan kanan pinggulnya. Aku terpana menatap keindahan dua buah bibir berwarna merah yang basah mengkilap. Sepasang bibir yang di bagian atasnya dihiasi tonjolan daging pembungkus clit yang berwarna pink. Aku termangu menatap keindahan yang terpampang persis di depan mataku.

    “Jangan diam saja. Jhony!” kata Mbak Lia sambil menekan bagian belakang kepalaku.

    “Hirup aromanya!” sambungnya sambil menekan kepalaku sehingga hidungku terselip di antara bibir kewanitaannya.

    Pahanya menjepit leherku sehingga aku tak dapat bergerak. Bibirku terjepit dan tertekan di antara dubur dan bagian bawah vaginanya. Karena harus bernafas, aku tak mempunyai pilihan kecuali menghirup udara dari celah bibir kewanitaannya. Hanya sedikit udara yang dapat kuhirup, sesak tetapi menyenangkan. Aku menghunjamkan hidungku lebih dalam lagi. Mbak Lia terpekik.

    Pinggulnya diangkat dan digosok-gosokkannya dengan liar hingga hidungku basah berlumuran tetes-tetes birahi yang mulai mengalir dari sumbernya. Aku mendengus. Mbak Lia menggelinjang dan kembali mengangkat pinggulnya. Kuhirup aroma kewanitaannya dalam-dalam, seolah vaginanya adalah nafas kehidupannku.

    “Fantastis!” kata Mbak Lia sambil mendorong kepalaku dengan lembut. Aku menengadah. Ia tersenyum menatap hidungku yang telah licin dan basah.

    “Enak ‘kan?” sambungnya sambil membelai ujung hidungku.

    “Segar!” Mbak Lia tertawa kecil.

    “Kau pandai memanjakanku, Jhony. Sekarang, kecup, jilat, dan hisap sepuas-puasmu. Tunjukkan bahwa kau memuja ini,” katanya sambil menyibakkan rambut-rambut ikal yang sebagian menutupi bibir kewanitaannya.

    “Jilat dan hisap dengan rakus. Tunjukkan bahwa kau memujanya. Tunjukkan rasa hausmu! Jangan ada setetes pun yang tersisa! Tunjukkan dengan rakus seolah ini adalah kesempatan pertama dan yang terakhir bagimu!”

    Aku terpengaruh dengan kata-katanya. Aku tak peduli walaupun ada nada perintah di setiap kalimat yang diucapkannya. Aku memang merasa sangat lapar dan haus untuk mereguk kelembutan dan kehangatan vaginanya. Kerongkonganku terasa panas dan kering. Aku merasa benar-benar haus dan ingin segera mendapatkan segumpal lendir yang akan dihadiahkannya untuk membasahi kerongkongannku. Lalu bibir kewanitaannya kukulum dan kuhisap agar semua kebasahan yang melekat di situ mengalir ke kerongkonganku. Kedua bibir kewanitaannya kuhisap-hisap bergantian.

    Kepala Mbak Lia terkulai di sandaran kursinya. Kaki kanannya melingkar menjepit leherku. Telapak kaki kirinya menginjak bahuku. Pinggulnya terangkat dan terhempas di kursi berulang kali. Sesekali pinggul itu berputar mengejar lidahku yang bergerak liar di dinding kewanitaannya. Ia merintih setiap kali lidahku menjilat clitnya. Nafasnya mengebu. Kadang-kadang ia memekik sambil menjambak rambutku.

    “Ooh, ooh, Jhony! Jhony!” Dan ketika clitnya kujepit di antara bibirku, lalu kuhisap dan permainkan dengan ujung lidahku, Mbak Lia merintih menyebut-nyebut namaku..

    “Jhony, nikmat sekali sayang.. Jhony! Ooh.. Jhony!”

    Ia menjadi liar. Telapak kakinya menghentak-hentak di bahu dan kepalaku. Paha kanannya sudah tidak melilit leherku. Kaki itu sekarang diangkat dan tertekuk di kursinya. Mengangkang. Telapaknya menginjak kursi. Sebagai gantinya, kedua tangan Mbak Lia menjambak rambutku. Menekan dan menggerak-gerakkan kepalaku sekehendak hatinya.

    “Jhony, julurkan lidahmuu! Hisap! Hisaap!”

    Aku menjulurkan lidah sedalam-dalamnya. Membenamkan wajahku di vaginanya. Dan mulai kurasakan kedutan-kedutan di bibir vaginanya, kedutan yang menghisap lidahku, mengundang agar masuk lebih dalam. Beberapa detik kemudian, lendir mulai terasa di ujung lidahku.

    Kuhisap seluruh vaginanya. Aku tak ingin ada setetes pun yang terbuang. Inilah hadiah yang kutunggu-tunggu. Hadiah yang dapat menyejukkan kerongkonganku yang kering. Kedua bibirku kubenamkan sedalam-dalamnya agar dapat langsung menghisap dari bibir vaginanya yang mungil.

    “Jhony! Hisap Jhony!”

    Aku tak tahu apakah rintihan Mbak Lia dapat terdengar dari luar ruang kerjanya. Seandainya rintihan itu terdengar pun, aku tak peduli. Aku hanya peduli dengan lendir yang dapat kuhisap dan kutelan. Lendir yang hanya segumpal kecil, hangat, kecut, yang mengalir membasahi kerongkonganku. Lendir yang langsung ditumpahkan dari vagina Mbak Lia, dari pinggul yang terangkat agar lidahku terhunjam dalam.

    “Oh, fantastis,” gumam Mbak Lia sambil menghenyakkan kembali pinggulnya ke atas kursinya.

    Ia menunduk dan mengusap-usap kedua belah pipiku. Tak lama kemudian, jari tangannya menengadahkan daguku. Sejenak aku berhenti menjilat-jilat sisa-sisa cairan di permukaan kewanitaannya.

    “Aku puas sekali, Jhony,” katanya. Kami saling menatap. Matanya berbinar-binar. Sayu. Ada kelembutan yang memancar dari bola matanya yang menatap sendu.

    “Jhony.”

    “Hm..”

    “Tatap mataku, Jhony.” Aku menatap bola matanya.

    “Jilat cairan yang tersisa sampai bersih”

    “Hm..” jawabku sambil mulai menjilati vaginanya.

    “Jangan menunduk, Jhony. Jilat sambil menatap mataku. Aku ingin melihat erotisme di bola matamu ketika menjilat-jilat vaginaku.”

    Aku menengadah untuk menatap matanya. Sambil melingkarkan kedua lenganku di pinggulnya, aku mulai menjilat dan menghisap kembali cairan lendir yang tersisa di lipatan-lipatan bibir kewanitaannya.

    “Kau memujaku, Jhony?”

    “Ya, aku memuja betismu, pahamu, dan di atas segalanya, yang ini.., muuah!” jawabku sambil mencium kewanitaannya dengan mesra sepenuh hati.

    Mbak Lia tersenyum manja sambil mengusap-usap rambutku.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Ngentod Dengan Istri Majikan

    Cerita Sex Ngentod Dengan Istri Majikan


    1452 views

    Perawanku – Cerita Sex Ngentod Dengan Istri Majikan, Sebut saja namaku HAR (nama samaran), saya udah menikah bersama dengan 3 orang anak dan juga umurku masih selalu 34 th.. Isteriku cantik putih dan juga benar-benar baik apalagi juga dikarenakan benar-benar seharusnya dia inginkan terima saya apa yang ada, meskipun gajiku pas-pasan tapi dia tetaplah mencintaiku. Wajahku tidak ganteng atau macho meskipun demikian biasa-biasa saja dan juga saya bukanlah pemuda yang tinggi, tinggiku hanya 160 cm bersama dengan berat sekitaran 55 kg. Tapi meskipun bagaimanapun saya juga juga orang yang mujur karna sekian kali saya memiliki selingkuhan yang cantik-cantik, menjadi pengalamanku lumayan banyak. Semua wanita sebagai pacar gelapku puas bermain sex denganku karna saya dapat memuaskan mereka, karna saya dapat memberi kenikmatan pada mereka sekian kali, apalagi juga sampai 8 kali orgasme selagi saya berpacaran bersama dengan gadis bule.

    Pengalamanku peluang ini terjadi selagi tahun 2002 selagi saya pergi ke Yogyakarta untuk masalah usaha. Kebetulan saya bekerja di satu buah perusahaan ekspedisi riset serta ekowisata menjadi saya pergi ke kota Yogya di dalam acara pameran ekowisata. Saat itu saya pergi sendirian dengan Mengenakan kereta executive. Pertama kalinya saya pergi ke Yogya sendirian menjadi saya tidak selagi hapal kota yogya tapi dengan modal nekat serta keberanian akupun membulatkan kemauan seakan-akan saya seringkali datang ke kota itu. Tadinya saya juga dapat pergi dengan isteri bos ku yang kebetulan seringkali pergi ke Yogya. Karna tetap tetap tersedia masalah di Jakarta menjadi isteri bosku tidak menjadi temaniku.

    Isteri bosku (bernama Mbak Wati) berwajah lumayan menarik dengan kulit yang coklat serta hitam manis serta tubuhnya yang sintal meskipun usianya udah meraih 40 tahun tapi tetap tetap nampak sintal serta diisi, maklumlah seringkali aerobik serta olah raga. Pada selagi saya di Yogya Mbak Wati seringkali meneleponku nyaris sehari-hari bahkan juga satu hari bisa lebih berasal dari 2, terhadap awalnya saya sendiri tidak jelas kenapa dia seringkali telepon saya. Saat itu, saya tinggal di sebuh hotel yang lumayan bagus, bersih serta tidak mahal di dekat jalur Malioboro. Karna saya sendirian di kota itu saya kerap kali kesepian serta saya tetap ingat anak serta isteriku. Walau demikianlah itu seluruh hilang selagi Mbak Wati meneleponku serta saya tetap menggodanya jika saya kesepian serta horny di kota ini karna saya seringkali dengar erangan kesenangan berasal dari samping kamarku, dia cuma tertawa saja. Bahkan juga dia menggodaku untuk mencari wanita Yogya saja bikin temaniku.

    Sekian hari lalu saya memperoleh berita jika bosku menyuruh Mbak Wati untuk temaniku di Yogya, saya berpikir wah ini peluang yang baik buatku untuk menggodanya, memanglah keberuntungan tetap tetap berpihak terhadap diriku. Pada pada akhirnya dia katakan jika dia juga dapat menyusul dengan Mengenakan kereta serta minta di bookingkan satu kamar untuk dirinya. Saya katakan terhadap hari itu bisa saja kamar juga dapat penuh.
    Dia sedikit kecewa kemudian dia katakan, “Terus bagaimana dong, .. saya tidak inginkan tinggal di hotel yang jauh berasal dari anda, .. ngomong-ngomong Har kamar anda tersedia 2 bed apa satu? ”
    “Kamarku Hanya satu bed tapi di bawah ranjang tersedia satu bed sekali ulang menjadi bisa saja saya bisa gunakan, sesungguhnya Mbak inginkan sekamar denganku? ” saya menggodanya.
    “Boleh jika tidak tersedia kamar lagi” saya 1/2 tidak percaya juga dapat ucapannya.
    Saya berpikir selanjutnya kesempatanya saya bisa mendekati dia serta menggodanya.
    “Tapi Mbak saya sukai tidur telanjang paling Hanya pakai celana di dalam doang serta selimut, apa Mbak tidak apa-apa? Saya sedikit memberi tambahan kepercayaan dia juga dapat kebiasaanku.
    “Nggak apa-apa siapa takut.. persoalannya saya juga sesekali selagi juga”.
    Saya semakin bahagia mendengarnya. Lantas saya tawarkan untuk tinggal sekamar denganku jika tdk tersedia kamar kosong serta dia sepakat.

    Ketika terhadap hari H nya, saya jemput dia di stasiun serta setelah bertemu saya ajak ke hotel tempat saya bermalam, otak ngeresku jadi jalur serta saya jadi berpikir bagaimana langkahnya sehingga dia inginkan sekamar denganku kemudian dengan akal bulusku saya berbohong jika kamar hotel penuh seluruh. Lantas saya langsung ajak Mbak Wati ke kamarku serta saya tidak mengira nyatanya dia inginkan sekamar denganku. Karna lebih-lebih pernah saya fikir dia cuma bercanda.

    Ketika malam tiba, saya punya niat ambil satu tempat tidur sekali lagi, untuk memelihara sehingga dia tidak punyai fikiran yang buruk terkait diriku, karna saya tetap tetap kuatir seumpama Mbak Mbak Wati juga dapat emosi serta tersinggung jika saya seranjang dengannya karna umumnya itu juga dapat dipandang tidak sopan serta pantas dan murahan serta wanita juga dapat emosi sekali jika dipandang cocok serupa itu. Sebelum tidur kita mengobrol terkait beberapa macam serta kelanjutannnya berbicara terkait sex. Saking seriusnya berbicara terkait sex, saya membulatkan kemauan memancing reaksinya.

    “Mbak jika ngomongin sex layaknya gini, cewekku dahulu kerap kali udah basah duluan”.
    Lantas dia menjawab, “Ah itu sich umum, saya saja sukai basah”.
    Selang beberapa selagi kondisi beralih karna dia jadi perutnya agak sakit karna kembung. Saya jadi kasihan kemudian saya tawarkan diri, “Biar saya refleksi serta pijit deh”.

    Lantas saya pijit kaki serta betisnya. Pada awalnya dia kesakitan dengan pijitanku itu. Otak kotorku jadi datang serta saya coba untuk memijit pahanya serta dia meringis kesakitan. Lama saya memijit pahanya serta semakin lama kau kendurkan pijitanku tapi dia tetap tetap mengerang bahkan juga selagi saya elus-elus dia tetap tetap mengerang. Dengan seluruh keberanianku saya coba mengelus hingga ke pangkal pahanya serta dia mengerang semakin jadi, udah tentu penisku langsung berdiri lebih-lebih selagi saya pijit serta elus sisi pahanya dia membuka pahanya lebar-lebar. Lantas saya singkapkan rok tidurnya serta saya elus di pangkal paha lalu saya beranikan diri mengelus vaginanya, nyatanya Mbak wati diam saja serta mengerang, tanpa tersedia fikir panjang saya masukan jari-jemariku ke balik celana dalamnya serta memainkan klitoris serta lubang vaginanya dengan jariku. Ternyata vaginanya udah basah sekali, kemudian saya tarik celana dalamnya serta saya jadi menciumi pahanya hingga sampailah terhadap gundukan vaginanya yang begitu merangsang.

    Saya hisap serta jilat vaginanya yang harum, Mbak wati semakin mengerang kesenangan.
    “Oh.. oohh.. mmhh.. ohhmm.. sayangg.. ohmm” jilatanku semakin liar serta semakin jadi kakinya jadi mengejang.. saya semakin percepat tempo jilatan mautku serta dia mengerang semakin keras.
    “Oohh.. ehheehmm.. ohh.. aauuaa.. hhmm” nyatanya dia udah menjangkau orgasme yang pertama.

    Kemudian saya bebaskan celana dalamku karna kebetulan saya tetap tidur cuma pakai celana di dalam serta selagi itu saya cuma pakai kain sarung. Dengan penis yang tetap tetap menegang saya berganti tempat di atasnya serta menciumi bibir serta kedua susunya dengan jemari tanganku memainkah pentilnya. Karna tidak sabar kemudian saya masukan penisku yang udah tegang. Pada selagi penisku masuk ke lubang kesenangan itu terdengar erangan keenakan Mbak Wati.

    Vagina Mbak Wati terasanya sempit karna tulang panggulnya yang seolah-olah mempersempit lubang kemaluannya. Walau demikianlah saya merasaka kesenangan yang mengagumkan di penisku dengan lubangnya yang sempit itu. Saya nampak masukan penisku serta Mbak Wati membuka lebar-lebar kakinya sembari menyokong satu kaki ke dinding kamar. Saya semakin rasakan sensasi yang mengagumkan selagi penisku nampak masuk, karna dinding lubang vagina serta tulang panggulnya yang menggesek-gesek batang kemaluanku selagi jadi sekali.

    Mbak Wati tetap tetap tetap mengerang selagi saya menekan penisku di vaginanya dalam-dalam. Meskipun penisku tidak besar sekali tapi punyai ukuran normal meskipun demikianlah sensasi yang saya beri selagi saya mengocok penisku di dalam vaginanya bikin Mbak wati mengerang, menjerit keenakan sembari matanya merem melek. Sesudah nyaris satu jam jadi sejak pemanasan Mbak Wati nampak tegang lalu di merapatkan kedua kakinya serta saya mengangkangkan kakiku menjadi lubang vaginanya semakin sempit. Dengan model cocok serupa itu saya tetap tetap tetap mengocok vaginanya serta Mbak wati semakin mengerang keras.
    Pada pada akhirnya dia katakan, “Ohh sayang saya inginkan keluaarr.. ohh enakk”..

    Pada pada akhirnya Mbak Wati tidak bisa menghindar gejolak yang tersedia terhadap dianya, menjadi jebollah pertahanannya dengan jeritan yang membuatku semakin bergairah. Saya tetap tetap mengocok penisku karna hingga selagi itu saya tetap tetap bertahan serta saya ingin memberi kesenangan yang dasyat untuk dirinya menjadi dia tidak bisa lupa serta tetap ketagihan. Saya semakin percepat kocokanku, semakin cepat saya mengocok jeritan keenakan Mbak Wati semakin kencang serta tidak tertahankan.

    Malam itu kita lakukan sekali ulang hingga 4 kali. Pada esok harinya kita lakukan sekali ulang hingga siang hari hingga 3 kali. Begitu juga selagi malam harinya hingga pagi kita lakukan sekali ulang 3 kali. Sehari-hari kita lakukan tetap serta hingga ulang ulang Jakarta kita tetap tetap mengerjakannya di dalam kereta meskipun cuma hanyalah permainan jari-jariku di kemaluannya serta dia mengocok penisku dengan ditutup selimut. Sesampainya di Jakarta kita tetap tetap seringkali mengerjakannya terkadang di tempat tinggalnya selagi boss serta beberapa orang pergi atau di kantor selagi umumnya orang sedang keluar. Mbak Wati juga juga wanita yang kuat sekali layaknya kuda liar karna untuk membuatnya orgasme memerlukan selagi yang lama serta perlu laki laki yang terlalu kuat serta pintar memberi sensasi hebat, menjadi suaminyapun tidak bisa menyeimbanginya, tapi dengan saya Mbak Wati tidak bisa laksanakan perbuatan apa-apa karna setiap selagi bersetubuh saya tetap memberi kenikmatan.

    Walau demikianlah selagi ini kita tak akan, karna dia punyai selingkuhan yang lain sekali lagi. Saat ini saya kesepian sekali ulang lebih-lebih saya tidak kerap sekali terkait dengan isteriku karna terkadang saya kasihan dia seringkali kecapaian.

    Rekan-temanku katakan jika saya memanglah jantan karna bisa memuaskan wanita. Bahkan juga mereka yang jadi jantan di ranjang tidak bisa menyeimbangi permainanku hingga bisa memuaskan wanita beberapa kali. Sampai wanita bulepun kerepotan karna mereka tidak kerap sekali memperoleh kenikmatan dengan laki laki bule meskipun mereka punyai penis yang besar, tapi itu bukanlah jaminan serta cewek-cewek bule mengaku selagi jelas jika saya bisa memuaskan mereka sekian kali.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Kegilaan Di Sekolah

    Kegilaan Di Sekolah


    993 views

    Cerita Sex ini berjudulKegilaan Di SekolahCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Namaku Risa atau biasanya dipanggil Icha. Aku memiliki wajah yang sedikit indo didukung dengan badanku yang kata teman-temanku seksi. Aku baru saja lulus SMU. Cerita ini adalah pengalaman sewaktu aku masih duduk di bangku SMA kelas 1.

    Hari ini pelajaran yang diberikan belum terlalu banyak karena kami masih dalam tahap transisi dari murid SMP menjadi murid SMU. Tak terbayang olehku dapat masuk ke SMU yang masih tergolong favorit di ibu kota ini. Impianku sejak dulu adalh memakai seragam putih abu-abu karena seragam ini memiliki model rok yang lebih membuatku kelihatan seksi.

    Diantara teman-teman baruku ada seorang cowok yang amat menarik perhatianku, sebut saja namanya Indra. Membayangkan wajahnya saja bisa membuatku terangsang. Aku sering melakukan masturbasi sambil membayangkan Indra.

    Walaupun sering bermasturbasi tapi saat itu aku belum pernah bercinta atau ngentot, bahkan petting juag belum. Entah setan apa yang masuk ke dalam otakku hari itu karena aku berencana untuk menyatakan cinta kepada Indra. Maka saat istirahat aku memanggil Indra.

    “Dra, gue nggak tahu gimana ngomongnya..” Aku benar-benar kalut saat itu ingin mundur tapi sudah telat.

    “Dra gue sayang sama elo, lo maukan jadi cowok gue?”

    Aku merasa amat malu saat itu, rasanya seperti ditelanjangi di kelas (paling tidak sampai sekarang aku masih memakai seragam lengkap. Indra hanya tersenyum,

    “Nanti aja ya gue jawabnya pas pulang”.

    Selama jam pelajaran pikiranku tak menentu, “Gimana kalau Indra enggak mau?” dalam hatiku, “Pasti gue jd bahan celaan!” berbagai pertanyaan terus mengalir di otakku. Untungnya pelajaran belum begitu maksimal. Bel pulang pun berdering, jantungku berdegup cepat.

    Aku hanya duduk menunggu di bangkuku, aku tidak memiliki keberanian untuk menghampiri Indra dan menanyakan jawabannya. Saat kelas sudah berangsur sepi Indra menghampiriku, “Bentar ya Cha, gue dipanggil bentar” katanya. Aku menunggu sendirian di kelas.

    “Jangan-jangan Indra ingin agar sekolah sepi dan mengajakku bercinta?” kepalaku penuh pertanyaan.

    Hingga aku sama sekali tidak dapat berpikir sehat. Dalam penantianku tiba-tiba ada orang datang. Aku kecewa karena bukan Indra yang datang melainkan Malik dan Ardy dari kelas I-3.

    Mereka menghampiriku, Malik di depanku dan Ardy disampingku. Perlu diketahui mereka bisa dikatakan sangat jauh dari tampan. Dengan kulit yang hitam dan badan yang kurus kering, aku rasa akan menyulitkan mereka untuk mendapatkan pacar di sekolah ini.

    “Lagi nugguin Indra cha?” kata Malik.

    “Koq tahu?” kataku.

    “Tadi Indra cerita.” Apa-apaan nih Indra pake cerita segala dalam hatiku.

    “Lo suka sama Indra ya cha?” tanya Malik lagi. Aku cuma diam saja.

    “Koq diem?” kata Ardy.

    “Males aja jawabnya,” kataku.

    Perasaan bt mulai menjalar tapi aku harus menahan karena pikirku Ardy dan Malik adalah teman Indra.

    “Koq lo bisa suka sama Indra sih cha?” tanya Ardy tapi kali ini sambil merapatkan duduknya kepadaku dan menaruh tangannya di pahaku.

    “Indra ganteng dan enggak kurang ajar kayak lo!” sambil menepis tangannya dari pahaku.

    “Kurang ajar kaya gimana maksud lo?” tanya Ardy lagi sambil menaruh tangannya lagi di pahaku dan mulai mengelus-elusnya.

    “Ya kayak gini!” jawabku sambil menunjuk tangannya tapi tidak menepisnya karena aku mulai terangsang dan berpikir mungkin mereka disuruh Indra.

    “Tapi enak kan?” kali ini Malik ikut bicara.

    Ardy mulai mengelus-elus pangkal pahaku. Aku pura-pura berontak padahal dalam hati aku ingin dia melanjutkannya.

    “Sudah jangan sok berontak,” kata Malik sambil menunjukkan cengiran lebarnya. Makin lama usapannya membuatku membuka lebar pahaku.

    “Tadi bilang kita kurang ajar, eh sekarang malah ngangkang.”

    Dia menggeser bangku di depan mejaku dan mulai masuk ke kolong mejaku. Sekarang Ardy berganti mengerjai payudaraku, tangan kirinya mengusap payudara kananku sedangkan mulutnya menciumi dan menghisap payudara kiriku sehingga seragamku basah tepat di daerah payudaranya saja.

    Malik yang berada di kolong meja menjilat-jilat paha sampai pangkal pahaku dan sesekali lidahnya menyentuh memekku yang masih terbungkus CD tipisku yang berwarna putih. Perbuatan mereka membuatku menggelinjang dan sesaat membuatku melupakan Indra.

    Ardy melepas kancing kemeja seragamku satu persatu dan kemudian melempar seragam itu entah kemana. Merasa kurang puas ia pun melepas dan melempar braku. Lidahnya menari-nari di putingku membuatnya menjadi semakin membesar.

    “Ough Dy sudah dong, gimana nanti kalau ketauan,” kataku

    “Tenang aja guru sudah pada pulang,” kata Malik dari dalam rokku.

    Sedangkan Ardy terus mengerjai kedua payudaraku memilinnya, meremas, memghisap, bahkan sesekali menggigitnya. Aku benar-benar tak berdaya saat ini, tak berdaya karena nikmat. Aku merasakan ada sesuatu yang basah mengenai memekku, aku rasa Malik menjilatinya. Aku tak dapat melihatnya karena tertutupi oleh rokku.

    Perlakuan mereka sungguh membuatku melayang. Aku merasa kemaluanku sudah amat basah dan Malik menarik lepas CDku dan melemparnya juga. Ia menyingkap rokku dan terus menjilati kemaluanku.

    Tak berapa lama aku merasa badanku menegang. Aku sadar aku akan orgasme. Aku merasa amat malu karena menikmati permainan ini. Aku melenguuh panjang, setengah berteriak. Aku mengalami orgasme di depan 2 orang buruk rupa yang baru aku kenal.

    “Ha.. ha.. ha.. ha..” mereka tertawa berbarengan.

    “Ternyata lo suka juga yah?” kata Ardy sambil tertawa.

    “Jelaslah,” sambung Malik.

    “SMP dia kan dulu terkenak pecunnya,” kata-kata mereka membuat telingaku panas.

    Kemudian mereka mengangkatku dan menelentangkanku di lantai. Mreka membuka pakaiannya. Oh.. ini pertama kalinya aku melihat kontol secara langsung. Biasanya aku hanya melihat di film porno. Malik membuka lebar pahaku dan menaruh kakiku di atas pundaknya. Pelan-pelan ia memasukkan kontolnya ke liang senggamaku.

    “Ough, sakit Lik,” teriakku.

    “Tenang Cha, entar juga lo keenakan,” kata Malik.

    “Ketagihan malah,” sambung Ardy.

    Perlahan-lahan ia mulai menggenjotku, rasanya perih tapi nikmat. Sementara Ardy meraih tanganku dan menuntunnya ke kontol miliknya. Ia memintaku mengocoknya. Malik memberi kode kepada Ardy, aku tidak mengerti maksudnya. Ardy mendekatkan kontolnya kemulutku dan memintaku mengulumnya. Aku mejilatinya sesaat dan kemudian memasukkannya ke mulutku.

    “Isep kontol gue kuat-kuat cha” katanya.

    Aku mulai menghisap dan mengocoknya dengan mulutku. Tampaknya ini membuatnya ketagihan. Ia memaju mundurkan pinggangnya lebih cepat. Disaat bersamaan Malik menghujamkan kontolnya lebih dalam.

    “Mmmffhh” aku ingin berteriak tapi terhalang oleh kontol Ardy.

    Rupanya arti dari kode mereka ini, agar aku tak berteriak. Aku sadar kevirginanku diambil mereka, oleh orang yang baru beberapa hari aku kenal.

    “Ternyata masih ada juga anak SMP SB yang masih virgin”

    “Memek cewek virgin emang paling enak,” kata Malik.

    Dia menggenjotku semakin liar, dan tanpa sadar goyangan pinggulku dan hisapanku terhadap kontol Ardy juga semakin cepat. Tak lama aku orgasme untuk yang kedua kalinya. Akupun menjadi sangat lemas tapi karena goyangan Malik. Malik semakin liar akupun juga tetap bergoyang dan menghisap dengan liarnya.

    Tak lama Malik menarik keluar kontolnya dan melenguh panjang disusul derasnya semprotan maninya ke perutku. Ia merasa puas dan menyingkir.

    Sudah 45 menit aku menghisap kontol Ardy tapi ia tak kunjung orgasme juga. Ia mencabut kontol dari mulutku, aku pikir ia akan orgasme tapi aku salah. Ia telentang dan memintaku naik diatasnya. Aku disetubuhi dengan gaya woman on top.

    Aku berpegangan pada dadanya agar tidak jatuh, sedangkan Ardy leluasa meremas susuku. Sekitar 10 menit dengan gaya ini tiba-tiba Malik mendorongku dan akupun jatuh menindih Ardy.

    Malik menyingkap rokku yang selama bergaya woman on top telah jatuh dan menutupi bagian bawahku. Ia mulai mengorek-ngorek lubang anusku. Aku ingin berontak tapi aku tidak ingin saat ini selesai begitu saja. Jadi aku biarkan ia mengerjai liang duburku.

    Tak lama aku yang sudah membelakanginya segera ditindah. Kontolnya masuk ke dalam anusku dengan ganas dan mulai mengaduk-aduk duburku. Tubuhku betul-betul terasa penuh. Aku menikmati keadaan ini. Sampai akhirnya ia mulai memasukkan penuh kontolnya ke dalam anusku. Aku merasakan perih dan nikmat yang tidak karuan.

    Jadilah aku berteriak sekeras-kerasnya. Aku yang kesakitan tidak membuat mereka iba tetapi malah semakin bersemangat menggenjotku. Sekitar 15 menit mereka membuatku menjadi daging roti lapis dan akhirnya aku orgasme lagi untuk yang kesekian kalinya.

    Kali ini aku berteriak amat keras dan kemudian jatuh lemas menindih Ardy. Saat itu penjaga sekolah masuk tanpa aku sadar dan menonton aku yang sedang dikerjai 2 orang biadab ini.

    Goyangan mereka semakin buas menandakan mereka akan segera orgasme. Aku yang sudah lemas hanya bisa pasrah saja menerima semua perlakuan ini. Tak lama mereka berdua memelukku dan melenguh panjang mereka menyemprotkan maninya di dalam kedua liangku.

    Aku dapat merasakan cairan itu mengalir keluar karena memekku tidak cukup menampungnya. Mereka mencabut kedua kontol mereka. Aku yang lemas dan hampir pingsan langsung tersadar begitu mendengar Ardy berkata.

    “Nih giliran Pak Maman ngerasain Icha”

    Aku melihat penjaga sekolah itu telah telanjang bulat dan kontolnya yang lebih besar dari Ardy dan Malik dengan gagahnya mengangkangiku seakan menginginkan lubang untuk dimasuki. Ia menuntun kontolnya ke mulutku untuk kuhisap.

    Aku kewalahan karena ukurannya yang sangat besar. Melihat aku kewalahan tampaknya ia berbaik hati mencabutnya. Tetapi sekarang ia malah membuatku menungging. Ia mengorek-ngorek kemaluanku yang sudah basah sehingga makin lama akupun mengangkat pantatku. Aku sungguh takut ia menyodomiku.

    Akhirnya aku bisa sedikit lega saat kontolnya menyentuh bibir kemaluanku. Dua jarinya membuka memekku sedangkan kontolnya terus mencoba memasukinya. Entah apa yang aku pikirkan, aku menuntun kontolnya masuk ke memekku.

    Ia pun mulai menggoyangnya perlahan. Aku secara tak sadar mengikuti irama dari goyangannya. Rokku yag tersinggkap dibuka kancingnya dan dinaikkannya sehingga ia melepas rok abu-abuku melalui kepalaku. Saat ini aku telah telanjang bulat. Tangannya meremas payudaraku dan terus menggerayangi tubuhku.

    Disaat-saat kenikmatan aku tak sengaja menoleh dan melihat Indra duduk di pojok. Dewi teman sebangkuku mengoralnya yang lebih mengagetkan ia memegang handycam dan itu mengarah ke diriku. Aku kesal tapi terlalu horny untuk berontak. Akhirnya aku hanya menikmati persenggamaan ini sambil direkam oleh orang yang aku sukai.

    Pak Maman semakin ganas meremas dadaku gerakannya pun semakin cepat. Tapi entah kenapa dari tadi aku selalu lebih dulu orgasme dibandingkan mereka. Aku berteriak panjang dan disusul Pak Maman yang menjambak rambutku kemudian mencabut kontolnya dan menyuruhku meghisapnya.

    Ia berteriak tak karuan. Menjambakku, meremas-remas dadaku sampai akhirnya ia menembakkan maninya di mulutku. Terdengar entah Malik, Ardy, atau Indra yang berteriak telan semuanya. Aku pun menelannya. Mereka meninggalkanku yang telanjang di kelas sendirian. Setelah mereka pergi aku menangis sambil mencari-cari seragamku yang mereka lempar dan berserakan di ruang kelas.

    Aku menemukan braku telah digunting tepat di bagian putingnya dan aku menemukan CDku di depan kelas telah dirobek-robek. Sehingga aku pulang tanpa CD dan bra yang robek bagian putingnya.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Tak Kuasa Menahan Rayuan Tante Genit

    Cerita Sex Tak Kuasa Menahan Rayuan Tante Genit


    796 views

    Perawanku – Cerita Sex Tak Kuasa Menahan Rayuan Tante Genit, Pagi ini aku sedang membereskan pakaianku untuk dimasukkan ke dalam koper. Ayahku memperhatikan dengan wajah sedih karena aku satu-satunya anak lelakinya harus pergi demi meraih masa depanku. Aku akan tinggal di Surabaya bersama Tante dan Oomku.

    “Papa harap kamu bisa menjaga diri dan berbuat baik, menurut pada Oom Benny dan Tante Lenny…” kata papaku.

    Aku hanya diam menoleh menatap papaku yang nampak kurang bersemangat karena kepergianku, lalu kupeluk papaku. “Saya tidak akan mengecewakan Papa..” kataku sambil menuju ke pintu.

    Aku naik angkot menuju ke terminal bus. Ketika sudah di atas bus, aku membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya sambil berharap semoga cita-citaku dapat tercapai. Sesampainya di terminal, aku melanjutkan dengan naik angkot menuju perumahan mewah di daerah Darmo.

    “Apa ini rumahnya..?” kataku dalam hati.
    Nomornya sih bener. Maklum aku belum pernah ke rumahnya.
    “Gila.., ini rumah apa istana..?” gumamku bicara pada diriku sendiri.

    Aku segera menekan bel yang ada pada pintu gerbang. Beberapa saat kemudian pintu gerbang dibuka. Seorang satpam berbadan gemuk mengamatiku, lalu menegurku.

    “Cari siapa ya..?” tanyanya.
    “Apa betul ini rumah Oom Benny..?” tanyaku balik.
    “Ya betul.. sampean siapa?” tanyanya lagi.
    “Saya keponakan Oom Benny dari Jember.”
    “Kenapa nggak bilang dari tadi, Sampean pasti Den Wellly, kan..? Tuan sedang keluar kota, tapi Nyonya ada lagi nungguin.”

    Sekejap aku sudah berada di ruangan dalam rumah mewah yang diisi perabotan yang serba lux. Tak lama kemudian seorang wanita cantik berkulit putih bersih dan bertubuh seksi muncul dari ruang dalam. Kalau kutebak usianya sekitar 35 tahunan, tapi bagikan seorang gadis yang masih perawan.

    Dia tersenyum begitu melihatku, “Kok terlambat Well..? Tante pikir kamu nggak jadi datang..” ucap wanita seksi itu sambil terus memandangiku.

    “Iya Tante.. maaf…” jawabku pendek.
    “Ya sudah.., kamu datang saja Tante sangat senang.. Pak Bowo.., antarkan Welly ke kamarnya..!” perintah Tante Lenny pada Bowo.

    Lalu aku mengikuti Pak Bowo menuju sebuah kamar yang ada di bagian bawah tangga. Aku cukup senang menempati kamar itu, karena aku langsung tertidur sampai sore hari. Ketika bangun aku segera mandi, lalu berganti pakaian. Setelah itu aku keluar kamar hendak jalan-jalan di halamanbelakang yang luas.

    Ketika sedang asik menghayal, tiba-tiba suara lembut dan manja menegurku. Aku agak kaget dan menoleh ke belakang. Ternyata tanteku yang sore itu mengenakan kimono dengan rokok di tangannya, rupanya ia baru bangun tidur.

    “Oh Tante…” sapaku kikuk.

    Tante tersenyum, dan pandangan yang nakal tertuju pada dadaku yang bidang dan berbulu lebat. Badanku memang cukup atletis karena sering berenang, fitness, dan aku memang mempunyai wajah yang lumayan ganteng.

    “Kamu sudah mandi ya, Wel..? Tampan sekali kamu..” kata tanteku memuji.
    Aku kaget bukan main ketika ia mendekatiku, tangannya langsung mengelu-elus kontolku, tentu saja aku jadi salah tingkah.

    Cerita Sex Tak Kuasa Menahan Rayuan Tante Genit

    Cerita Sex Tak Kuasa Menahan Rayuan Tante Genit

    “Saya mau ke kamar dulu Tante..” kataku takut kalau nanti dilihat Oom Benny.
    “Tunggu sebentar Wel, Tante ingin minta tolong mijitin kaki Tante.., soalnya keseleo waktu turun tadi..” kata Tante Lenny sambil merengek.

    Lalu dia duduk seenaknya, hingga kimono yang tidak dikancing seluruhnya tersingkap, dan bagian dalam tante terlihat olehku. Gila.., ternyata ia tidak memakai CD, sempat juga kulihat bulu-bulu tipis di sekitar memeknya seperti habis dicukur.

    Aku menahan nafas dan mencoba mengalihkan pandangan, tapi Tante Lenny yang tahu hal itu malah menarik lenganku dan mengangkat kaki kanannya menunjukkan bagian yang sakit. Aku terpaksa melihat betis dan paha tante yang mulus dan padat itu.

    “Tolong diurut ya Wel.., tapi pelan-pelan aja ya..” ucapnya lembut.

    Terpaksa aku memijit betis tanteku, meskipun hatiku cemas dan bingung. Apalagi ketika aku mencuri pandang melihat paha dan selangkanganya, sehingga nampak sekilas bagian yang berwarna merah muda itu. Tanteku melirik ke arahku sambil tersenyum genit, aku semakin bingung dan malu.

    Itu pengalamanku di hari pertama di rumah Oom Benny. Sudah tiga Hari Oom Benny belum pulang juga, padahal aku ingin bertemu dengannya, sedangkan tiap malam aku diminta oleh tante untuk menemaninya ngobrol, bahkan tidak jarang disuruh menemani menonton VCD porno. Benar-benar gila.Hingga pada suatu malam tanteku merintih kesakitan. Waktu itu tante sedang nonton TV sendirian.

    Tiba-tiba wanita itu memekik, “Achhhh.., aduh.., tolong Wel..!” keluhnya sambil memegangi keningnya.

    “Kenapa Tante..?” tanyaku kaget dan khawatir.
    “Kepala Tante agak pusing.., aduh… tolong bawa Tante ke kamar Wel..!” keluh tante sambilmemegangi kepalanya.

    Aku jadi kebingungan dan serba salah.
    “Saya panggil Pak Bowo dulu ya Tante..?” usulku sambil ingin pergi.
    Tapi dengan cepat tanteku melarangnya, “Nggak usah, lagi pula Pak Bowo Tante suruh ke Pasuruan ngawal barang.”

    Aku jadi bertambah bingung. Terpaksa kutuntun tanteku untuk naik ke ruang atas. Tante merebahkan kepalanya pada pelukanku, aku jadi gemeteran sambil terus menaiki tangga.Sesampainya di dalam kamar, tante merebahkan tubuhnya yang seksi itu dengan telentang. Aku menarik napas lega dan bermaksud meninggalkan kamar. Baru saja kubalikkan tubuh, suara lembut itu melarangku.

    “Kamu mau kemana..? Jangan tinggalkan Tante.., tolong pijitin Tante.. Wel..!”

    Mendengar itu seluruh tubuhku jadi teringat pesan papa agar menuruti perkataan Oom dan Tanteku. Perlahan kubalikkan badan, ternyata tanteku telah melepas kimononya. Dan kini hanya tinggal CD saja.

    Tubuhnya yang masih padat membuat nafsuku naik, payudara yang masih montok dan menantang itu membuat kontolku mulai tegang, karena aku belum pernah melihat keindahan tubuh wanita dalam keadaan telanjang seperti ini, apalagi tanteku menggeliat perlahan. Desahan bibirnya yang tipis mengundang nafsu dan birahiku, dan kontolku semakin dibuatnya tegang. Kuberanikan diri melangkah menuju ranjang.

    Begitu sampai, tanteku yang pura-pura pusing itu tiba-tiba bangkit, lalu memelukku dan mencium bibirku dengan penuh nafsu. Wanita yang hipersex itu dengan cepat melucuti seluruh pakaianku.

    “Jangan Tante.., jangan, saya takut..” pintaku sambil mau memakai pakaianku kembali.
    “Kalo kamu menolak, Tante akan teriak dan mengatakan pada semua orang bahwa kamu mau memperkosa Tante…” ancam tanteku.

    Aku hanya terdiam dan pasrah. Wanita itu kembali mencumbuku, diciuminya dan dijilatinya tubuhku. Begitu tangan halusnya mengenggam kontolku, aku langsung membalas ciumannya dan mulai menjilati payudaranya, lalu kukulum putingnya yang berwarna merah agak kecoklatan itu. Tanteku mendesah perlahan.

    Selanjutnya kami memainkan posisi 69, sehingga kontolku dihisap dan dikemutnya. Nikmat sekali,kurenggangkan kedua pahanya sambil kujilat-jilat memeknya yang mulai basah itu.

    “Ahhhh.., aahhh.., ayo terus jilat Wel..! Jangan berhenti..!” erang tanteku keenakan.

    Rupanya tanteku mengeluarkan cairan dari dalam liang memeknya. Cairan itu memuncrat di wajahku, lalu kuhisap dan kutelan semua. Aku semakin terangsang, kujilati lagi kali ini lebih dalam, bahkan sampai ke duburnya. Kemudian kami berganti posisi, kali ini aku berdiri dan tante jongkok sambil mengulum kontolku yang sudah sangat tegang.

    Ternyata tanteku pandai sekali menjilat kontol, tidak sampai lima menit aku sudah keluar.

    “Ahhh.., ayo Tante.., terus jilat sayang.., acchhh..!” desahku sambil kudorong keluar masuk di mulutnya kontolku yang besar ini.
    “Tante mau keluar nih.., achhh.. yeahhh..!” erangku sambil kumuncratkan maniku di mulutnya.

    Tante menelan semua maniku, bahkan masih mengocoknya berharap masih ada sisanya.

    Setelah beberapa saat kontolku mulai bangun kembali. Setelah tegang dibimbingnya kontolku masuk ke liang memeknya. Kali ini aku di atas dan tante di bawah. Agak susah sih, mungkin sudah lama tidak service oleh Oom Benny. Setelah kepalanya masuk, kudorong perlahan hingga masuk semuanya ke dalam.

    “Ayo Wel..! Gerakin dong Sayang..!” pinta tanteku sambil menggerakkan pantatnya ke atas dan ke bawah karena ia sekarang berada di bawah.

    Akhirnya kudorong keluar masuk kontolku dengan gerakan yang cepat, sehingga semakin keras erangan tanteku. Beberapa saat kemudian aku sudah ingin keluar, “Aahhh..! Tante.., Welly udah mau keluar.., ahhh..!” kataku.

    “Sabar Sayang.., Tante sebentar lagi nih..! Yeahh.. ohh.. ahh.., **** me Wel..! Kita barengan ya Sayang..? Oh.. yeah..!”

    Rupanya tanteku juga hampir orgasme. Rasanya seperti ada yang memijat-mijat kontolku dan kakinya dilingkarkan ke pantatku. Tante bergetar hebat dan memelukku sambil memeknya mengeluarkan cairan yang menyemprot kontolku. Tidak lama aku juga mengeluarkan air mani dan spermaku di dalam memeknya. Terasa begitu nikmatnya dunia ini. Akhirnya kami berdua terkapar lemas.

    “Hebat bener kamu Wel.., Tante nggak nyangka baru kali ini Tante merasakan kenikmatan yang luar biasa..!” tuturnya dengan nafas terengah-engah.

    Aku diam tak menjawab, tapi dalam hati aku merasa bersalah telah berhubungan dengan tanteku dan takut ketahuan Oom Benny. Tante turun dari ranjang tanpa busana, lalu dia menyalakan sebatang rokok.

    “Bagaimana kalau Oom Benny sampai tahu, Tante..? Saya takut.., saya merasa berdosa…” kataku lemah.

    Tapi tanteku malah tersenyum dan memelukku dengan mesra.

    “Asal kamu tidak memberitahu orang lain, perbuatan kita aman. Lagi pula Oommu itu udah nggak bisa melakukan hubungan badan sejak lama. Dia itu impotent, Wel..!” tutur wanita tanpa busana yang penuh daya tarik itu.

    “Jadi semua ini Tante lakukan karena Oom Benny tidak bisa menggauli Tante lagi, ya..?” tanyaku.
    “Ya. Bukan sekali ini saja Tante melakukan hal seperti ini.., sebelum sama kamu, Tante pernah melakukannya dengan beberapa teman bisnis Oommu. Terus terang Tante nggak tahan kalau seminggu tidak disentuh atau dipeluk laki-laki..” tutur Tante.

    Aku jadi geleng kepala mendengar penjelasan tanteku. Lalu aku bergerak mau pergi, tapi dengan cepat tante menahanku dan mengusap-usap dadaku yang berbulu.

    “Well.., kamu harus bersihkan badanmu dulu.., mandilah supaya segar..!” ucapnya lembut.

    Aku tak menjawab hanya menarik nafas panjang, lalu melangkah ke kamar mandi. Tubuhku terasa letih namun puas juga.

    Begitulah pengalaman di Surabaya yang kualami. Dan sampai saat ini aku telah mempunyai istri dan seorang anak.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Kisah Seks ku Waktu SMP – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Kisah Seks ku Waktu SMP – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1553 views

    Perawanku – Ketika Aku mempunyai cewek yang bernama Siska yang bersekolah satu SLTP denganku dan juga satu desa dan bahkan satu RT denganku. Siska orangnya imut, juga manis. Payudara Siska berukuran 32b (memang serasi untuk ukuran tubuh Siska yang bertinggi 165 cm, jadi terlihat sexy).

    Siska orangnya suka memakai BH yang membayang atau memakai baju/kaos yang transparan. Dia juga suka memakai celana pendek ketat sebatas paha sehingga menampakkan paha mulusnya itu
    Ini adalah kisah semasa aku masih di SLTP (sekarang aku kelas dua SMU). Perkenalkan dahulu namaku Indra, aku bersekolah di SLTP 3 Klaten. Aku orangnya manis (kata banyak temen temen cewekku) kayak bintang film India. Aku bertinggi badan 172 cm, berat badan 54 kg dan aku juga seorang model sehingga banyak cewek yang ingin menjadi pacarku. Cerita seks terbaru hanya ada di ceritapanas.com.Ini pengalaman ML-ku dengannya yang begitu indah, unik, dan mengasyikkan. Begini awalnya, saat itu aku sedang di rumah sendirian pada sore hari (kebiasaanku kalau sore hari aku ditinggal berjualan oleh ibuku jadi aku sendirian di rumah sedangkan ayahku sudah meninggal sejak aku kelas 2 SLTP). Saat itu aku sedang nonton TV sendirian (saat itu hari Minggu) Siska datang ke rumahku dan memintaku untuk menemaninya karena dia takut dirumah sendirian sebab ortunya pergi ke Semarang dan lusa baru pulang. Singkat cerita aku langsung menuju ke rumahnya.

    Aku langsung melanjutkan menonton acara TV yang sempat tertunda tadi sedangkan Siska berganti baju di kamarnya. Karena hawanya dingin aku langsung menutup pintu depan rumah jadi dirumah hanya ada kami berdua. Saat itu Siska selesai berganti baju, saat dia keluar aku langsung menatap tak berkedip karena Siska memakai baju yang begitu sexy dan merangsang. Saat itu Siska hanya memakai tanktop putih transparan (sebenarnya itu kaos dalam yang dipakai untuk melapisi BH) tanpa memakai BH lagi di dalamnya sehingga payudaranya terlihat jelas di dalamnya dan bawahannya memakai rok kaos mini yang menampakkan keindahan pahanya. Jika ada cowok yang ada didekatnya pasti cowok itu akan menelan ludah dan langsung beronani takkan tahan dengan tubuh indah Siska. Aku yang disuguhi pemandangan indah itu hanya bisa melotot tak berkedip.

    Siska langsung duduk disampingku dengan cueknya yang saat itu sedang terbengong. Dia langsung ikutan menonton TV.
    “Hai Ndra bengong aja”, tegurnya sambil mengibaskan tangannya.
    “Eh.. nggak kok”, jawabku terbata bata.
    Kami nonton TV sambil mengobrol berdua hingga pestanya habis. Kebetulan di rumahnya ada VCD jadi kami melanjutkan dengan menonton VCD karena acara TV-nya jadi membosankan. Kami menonton film yang baru dia sewa dari rental yang berjudul “007 – The World Is Not Enough”. Kami menikmati film itu berdua kebetulan di tengah film ada adegan ML yang dilakukan oleh James Bond dengan seorang pemeran cewek. Kami langsung terdiam memperhatikan adegan itu dengan penuh perhatian.

    Tanganku langsung menggenggam tangan Siska yang berada diatas pahaku. Tanpa sadar aku sudah melumat bibir Siska yang kelihatan sayu (mungkin dia terangsang juga). Aku langsung menindih Siska sambil tetap berciuman. Kami bermain bibir dan lidah lama sampai tak terasa tanganku sudah berada di atas payudaranya yang masih ditutupi oleh tanktopnya. Aku masih mengelusnya saja takut dia akan marah tapi ternyata dia malah meremas tanganku yang ada di payudaranya sambil merintih.

    “Ih.. mhh Ndra kok nikmat yah kamu elusin tadi”, katanya sambil meremas tanganku yang ada di susunya.
    Aku diam saja sambil terus meremas payudaranya karena telah mendapat “ijin”nya. Saat aku meremas remas payudaranya, dia meraba raba punggungku, terus ke bawah hingga sampai di daerah pahaku. Saat tiba didaerah pangkal pahaku tangannya berhenti dan meremas kontolku (aku masih memakai celanaku lengkap) yang sudah sejak pertama melihat penampilan Siska tadi telah ngaceng. Dia meremas remas terus.

    “Akhh.. mhh terus sayang”, kataku sambil meremas remas payudaranya keras keras karena rasa nikmatku di daerah kontolku sehingga tak sadar aku meremas kuat kuat payudaranya sampai sampai dia merintih kesakitan.
    “Akkhh Ndra jangan keras keras, sakit tau”, katanya setengah marah. Aku langsung minta maaf. Tangannya memasuki celana satinku (saat itu aku memakai kaos oblong terus bawahnya memakai celana satin tipis dengan celana dalam yang terbuat dari nilon tipis) dan langsung menggenggam kontolku. Karena terasa mengganggu aku menyuruhnya melepas saja celanaku.
    “Sis lepasin aja celanaku biar nggak ngganggu”, kataku sambil menurunkan celanaku. Dia terus membantu dengan meloloskan celanaku sampai terlapas hingga aku telanjang. Dan akupun mematikan TV karena suaranya mengganggu.
    Ndra kok besar banget”, katanya sambil memegang kontolku. Kontolku berukuran panjang 17 cm dengan diameter 4 cm.
    “Iya Sis dan hitam lagi”, kataku sambil bercanda (kontolku memang hitam).
    “Kocokin dong sayang”, kataku sambil menaik turunkan tangannya yang berada di kontolku. Dia langsung mengocok kontolku dengan kasar, maklum dia baru lihat kontol cowok jadi seperti mendapat mainan baru. Kocokannya terasa kasar tetapi malah membuat sensasi nikmat tersendiri.

    “Yang, kamu buka dong kaosmu biar aku lihat payudaramu masa aku saja yang telanjang”, kataku sambil mengangkat tanktopnya. Dia hanya tersenyum menggodaku. Aku langsung saja membuang tanktopnya sembarangan.
    “Yang, payudaramu indah banget sambil aku meremas remas payudaranya.”
    “Kamu kocokin dong kontolku, nah.. teruss yang”, kataku keenakan ketika dia melanjutkan kocokan di kontolku. Kami melakukan saling remas dengan berdiri berhadapan di depan kursi panjang, tanganku bosan meremas payudaranya langsung turun ke daerah pahanya dan mengelusi paha mulusnya tapi dia masih mengocok kontolku sampai kontolku terasa sakit. Aku menghentikan tangannya agar tidak menyakiti kontolku. Tangannya langsung memelukku dan badan kami langsung menyatu. Aku terus mengelusi pahanya. Hingga aku mendudukkan dia di kursi panjang.

    “Sis kamu duduk aja yah, aku mau ciumin tempik (vagina) kamu”, kataku tanpa basa basi. Aku langsung menaikkan roknya keatas tanpa melepasnya hingga terlihatlah celana dalamnya berwarna merah jambu dengan gambar bunga bunga kecil merangsangku semakin hebat saja. Aku langsung mencium tempiknya yang masih terbungkus celana dalamnya menghirup wangi khas tempiknya (aku paling suka mengintip celana dalam cewek kecil atau mini set, BH mini yang bergambar lucu lucu). Aku lama lama memandangi daerah tempiknya yang masih terbungkus dengan celana dalam bergambar bunga itu. Lalu tanganku pun menurunkan celana dalamnya sampai terlepas hingga terlihat tempik sempit nan indah dengan bulu tipis tipis. Sehingga tanpa sadar aku pun berkata takjub.
    “Sis.. oh Sis kok semakin indah sih sayang, aku boleh menciumnya nggak sih?”, tanyaku sambil meraba tempik Siska.
    “Iya sayang, cium dan, milikilah aku sudah nggak tahan”, kata Siskaku menahan gairahnya.
    Lalu akupun menciumnya perlahan lahan. Aku menciumnya dan tanganku yang kanan naik meremas payudaranya yang sudah tak berpenutup itu. Lama lama aku menjilati tempiknya dengan sedikit melumatnya kasar sehingga Siska merintih rintih kenikmatan.
    “Shh.. Ndraa.. ayo yang keras enak banget Ndra..”, rintihnya sambil meremas remas rambutku dan menekan kepalaku ke tempiknya. Aku melepas jilatanku pada tempiknya saat dia menikmati jilatanku dengan tiba tiba hingga membuatnya terengah engah.

    “Ndraa ayo kenapa kamu hentikan sayang”, katanya sambil terengah engah.
    “Yang kamu jilatin juga dong kontolku”, kataku sambil menurunkan lepas kaos dan roknya yang mini itu.
    “Gimana caranya”, tanyanya karena belum pernah.
    “Pinggangku di atas kepalamu dan pinggangmu tepat di bawah mukaku jadi seperti angka 69″, kataku karena aku ingin mempraktekkan gaya yang ada di film BF.
    “Lalu kamu mengulum kontolku lalu aku menjilati tempikmu sayang”, tambahku sambil mengatur posisiku di atas kepala Siska.
    “Ih.. yang, geli”, katanya menggenggam kontolku.
    “Iya sayang, kamu kulum itu”, kataku menyuruh Siska mengulum kontolku. Lalu Siska mengulum kontolku dan akupun mulai menjilati tempiknya dengan rakus karena kegelian.
    “Mhh.. nghh..”, suaranya Siska merintih sambil mengulum batang kontolku.
    “Shh.. mhh.. shh.. terus sayang”, kataku sambil kegelian dan jilatin tempiknya. Kami melakukannya lama sekali hingga Siska sampai pada puncaknya.
    “Akhh say aku mau pipis..”, katanya sambil melepas kulumannya. Aku pun tak mau melepas jilatanku malah semakin menjilat keras keras.
    “Yanghh udahh.. enak yang”, ceracaunya tak jelas. Lalu.. crot.. crot.. crot.. crot. Empat kali air maninya menyembur hingga meleleh kepahanya akupun menjilati tempiknya hingga bersih menikmati air maninya yang rasanya melebihi air madu itu hingga ke pahanya.

    “Shh udah sayang, geli tempikku kamu jilatin terus”, katanya mendorong mukaku menjauhi tempiknya yang indah itu.
    “Yang kamu gantian dong ngemut aku”, kataku sambil menyodorkan kontolku. Lalu Siska memegang kontolku dan menjilati kepalanya yang gundul. Lalu Siska memasukkan ke mulutnya dan ngemut seperti ngemut permen saja hingga aku mendesah desah keenakan.
    “Ahh sishh mhh enak sayang, kamu hebat”, kataku sambil tanganku meremas payudaranya yang menggantung kebawah karena Siska membungkuk. Lalu tanpa sadar akupun segera sampai.
    “Akhh.. shh.. mhh crot croot croot croot croot..”, 5 kali aku menembakkan sperma ke mulut Siska hingga meleleh keluar dari mulutnya. Aku sengaja tidak memberi tahu Siska kalau aku sampai karena aku ingin Siska merasakan air maniku. Kata orang Irian Jaya yang masih pedalaman, jika cewek pasangannya meminum air mani cowoknya dia akan setia pada pasangan cowoknya. Itu terbukti karena sampai sekarang Siska tidak mau pisah denganku.

    “Ih kamu “pipis” nggak bilang bilang, tapi kok enak yah sayang, kayak santan”, kata Siska sambil mengelap air mani yang keluar lewat pipinya.
    “Mhh.. enak kan sayang, mau yang enak lagi nggak”, kataku. Lalu tanpa minta izin dulu aku lalu melebarkan pahanya hingga dia agak mengangkangkan pahanya memperlihatkan bentuk tempiknya yang berbulu halus dan membukit indah itu.
    “Tahan yah sayang, tapi pasti enak kok. Kontolku akan aku masukkan ke tempikmu”, kataku
    “Iya deh masukin aja tapi pelan pelan yah biar aku liat masuknya”, katanya. Setelah itu aku langsung memasukkan kontolku perlahan lahan.
    Pertama tama seperti ada benda empuk yang menolak kontolku. Dua kali gagal lalu aku menarik tempik Siska ke kanan dan ke kiri agar bisa masuk dan aku menyuruh Siska memegang dan memasukkan kontolku kearah tempiknya.

    “Sis bantu dong sayang biar cepet masuk. Ini pegang kontolku dan aku menarik tempikmu agar bisa masuk”, kataku sambil menarik narik tempiknya. Lalu Siska memegang kontolku dan mengarahkan kontolku ke lubang tempiknya yang masih sempit perawan itu. Lalu.. 1,2,3 Bleesshh kepala kontolku baru masuk. Kepala kontolku saja yang masuk tapi sudah memberikan sejuta rasa bagi kami. Siska mendesah dan memegang pantatku dan aku menjerit kecil karena aku juga baru pertama menusuk tempik cewekku.

    “Ndra, sakit sayang..”, kata Ssika menahan perih.
    “Tahan yah sayang ntar juga enakan kok”, kataku.
    “Mhh nggak apa apa kok terusin sayang masukin kontolmu ayo”, kata Siska memberiku semangat agar lebih dalam memasukkan kontolku. Akupun segera mendorong pantatku maju agar kontolku segera masuk.
    Sleep.. pelan pelan kontolku masuk ke tempik Siska. Terasa sekali tempiknya memijat mijat kontolku memberikan kenikmatan yang membuatku seperti terbang hingga aku merasa ada selaput yang menahan masuknya kontolku.
    “Apaan sih, ini kok nahan sayang?”, tanyaku padanya (maklum baru pertama jadi aku tak tau yang namanya selaput dara.
    “Udah Ndra terusin aja deh”, jawabnya sambil menggigit bibir bawahnya. Lalu aku mendorong perlahan kontolku agar masuk lagi tetapi selaput itu masih menghalangi. Lalu aku memasukan kontolku dan mendorongnya kuat kuat. Sleep.. breett mirip kain sobek rasanya ketika kontolku menembus selaput itu.
    “Akhh shh.. sakiit sekali Ndra”, kata Siska sambil memelukku erat erat. Aku yang baru merasakan juga merasa sedikit perih pada kontolku seperti lecet memajukan kontolku pelahan lahan saja karena belum masuk semuanya dan setelah masuk semua baru aku mendiamkan kontolku di dalam tempik Siska. Rasanya memang sangat indah, nikmat, sakit, gatal, enak, perih semua berkumpul jadi satu tak bisa diungkapkan dengan kata kata.

    “Sis enak sekali rasanya tempikmu menjepit jepit kontolku”, kataku pada Siska karena memang tempik Siska memijati kontolku.
    “Perih Ndra, tapi nggak apa apa”, katanya menahan perih di tempiknya karena keperawanannya baru saja hilang.
    Lalu perlahan lahan aku memaju mundurkan kontolku hingga aku mendesah dan Siska menjerit karena merasa perih dan nikmat bercampur.
    “Shh.. Siiss enak Sis tempikmu asik bangethh”, kataku tak jelas.
    “Mhh akhh.. sshh sakiit, periihh yang, kontolmu besar banget”, katanya.
    Gerakanku makin lama makin cepat saja. Slep.. slepp.. bleeshh.. blesshh.. bleshh.. cplokk.. cplokk irama senggama kami romantis banget.

    Sudah dua kali kami berganti posisi dari pertama aku diatas tubuh Siska lalu Siska berganti di atas tubuhku dan menggerakkan tubuhnya naik turun seperti naik kuda. Lalu tak terasa ada yang mau keluar dari dalam kontolku lagi.
    “Yang aku mau pipishh..”, kataku menahan gerakan pinggulnya.
    “Bentar sayang aku jugaa..”, teriaknya sambil meremas payudaranya sendiri. Hingga tak sabar aku membalikkan tubuh Siska dan melepas kontolku lalu menunggingkan tubuhnya lalu memasukkan kontolku ke dalam tempiknya lagi dan menggenjotnya kuat kuat karena aku merasa akan segera sampai.
    “Sleep.. slepp.. sleep cplok cplokk cplok.. shh akhh sshh aakhh”, desahan Siska dan bunyi persetubuhan kami beriringan lalu..
    “Croott.. croott.. crroott.. suurr.. suurr.. suurr”, kami saling melepaskan air mani kami dan aku memeluk pinggang Siska agar tidak tumpah air mani kami. Lalu aku berguling sambil tetap memeluk Siska agar kontolku tetap menancap di tempiknya dan membiarkan Siska diatas tubuhku.

    “Mhh Siska, kamu hebat, aku sayang kamu, “kataku sambil tetap memeluknya.
    “Shh.. kamu juga sayang , ini pertama kali aku lakuin enaak banget. Pantesan Papa sama Mama sering bertelanjang bareng kayak gini tak taunya enak ya, Yang”, katanya di atasku.
    “Memang kamu pernah lihat Papa sama Mama kamu main ginian?”, tanyaku.
    “Sering benget Ndra, hampir tiap hari ginian bahkan kalau di dapur atau di depan TV kalau aku sudah tidur”, katanya polos.
    “Ceritain dong”, aku memintanya bercerita sambil menarik tubuhku karena kontolku sudah mengecil di dalam tempiknya.
    “Bentar ya Yang, aku ganti baju dulu”, katanya.
    “Iya deh, aku tunggu disini”, kataku sambil duduk didepan TV yang mati. Aku mengelus elus kontolku yang masih basah mengkilat itu.
    Kontolku masih terasa nikmat sisa kenikmatan yang tadi. Lalu Siska keluar dari dalam dan memakai daster tipis dari bahan nilon berwarna merah jambu (kelihatanya warna kesukaan Siska) tanpa memakai apapun lagi di dalamnya sehingga transparan memperlihatkan semua keindahan tubuhnya dan membuat kontolku berdiri lagi.
    “Kekamarku yuk Yang, di sini dingin”, katanya.
    “Iya deh”, aku berdiri dan masuk kekamarnya tanpa memakai pakaianku karena aku kegerahan.
    “Ayo dong, ceritain”, kataku saat kami sudah sama sama berbaring berhadapan di ranjangnya Siska.
    “Dulu saat aku pulang sekolah Papa sama Mama lagi di dapur memasak berdua, tidak tau kalau aku udah datang, nah waktu itu aku denger suara mirip orang nangis tapi kok aneh karena penasaran aku deketin suara itu apa Papa sama Mama bertengkar ya, pikirku lalu aku intip dari dalam kamarku ini, kuintip dari celah ini (sambil menunjuk celah cendela yang menuju ke dapur rumahnya) lalu aku perhatiin.. kok Papa memangku Mama dari atas meja dapur dan Mama di atas Papa, mereka semua pada nggak pakai baju, baju mereka ada dibawah kaki Papa. Waktu itu Mama bergerak naik turun diatas perut Papa dan merintih rintih kayak orang nangis tapi kok mukanya kaya orang bahagia gitu..”, cerita Siska terputus dan tangannya memegang kontolku yang berdiri lagi karena memperhatikan cerita Siska lalu meremasnya. Lalu aku mendekat dan memasukkan tanganku kedalam rok dasternya mencari tempiknya lagi dan memasukkan jari jariku kedalam tempiknya.

    “Pelan pelan Yang masih sakit”, katanya sambil menahan tanganku agar tidak menusuk nusuknya keras keras.
    “Lanjutin dong sayang”, kataku sambil menusuk nusukkan tanganku ke tempiknya perlahan lahan.
    “Lalu Papa menjilati puting payudara Mama dan mengemutnya, tiba tiba Papa dan Mama saling peluk dan mereka menjerit bersama sama.. akhh Paa kata Mama, lalu Mama turun dari Papa lalu Mama mengemut kontolnya Papa yang besar banget..
    “Segini..”, kataku sambil menunjuk kontolku yang tegang membesar dalam genggaman tangan Siska.
    “Besaar lagi”, katanya sambil mendesah desah karena merasa geli dalam tempiknya ada benda asing.
    “Lalu? lanjutin dong”, kataku
    “Lalu Mama menjilatin kontol Papa sampai bersih, kok nggak jijik ya, pikirku saat itu tapi ternyata memang enak ya sayang? (dia nyengir) lalu Mama bilang udah Pa, ntar Siska pulang lho, lalu aku lepasin semua baju dan aku ganti baju”, ceritanya polos sekali. Tangannya lalu mulai menaik turunkan kontolku.
    “Kalau di TV?”, tanyaku lagi.
    “Dulu saat aku mau tidur, tapi Papa sama Mama masih nonton TV berdua, lalu aku intip Papa sama Mama saling raba raba, Papa meraba ke payudara Mama dan tempik Mama tapi Mama meraba kontol Papa yang masih tertutup celana pendek Papa, lalu Papa menarik daster Mama sampai Mama nggak pakai apa apa lagi, ternyata Mama nggak pakai pakaian dalam, lalu Papa meremas payudara Mama dan menciuminya. Mama mendesah dan memandang ke atas seperti keenakan lalu Mama melepasi semua baju Papa sampai Papa telanjang dan mengulum kontol Papa seperti mengulum permen. Papa keenakan sambil meremas rambut Mama sampai berantakan, lalu Mama berbaring di sofa TV dan Papa menaiki tubuh Mama dan memasukkan kontol Papa ke tempik Mama yang bulunya lebat lalu bergerak naik turun berkali kali, kayaknya mereka sama sama keenakan hingga Papa sama Mama menjerit jerit dan mendesah, lalu setelah lama Papa naik turun Papa turun dari tubuh Mama dan menjilati tempiknya Mama lalu aku masuk dan menutup kamarku, saat itu aku langsung melepas semua pakaian dalamku dan kembali memakai dasterku lalu aku mengelusi tempikku sendiri naik turun karena sudah gatel banget tempikku, Yang”, katanya polos sekali.

    “Seperti ini?”, kataku sambil mengelusi tempik Siska.
    “Yahh.. shh kaya gitu, enakhh, Yang”, katanya sambil memegang tanganku.
    Lalu di luar ada bel pintu berbunyi.
    “Yang, bukain dulu, siapa tuch di depan”, kataku karena takut kalau ortu Siska pulang. Lalu Siska berlari keluar sambil membenahi dasternya yang berantakan lalu membuka pintu rumahnya ternyata Desi tetangga kami yang juga kelas tiga SLTP tapi beda sekolah dengan kami. Lalu Desi masuk dan Siska mengajak Desi main bersama kami asal Desi jaga rahasia dan ternyata memang Desi mau jaga rahasia, jadi kami main lagi bertiga. Lalu Desi masuk kekamar Siska.

    “Kamu Ndra ngapain di sini, tanpa baju lagi”, katanya terkejut melihatku telanjang bulat.
    “Ssstt jangan keras keras, yang penting ayo main”, kataku membungkam mulut Desi.
    “Iya Des, kita main ginian yuk, katanya kamu pingin nyobain”, ajak Siska.
    “Iya sih tapii..”, kata Desi.
    “Nggak apa apa deh, ntar kita jaga bertiga rahasia ini”, kata Siska lagi.

    Lalu Desi diam saja tak tau apa yang mesti dia perbuat. Lalu aku mendekatinya dan memeluknya dari depan memegang meremas payudaranya tapi dia masih saja diam lalu aku menurunkan kaos ketatnya hingga terlihat BH-nya yang berwarna putih bersih. Desi mulai ada tanggapan padaku, dia lalu memelukku dan meraba raba punggungku lalu aku memeluknya dan meraba punggungnya juga.

    Lalu Siska bergabung dan berjongkok dibawahku untuk mengemut kontolku yang sejak tadi tegang terus. Aku lalu meremasi payudara Desi yang berukuran 34 itu (memang lebih besar dari Siska tapi runcing diputingnya) yang masih ditutupi BH dan menarik BH-nya sampai kaitanya terputus lalu membuangnya sembarangan.

    “Pelan pelan Ndra, nanti BH-ku gimana?”, kata Desi takut kalau BH-nya rusak. Aku diam saja karena melihat keindahan payudara cewek selain punya Siska terus meremas payudara Desi. Setelah puas meremasnya aku segera saja melumat putingnya yang sedikit mengeras pertanda Desi mulai terangsang. Sedang Siska masih mempermainkan kontolku dibawah
    Aku meremas payudara kiri Desi sedang payudara kanan Desi aku lumat habis habisan. Desi tak sadar meremas remas kepalaku sampai rambutku berantakan.

    Lalu aku mencabut kuluman Siska pada kontolku dan membaringkan Desi diranjang Siska lalu menurunkan celananya 3/4 hingga terlihat celana dalam Desi yang mini sekali berwarna hitam berenda. Karena memakai tali disamping kiri kanannya hingga hanya mampu menutupi tempik Desi saja. Lalu aku mulai mengerjai tempik Desi yang masih terbungkus celana dalam sexynya itu. Desi hanya melihat dari atas karena belum pernah melakukannya. Sedang Siska hanya menonton kami bermain.

    Aku menjilat, mencium, dan menggigit kecil pada tempiknya hingga Desi merem melek keenakan. Lalu aku mulai menarik celana dalam Desi hingga tali talinya terlepas dan membuangnya sembarangan. Lalu aku kembali menjilati tempik Desi yang ternyata sangat indah menggunduk tebal dengan bulu yang lebat jauh lebih lebat dari punya Siska yang mulai basah cairan kenikmatan Desi. Aku menjilatinya naik turun kekiri den kekanan pada itilnya yang nyempil bikin geregetan aku saja. Desi yang keenakan mendesah desah tak karuan.

    “Ndra nikmat terushh.. Ndraa”, katanya mendesah merangsang. Aku sesekali menjilat sesekali menyedot tempik Desi hingga lama sampai tak terasa.
    “Akhh.. Ndra aku mau pipis Ndra”, desahnya telah sampai pada puncaknya. Lalu aku memeluk pinggangnya dan suurr.. suurr.. suurr.. ssuurr empat kali cairan putihnya menyembur dari tempiknya. Aku menjilati semua cairannya sampai habis karena rasanya enaak sekali. Kayaknya punya Desi lebih manis dari punya Siska tapi sedikit encer.
    “Uumhh Ndra, enak banget deh, tadi Siska pasti keenakan”, katanya.
    “Iya dong, kamu mau yang lebih enak lagi nggak?”, kataku. Sedangkan Siska sedang memainkan tempiknya sendiri dan meremas payudaranya di atas meja belajarnya karena terangsang berat melihat permainan kami.
    “Ndra, aku ingin rasain air pejuh (sperma) kamu boleh nggak?”, tanyanya.
    “Boleh, kenapa tidak”, kataku. Lalu Desi mendekatkan wajahnya ke kontolku karena tadi melihat Siska mengulum kontolku. Lalu dengan pelahan terus menerus Desi ngemut kontolku sampai tak terasa kontolku kembali akan mengeluarkan airnya.
    “Des, aku nyampe lhotelan yah”, kataku memegangi kepala Desi. Lalu crot.. croott..crot 3 kali kontolku menembakkan pejuh kedalam mulut Desi lalu Siska mendekati Desi.
    “Des, bagi dong aku mau nih”, katanya lalu mencium bibir Desi dan berebut air pejuhku. Aku istirahat sebentar karena kelelahan.
    “Ndra, aku mau dong kaya yang ada di BF itu”, katanya.
    “Gimana?”, tanyaku pura pura tidak mengerti.
    “Itu lho yang cowok memasukkan tititnya (Desi menyebut kontol dengan titit) ke dalam tempik ceweknya”, katanya.
    “Emang kamu mau?”, tanyaku.
    “Iya aku pingin banget ngerasain kata Kak Sinta (kakak Desi) enak banget kaya di surga”, katanya lagi.
    “Iya deh, tapi kamu siap siap dong”, kataku sambil naik ke tubuh Desi dan mengangkangkan paha Desi kaya Siska tadi lalu menarik tempik Desi ke kanan dan kekiri.
    “Des, bantuin dong, masukin kontolku gih”, kataku. Lalu Desi memegang kontolku dan menempelkanya ke tempiknya.
    Aku lalu mendorong kontolku.. bleeshh.. kepala kontolku masuk duluan.
    “Akhh.. Ndra emhh enak”, kata Desi berbeda dengan Siska yang kesakitan saat aku masukin kontolku. Tangannya mendorong pantatku agar kontolku lebih memasuki tempiknya dan slleepp.. kontolku pelahan lahan memasuki tempiknya tapi anehnya Desi malah keenakan nggak kesakitan.
    “Shh.. terusin Ndraa enaak”, katanya terus menekan pinggulku hingga kontolku kembali menyentuh selaput tipis seperti punya Siska.
    “Tahan yah Des”, kataku.
    “Udah Ndra, masukin cepetan aku tak tahan”, katanya kembali menekan pinggulku. Aku lalu menekan pinggulku kuat kuat dan.. breet ada seperti kain tipis kembali terlewati kontolku.
    “Akhh shh perriih”, Desi baru berteriak kesakitan.
    “Pelan dulu Ndra, tempikku perih”, katanya. Aku lalu mendiamkan kontolku di dalam tempik Desi dan menikmati jepitan jepitan tempik Desi pada kontolku.

    Aku melihat kearah Siska yang sedang masturbasi sambil mengangkat roknya keatas menggunakan HP 8250 milik Desi yang kecil dan mengeluar masukan HP itu. Aku merasa kasihan banget karena dia sudah terangsang banget lalu aku menyuruhnya berdiri menghadapkan tempiknya ke mukaku agar tempiknya dapat aku puaskan. Lalu aku menaik turunkan pinggulku pelahan lahan sambil menikmati remasan remasan tempik Desi.
    “Shh.. akhh.. shh.. akkhh”, desahan Desi keras keras membuat aku makin semangat menyetubuhinya.
    “Shh.. Ndraa ukhh”, desahan Siska tak kalah indah sambil meremas kepalaku. Aku menggenjot tempik Desi dan sambil melumat tempik Siska sungguh pengalaman bersetubuhku yang indah dan baru pertama kali. Gerakan pinggulku dari perlahan menjadi semakin cepat dan semakin cepat hingga Desi memeluk pinggangku erat erat tanda Desi akan sampai dan..
    “Shh akkhh surr.. suurr.. suurr.. ssuur”, Desi sampai untuk yang kedua kalinya.
    Lalu aku mencabut kontolku dari tempik Desi dan membaringkan Siska di ranjangnya lalu kembali memasukan kontolku ke dalam tempik Siska dan menggenjotnya kuat kuat.
    “Shh.. mhh.. sshh.. akhh”, desahan Siska.
    “Mhh.. ahh Siska, tempikmu nikmathh”, rintihanku menahan kenikmatan.
    Lalu serr.. serr.. serr.. Siska telah sampai duluan.
    Sleep.. sleep.. clleepp.. clleepp suara kocokan antara kontolku dan tempik Siska merdu.
    “Ndra sudah yang aku capek, geli Yang, udah”, katanya tapi aku tak peduli dan terus menggerakan pinggulku kesetanan
    “Nggh.. hhaahh.. maahh.. gelii”, desahan Siska malah membuat aku nggak sampai sampai. Sedangkan Desi hanya diam menonton saja sambil mengelus elus tempik dan payudaranya yang basah oleh keringat.

    Hingga akhirnya, “Sis mhh.. yahh.. clep.. sllepp clleepp croot crot crot croot crroott”, aku sampai juga.
    Ranjang Siska morat marit tidak karuan dan banyak bercak darah dan lendir putih disana sini berbau aneh. Bercak darah dari Desi dan Siska yang telah aku perawani.
    Akhirnya kami bertiga tidur bersamaan dan tidak memakai baju sama sekali. Aku terbangun pada tengah malam karena udara terasa dingin banget dan menyenggol kaki Desi hingga terbangun.

    “Des, dingin yah”, kataku.
    “Iya Ndra”, jawabnya.
    “Des pakaian dalammu rusak biar besok aku ganti yah”, kataku sambil mengambil pakaian dalam Desi dan menyimpannya
    “Iya deh, tapi besok aku gimana?”, tanyanya.
    “Besok kamu nggak usah pakai dulu, terus aja pulang dan ganti baju, lagi pula punya Siska kan kekecilan karena kamu lebih besar dari Siska”, kataku.
    “Tapi payudaraku kelihatan dong, ntar dilihatin Mamaku gimana”, katanya lalu mendekatiku dan duduk di sampingku.
    “Besok kamu pakai aja jaketnya Siska biar payudaramu tertutup lalu kamu pakai celanamu itu, nggak bakalan kelihatan tempikmu kok, karena celanamu kan tebel”, kataku
    “Oklah, Ndra sini aku mau liat titit kamu”, katanya lalu memegang kontolku.
    “Kok bisa yah bikin puas orang padahal kan benda ini kecil”, katanya sambil menimang nimang kontolku dan aku hanya tiduran menciumi bibir Siska yang kecil mungil berwarna merah jambu itu.
    “Iya dong kan itu burung dewa”, kataku sambil meremas payudara Siska yang menggelantung ke kanan karena tidur Siska ke arah kanan (aku mulai terangsang lagi karena kontolku dimainin lagi).
    Lalu Desi kembali mengulum kontolku dan saat itu Siska terbangun karena remasanku terlalu keras
    “Ndra, sakit”, katanya lalu bangun dan aku bangun juga.
    “Desi, kamu keenakan dari tadi aku juga mau dong”, lalu Siska ikutan berebut ngemut kontolku. Saat itu rasanya seperti dijalari beribu semut dan dialiri listrik ribuan watt.
    “Sudah kalau tak tahan masukin aja kontolku ke tempik kalian”, kataku lalu aku tiduran dan Siska naik ke selangkanganku dan menduduki kontolku hingga masuk semua dan bergerak semakin lama semakin cepat. Mereka bergantian memasukkan kontolku ke dalam tempiknya menjadikanku seperti mainan hingga mereka puas.

    Kami melakukan skandal ini hingga sekarang. Aku biasa bermain bertiga antara aku, Siska, Desi. Terkadang juga hanya aku dengan Desi, terkadang hanya aku dengan Siska, terkadang di rumah Siska terkadang di rumah Desi atau terkadang di rumahku. Kami melakukan semua itu tanpa bosan bosannya.

  • Cerita Sek Ketagihan Menikmati Memek Gadis Arab Yang Hot – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sek Ketagihan Menikmati Memek Gadis Arab Yang Hot – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1363 views

    Perawanku – Hotel tempatku menginap adalah sebuah hotel yang tidak terlalu besar, namun bersih dan enak untuk tinggal. Letaknya agak sedikit di pinggiran kota, sepi, aman, dan transport untuk kemana-mana relatif mudah.

    Aku mendapat kamar dilantai 2 yang letaknya menghadap ke laut. Setiap sore sambil beristirahat setelah seharian berputar-putar dari satu instansi ke instansi lainnya aku duduk di teras sambil melihat laut.

    Para karyawan hotel cukup akrab dengan penghuninya, mungkin karena jumlah kamarnya tidak terlalu banyak, sekitar 32 kamar. Aku cukup akrab dan sering duduk di lobby, ngobrol dengan tamu lain atau karyawan hotel. Kadang-kadang dengan setengah bercanda aku ditawari selimut hidup oleh karyawan hotel, mulai dari room boy sampai ke security.

    Mereka heran selama hampir 3 minggu aku tidak pernah bawa perempuan. Aku tersenyum saja, bukan tidak mau bro, tapi pikiranku masih tersita ke pekerjaan.

    Tak terasa sudah 3 minggu aku menginap di hotel. Karena surat-surat yang diperlukan sudah selesai, aku bisa sedikit bernafas lega dan mulai mencari hiburan. Tadi malam aku kembali dapat merasakan kehangatan tubuh perempuan setelah bergumul selama 2 ronde dengan seorang gadis panggilan asal Manado. Aku mendapatkannya dari security hotel.

    Meskipun orangnya cantik dan putih, tetapi permainannya tidak terlalu istimewa karena barangnya terlalu becek dan sudak kendor, tapi lumayanlah buat mengurangi sperma yang sudah penuh.

    Dua hari lagi aku akan pulang. Transportasi di daerah ini memang agak sulit. Untuk ke Jakarta aku harus ke ibukota propinsi dulu baru ganti pesawat ke Jakarta. Celakanya dari kota ini ke ibukota propinsi dalam 1 minggu hanya ada 4 penerbangan dengan twin otter yang kapasitasnya hanya 17 seat.

    Belum lagi cadangan khusus buat pejabat Pemda yang tiba-tiba harus berangkat. Aku yang sudah booking seat sejak seminggu yang lalu, ternyata masih masuk di cadangan nomor 5.

    Alternatifnya adalah dengan menaiki kapal laut milik Pelni yang makan waktu seharian untuk sampai ibukota propinsi. Rencanaku kalau tidak dapat seat pesawat terpaksa naik kapal laut.

    Sore itu aku ngobrol dengan security, yang membantu mencarikan perempuan, sambil duduk-duduk di cafe hotel. Kami membicarakan gadis Manado yang kutiduri tadi malam. Kubilang aku kurang puas dengan permainannya.

    Tiba-tiba saja pandanganku tertuju pada wanita yang baru masuk ke cafe. Wanita itu kelihatan bertubuh tinggi, mungkin 168 cm, badannya sintal dan dadanya membusung. Wajahnya kelihatan bukan wajah Melayu, tapi lebih mirip ke wajah Timur Tengah. Security itu mengedipkan matanya ke arahku.
    ” Bapak berminat ? Kalau ini dijamin oke, Arab punya,” katanya.

    Wanita tadi merasa kalau sedang dibicarakan. Ia menatap ke arah kami dan mencibir ke arah security di sampingku.

    “Anis, sini dulu. Kenalan sama Bapak ini,” kata security itu.
    “Aku mau ke karaoke dulu,” balas wanita tadi. Ternyata namanya Anis. Anis berjalan kearah meja karaoke dan mulai memesan lagu.

    Ruangan karaoke tidak terpisah secara khusus, jadi kalau yang menyanyi suaranya bagus lumayan buat hiburan sambil makan. Tapi kalau pas suara penyanyinya berantakan, maka selera makan bisa berantakan. Untuk karaoke tidak dikenakan charge, hanya merupakan service cafe untuk tamu yang makan disana.

    “Dekatin aja Pak, temani dia nyanyi sambil kenalan. Siapa tahu cocok dan jadi,” kata security tadi kepadaku.
    Aku berjalan dan duduk didekat Anis. Kuulurkan tanganku, “Boleh berkenalan ? Namaku Jokaw”.

    “Anis,” jawabnya singkat dan kembali meneruskan lagunya. Suaranya tidak bagus cuma lumayan saja. Cukup memenuhi standard kalau ada pertunjukan di kampung.

    Beberapa lagu telah dinyanyikan. dari lagu dan logat yang dinyanyikan wanita ini agaknya tinggal di Manado atau Sulawesi Utara. Dia mengambil gelas minumannya dan menyerahkan mike ke tamu cafe di dekatnya.
    “Sendirian saja nona atau …,” kataku mengawali pembicaraan.
    “Panggil saja namaku, A…N…I…S, Anis,” katanya.

    kami mulai terlibat pembicaraan yang cukup akrab. Anis berasal dari Gorontalo. Ia memang berdarah Arab. Menurutnya banyak keturunan Arab di Gorontalo. Kuamati lebih teliti wanita di sampingku ini. Hidungnya mancung khas Timur Tengah, kulitnya putih, rambutnya hitam tebal, bentuk badannya sintal dan kencang dengan payudaranya terlihat dari samping membusung padat.

    Kutawarkan untuk mengobrol di kamarku saja. Lebih dingin, karena ber-AC, dan lebih rileks serta privacy terjaga. Ia menurut saja. kami masuk ke dalam kamar. Security tadi kulihat mengangkat kedua jempolnya kearahku. Di dalam kamar, kami duduk berdampingan di karpet dengan menyandar ke ranjang sambil nonton TV. Anis masuk ke kamar mandi dan sebentar kemudian sudah keluar lagi.

    Kami melanjutkan obrolan. Ternyata Anis seorang janda gantung, suaminya yang seorang pengusaha, keturunan Arab juga, sudah 2 tahun meninggalkannya namun Anis tidak diceraikan. ia sedang mencoba membuka usaha kerajinan rotan dari Sulawesi yang dipasarkan disini. Dikta ini dia tinggal bersama familinya. Ia main ke hotel, karena dulu juga pernah tinggal di hotel ini seminggu dan akrab dengan koki wanita yang bekerja di cafe. dari tadi siang koki tersebut sedang keluar, berbelanja kebutuhan cafe.

    Kulingkarkan tangan kiriku ke bahu kirinya. Ia sedikit menggerinjal namun tidak ada tanda-tanda penolakan. aku semakin berani dan mulai meremas bahunya dan perlahan-lahan tangan kiriku menuju kedadanya. Sebelum tangan kiriku sampai di dadanya, ia menatapku dan bertanya, “Mau apa kamu, Jokaw ?” Sebuah pertanyaan yang tidak perlu dijawab.

    Kupegang dagunya dengan tangan kananku dan kudekatkan mukanya ke mukaku. Perlahan kucium bibirnya. Ia diam saja. Kucium lagi namun ia belum juga membalas ciumanku.

    “Ayolah Anis, 2 tahun tentulah waktu yang cukup panjang bagimu. Selama ini tentulah kamu merindukan kehangatan dekapan seorang laki-laki,” kataku mulai merayunya.

    Kuhembuskan napasku ke dekat telinganya. Bibirku mulai menyapu leher dan belakang telinganya.

    “Akhh, tidak.. Jangan..,” rintihnya.
    “Ayolah Nis, mungkin punyaku tidak sebesar punya suami Arab-mu itu, namun aku bisa membantu menuntaskan gairahmu yang terpendam”.
    Ia menyerah, pandangan matanya meredup. Kucium lagi bibirnya, kali ini mulai ada perlawanan balasan dari bibirnya. tanganku segera meremas dadanya yang besar, namun sudah sedikit turun. Ia mendesah dan membalas ciumanku dengan berapi-api. Tangannya meremas kejantananku yang masih terbungkus celana.

    Kududukan ia ditepi ranjang. Aku berdiri didepannya. tangannya mulai membuka ikatan pinggang dan ritsluiting celanaku, kemudian menyusup ke balik celana dalamku. Dikeluarkannya kejantananku yang mulai menegang. Dibukanya celanaku seluruhnya hingga bagian bawah tubuhku sudah dalam keadaan polos.

    Mulutnya kemudian menciumi kejantananku, sementara tangannya memegang pinggangku dan mengusap kantung zakarku. Lama kelamaan ciumannya berubah menjadi jilatan dan isapan kuat pada kejantananku. Kini ia mengocok kejantananku dengan mengulum kejantananku dan menggerakan mulutnya maju mundur.

    Aliran kenikmatan segera saja menjalari seluruh tubuhku. Tangannya menyusup ke bajuku dan memainkan putingku. Kubuka kancing bajuku agar tangannya mudah beraksi di dadaku. Kuremas rambutnya dan pantatkupun bergerak maju mundur menyesuaikan dengan gerakan mulutnya.

    Aku tak mau menumpahkan sperma dalam posisi ini. Kuangkat tubuhnya dan kini dia dalam posisi berdiri sementara aku duduk di tepi ranjang. Tanpa kesulitan segera saja kubuka celana panjang dan celana dalamnya. Rambut kemaluannya agak jarang dan berwarna kemerahan.

    Kemaluannya terlihat sangat menonjol di sela pahanya, seperti sampan yang dibalikkan. Ia membuka kausnya sehingga sekarang tinggal memakai bra berwarna biru.

    Kujilati tubuhnya mulai dari lutut, paha sampai ke lipatan pahanya. Sesekali kusapukan bibirku di bibir vaginanya. Lubang vaginanya terasa sempit ketika lidahku mulai masuk ke dalam vaginanya.

    Ia merintih, kepalanya mendongak, tangannya yang sebelah menekan kepalaku sementara tangan satunya meremas rambutnya sendiri. Kumasukan jari tengahku ke dalam lubang vaginanya, sementara lidahku menyerang klitorisnya. Ia memekik perlahan dan kedua tangannya meremas payudaranya sendiri. Tubuhnya melengkung ke belakang menahan kenikmatan yang kuberikan. Ia merapatkan selangkangannya ke kepakalu. Kulepaskan bajuku dan kulempar begitu saja ke lantai.

    Akhirnya ia mendorongku sehingga aku terlentang di ranjang dengan kaki masih menjuntai di lantai. Ia berjongkok dan, “Sllruup..”. Kembali ia menjilat dan mencium penisku beberapa saat. Ia naik keatas ranjang dan duduk diatas dadaku menghadapkan vaginanya di mulutku.

    Tangannya menarik kepalaku meminta aku agar menjilat vaginanya dalam posisi demikian.

    Kuangkat kepalaku dan segera lidahku menyeruak masuk ke dalam liang vaginanya. Tanganku memegang erat pinggulnya untuk membantu menahan kepalaku. Ia menggerakan pantatnya memutar dan maju mundur untuk mengimbangi serangan lidahku.

    Gerakannya semakin liar ketika lidahku dengan intens menjilat dan menekan klitorisnya. Ia melengkungkan tubuhnya sehingga bagian kemaluannya semakin menonjol. tangannya kebelakang diletakan di pahaku untuk menahan berat tubuhnya.

    Ia bergerak kesamping dan menarikku sehingga aku menindihnya. Kubuka bra-nya dan segera kuterkam gundukan gunung kembar di dadanya. Putingnya yang keras kukulum dan kujilati. Kadang kumisku kugesekan pada ujung putingnya. Mendapat serangan demikian ia merintih “Jokaw, ayo kita lakukan permainan ini, Masukan sekarang..”.

    Tangannya menggenggam erat penisku dan mengarahkan ke lubang vaginanya. Beberapa kali kucoba untuk memasukannya tetapi sangat sulit. Sebenarnya sejak kujilati sedari tadi kurasakan vaginanya sudah basah oleh lendirnya dan ludahku, namun kini ketika aku mencoba untuk melakukan penetrasi kurasakan sulit sekali.

    Penisku sudah mulai mengendor lagi karena sudah beberapa kali belum juga menembus vaginanya. Aku ingat ada kondom di laci meja, masih tersisa 1 setelah 2 lagi aku pakai tadi malam, barangkali dengan memanfaatkan permukaan kondom yang licin lebih mudah melakukan penetrasi. namun aku ragu untuk mengambilnya, Anis kelihatan sudah di puncak nafsunya dan ia tidak memberikan sinyal untuk memakai kondom.

    Kukocokkan penisku sebentar untuk mengencangkannya. Kubuka pahanya selebar-lebarnya. Kuarahkan penisku kembali ke liang vaginanya.
    “Jokaw.. Kencangkan dan cepat masukkan,” rintihnya.

    Kepala penisku sudah melewati bibir vaginanya. Kudorong sangat pelan. Vaginanya sangat sempit. Entah apa yang menyebabkannya, padahal ia sudah punya anak dan menurut ceritanya pen*s suaminya satu setengah kali lebih besar dari penisku. Aku berpikir bagaimana caranya agar pen*s suaminya bisa menembus vaginanya.

    Penisku kumaju mundurkan dengan perlahan untuk membuka jalan nikmat ini. Beberapa kali kemudian penisku seluruhnya sudah menembus lorong vaginanya. Aku merasa dengan kondisi vaginanya yang sangat sempit maka dalam ronde pertama ini aku akan kalah kalau aku mengambil posisi di atas. Mungkin kalau ronde kedua aku dapat bertahan lebih lama. Akan kuambil cara lain agar aku tidak jebol duluan.

    Kugulingkan badannya dan kubiarkan dia menindihku. Anis bergerak naik turun menimba kenikmatannya. Aku mengimbanginya tanpa mengencangkan ototku, hanya sesekali kuberikan kontraksi sekedar bertahan saja supaya penisku tidak mengecil.

    Anis merebahkan tubuhnya, merapat didadaku. Kukulum payudaranya dengan keras dan kumainkan putingnya dengan lidahku. Ia mendengus-dengus dan bergerak liar untuk merasakan kenikmatan. Gerakannya menjadi kombinasi naik turun, berputar dan maju mundur. Luar biasa vagina wanita Arab ini, dalam kondisi aku dibawahpun aku harus berjuang keras agar tidak kalah. Untuk mempertahankan diri kubuat agar pikiranku menjadi rileks dan tidak berfokus pada permainan ini.

    15 menit sudah berlalu sejak penetrasi. Agaknya Anis sudah ingin mengakhiri babak pertama ini. Ia memandangku, kemudian mencium leher dan telingaku.
    “Ouhh.. jokaw, kamu luar biasa. Dulu dalam ronde pertama biasanya suamiku akan kalah, namun kami masih bertahan. Yeesshh.. Tahan dulu, sebentar lagi.. Aku..”.

    Ia tidak melanjutkan kalimatnya. Aku tahu kini saatnya beraksi. Kukencangkan otot penisku dan gerakan tubuh Anispun semakin liar. Akupun mengimbangi dengan genjotan penisku dari bawah. Ketika ia bergerak naik, pantatku kuturunkan dan ketika ia menekan pantatnya ke bawah akupun menyambutnya dengan mengangkat pantatku.

    Kepalanya bergerak kesana kemari. Rambutnya yang hitam lebat acak-acakan. sprei sudah terlepas dan tergulung di sudut ranjang. bantal di atas ranjang semuanya sudah jatuh ke lantai. Keadaan diatas ranjang seperti kapal yang pecah dihempas badai.

    Ranjangpun ikut bergoyang mengikutu gerakan kami. Suaranya berderak-derak seakan hendak patah. Akupun semakin mempercepat genjotanku dari bawah agar iapun segera berlabuh di dermaga kenikmatan.
    Semenit kemudian..

    “Aaggkkhh.. Nikmat.. Ouhh.. Yeahh,” Anis memekik.
    Punggungnya melengkung ke atas, mulutnya menggigit putingku. Kurasakan aliran kenikmatan mendesak lubang penisku. Aku tidak tahan lagi. Ketika pantatnya menekan ke bawah, kupeluk pinggangnya dan kuangkat pantatku.

    “Ouhh.. An.. Nis. Aku tidak tahan lagi.. Aku sampaiihh!”
    Ia memberontak dari pelukanku sampai peganganku pada pinggulnya terlepas. pantatnya naik dan segera diturunkan lagi dengan cepat.
    “Jokaw.. Ouhh Jokaw.. Aku juga..”.

    Kakinya mengunci kakiku dan badannya mengejang kuat. dengan kaki saling mengait aku menahan gerak tubuhnya yang mengejang. Giginya menggigit lenganku sampai terasa sakit. Denyutan dari dinding vaginanya saling berbalasan dengan denyutan dipenisku. Beberapa detik kemudian, kami masih merasakan sisa-sisa kenikmatan. ketika sisa-sisa denyutan masih terjadi badannya menggetar.

    Ia berbaring diatas dadaku sampai akhirnya penisku mulai mengecil dan terlepas dengan sendirinya dari vaginanya. Sebagian sperma mengalir keluar dari vaginanya di atas perutku. Anis berguling ke samping setelah menarik napas panjang.

    “Luar biasa kamu Kaw. Suamiku tidak pernah menang dalam ronde pertama, memang dalam berhubungan ia sering mengambil posisi di atas. tapi kami sanggup membawaku terbang ke angkasa,” katanya sambil mengelus dadaku.

    “Akupun rasanya hampir tidak sanggup menandingimu. Mungkin sebagian besar laki-laki akan menyerah di atas ranjang kalau harus bermain denganmu. Milikmu benar-benar sempit,” kataku balas memujinya.
    Memang kalau tadi aku harus bermain diatas, rasanya tak sampai sepuluh menit aku pasti sudah KO. Makanya, jangan cuma penetrasi terus main genjot saja, teknik bro!

    “Kamu orang Melayu pribumi, tapi kok bulunya banyak gini. Keturunan India atau mungkin Arab ya?”
    “Nggak ah, asli Indonesia lho..”.

    Ia masih terus memujiku beberapa kali lagi. Kuajak ia mandi bersama dan setelah itu kami duduk di teras sambil minum soft drink dan melihat laut. Aku hanya mengenakan celana pendek tanpa celana dalam dam kaus tanpa lengan.

    Ia mengenakan kemejaku, sementara bagian bawah tubuhnya hanya ditutup dengan selimut yang dililitkan tanpa mengenakan pakaian dalam.
    Ia duduk membelakangiku. Tubuhnya disandarkan di bahuku. Mulutku sesekali mencium rambut dan belakang telinganya. Kadang mulutnya mencari mulutku dan kusambut dengan ciuman ringan. Tangan kanannya melingkar di kepalaku.

    “Kamu nggak takut hamil melakukan hal ini denganku?”tanyaku.

    “Aku dulu pernah kerja di apotik, jadi aku tahu pasti cara mengatasinya. Aku selalu siap sedia, siapa tahu terjadi hal yang diinginkan seperti sore ini. Aku sudah makan obat waktu masuk ke kamar mandi tadi.

    Tenang saja, toh kalaupun hamil bukan kamu yang menanggung akibatnya.” katanya enteng.

    Jadi ia selalu membawa obat anti hamil. Untung saja aku tadi tidak berlaku konyol dengan memakai kondom. Mungkin saja sejak ditinggal suaminya ia sudah beberapa kali bercinta dengan laki-laki.

    Tapi apa urusanku, aku sendiri juga melakukannya. yang penting malam ini ia menjadi teman tidurku.

    Matahari sudah jauh condong ke Barat, sehingga tidak terasa panas. hampir sejam kami duduk menikmati sunset. Gairahku mulai timbul lagi. Kubuka dua kancing teratas bajunya. Kurapatkan kejantananku yang sudah mulai ingin bermain lagi ke pinggangnya. Kususupkan tanganku kebalik bajunya dan kuremas dadanya.

    “Hmmhh..,” ia bergumam.
    “Masuk yuk, sudah mulai gelap. Anginnya juga mulai kencang dan dingin,” kataku.

    Kamipun masuk ke dalam kamar sambil berpelukan. Sekilas kulihat tatapan iri dan kagum dari tamu hotel di kamar yang berseberangan dengan kamarku.
    “I want more, honey!” kataku.

    kami bersama-sama merapikan sprei dan bantal yang berhamburan akibat pertempuran babak pertama tadi. Kubuka bajunya dan kutarik selimut yang menutup bagian bawah tubuhnya. Kurebahkan Anis di ranjang. Kubuka kausku dan aku berdiri di sisi ranjang di dekat kepalanya.

    Anis mengerti maksudku. Didekatkan kepalanya ke tubuhku dan ditariknya celana pendekku. Sebentar kemudian mulut dan lidahnya sudah beraksi dengan lincahnya di selangkanganku. Aku mengusap-usap tubuhnya mulai dari bahu, dada sampai ke pinggulnya. Peniskupun tak lama sudah menegang dan keras, siap untuk kembali mendayung sampan.

    Lima menit ia beraksi. Setelah itu kutarik kepalanya dan kuposisikan kakinya menjuntai ke lantai. Kubuka mini bar dan kuambil beberapa potong es batu di dalam gelas. Kujepit es batu tadi dengan bibirku dan aku berjongkok di depan kakinya. Kurenggangkan kedua kakinya lalu dengan jariku bibir vaginanya kubuka.

    Bibirku segera menyorongkan es batu ke dalam vaginanya yang merah merekah. Ia terkejut merasakan perlakuanku. Kaki dan badannya sedikit meronta, namun kutahan dengan tanganku.
    “Ouhh.. Jokaw.. Kamu.. Gila.. Gila.. Jangan.. Cukup Kaw!” ia berteriak.
    Aku tidak menghiraukan teriakannya dan terus melanjutkan aksiku. Rupanya sensasi dingin dari es batu di dalam vaginanya membuatnya sangat terangsang. Kujilati air dari es batu yang mencair dan mulai bercampur dengan lendir vaginanya.

    “Jokaw.. Maniak kamu..,” ia masih terus memekik setiap kali potongan es batu kutempelkan ke bagian dalam bibir vagina dan klitorisnya.
    Kadang es batu kupegang dengan jariku menggantikan bibirku yang tetap menjilati seluruh bagian vaginanya. Kakinya masih meronta, namun ia sendiri mulai menikmati aksiku. Kulihat ke atas ia menggigit ujung bantal dengan kuat untuk menahan perasaannya.

    Akhirnya semua potongan es batu yang kuambil habis. Aku masih meneruskan stimulasi dengan cara cunilingus ini. Meskipun untuk ronde kedua aku yakin bisa bertahan lebih lama, namun untuk berjaga-jaga akan kuransang dia sampai mendekati puncaknya. yang pasti aku tak mau kalah ketika bermain dengannya.

    Kurang lebih sepuluh menit aku melakukannya.
    Ia terhentak dan mengejang sesaat ketika klitorisnya kugaruk dan kemudian kujepit dengan jariku. Kulepas dan kujepit lagi. Ia merengek-rengek agar aku menghentikan aksiku dan segera melakukan penetrasi, namun aku masih ingin menikmati dan memberikan foreplay dalam waktu yang agak lama. Beberapa saat aku masih dalam posisi itu. tangan kanannya memegang kepalaku dan menekannya ke celah pahanya. Tangan kirinya meremas-remas payudaranya sendiri.

    Aku duduk di dadanya. Kini ia yang membrikan kenikmatan pada penisku melalui lidah dan mulutnya. Dikulumnya penisku dalam-dalam dan diisapnya lembut. Giginya juga ikut memberikan tekanan pada batang penisku. Dilepaskannya penisku dan kini dijepitnya dengan kedua payudaranya sambil diremas-remas dengan gundukan kedua dagingnya itu. Kugerakkan pinggulku maju mundur sehingga peniskupun bergesekan dengan kulit kedua payudaranya.

    Kuubah posisiku dengan menindihnya berhadapan, kemudian mulutku bermain disekitar payudaranya. Anis kelihatan tidak sabar lagi dan dengan sebuah gerakan tangannya sudah memegang dan mengocok penisku dengan menggesekannya pada bibir vaginanya. Tanganku mengusap gundukan payudaranya dan meremas dengan pelan dan hati-hati.

    Ia menggelinjang. Mulutku menyusuri leher dan bahunya kemudian bibirnya yang sudah setengah terbuka segera menyambut bibirku. kami segera berciuman dengan ganas sampai terengah-engah. Penisku yang sudah mengeras mulai mencari sasarannya.

    Kuremas pantatnya yang padat dan kuangkat pantatku.
    “Jokaw.. Ayo.. Masukk.. Kan!”

    Tangannya menggenggam penisku dan mengarahkan ke dalam guanya yang sudah basah. Aku mengikuti saja. Kali ini ia yang mengambil inisiatif untuk membuka lebar-lebar kedua kakinya. Dengan perlahan dan hati-hati kucoba memasukan penisku kedalam liang vaginanya. Masih sulit juga untuk menembus bibir vaginanya. tangannya kemudian membuka bibir vaginanya dan dengan bantuan tanganku maka kuarahkan penisku ke vaginanya.

    Begitu melewati bibir vaginanya, maka kurasakan lagi sebuah lorong yang sempit. Perlahan-lahan dengan gerakan maju mundur dan memutar maka beberapa saat kemudian penisku sudah menerobos kedalam liang vaginanya.
    Aku bergerak naik turun dengan perlahan sambil menunggu agar pelumasan pada vaginanya lebih banyak. Ketika kurasakan vaginanya sudah lebih licin, maka kutingkatkan tempo gerakanku.

    Anis masih bergerak pelan, bahkan cenderung diam dan menungguku untuk melanjutkan serangan berikutnya.

    Kupercepat gerakanku dan Anis bergerak melawan arah gerakanku untuk menghasilkan sensasi kenikmatan. Aku menurunkan irama permainan. Kini ia yang bergerak liar. Tangannya memeluk leherku dan bibirnya melumat bibirku dengan ganas. Aku memeluk punggungnya kemudian mengencangkan penisku dan menggenjotnya lagi dengan cepat.

    Kubisikkan untuk berganti posisi menjadi doggy style. Ia mendorong tubuhku agar dapat berbaring tengkurap. Pantatnya dinaikkan sedikit dan tangannya terjulur kebelakang menggenggam penisku dan segera menyusupkannya kedalam vaginanya. Kugenjot lagi vaginanya dengan menggerakkan pantatku maju mundur dan berputar. Kurebahkan badanku di atasnya. kami berciuman dengan posisi sama-sama tengkurap, sementara kemaluan kami masih terus bertaut dan melakukan aksi kegiatannya.

    Aku menusuk vaginanya dengan gerakan cepat berulang kali. Iapun mendesah sambil meremas sprei. Aku berdiri di atas lututku dan kutarik pinggangnya. Kini ia berada dalam posisi nungging dengan pantat yang disorongkan ke kemaluanku. Setelah hampir sepuluh menit permainan kami yang kedua ini, Anis semakin keras berteriak dan sebentar-bentar mengejang. Vaginanya terasa semakin lembab dan hangat. Kuhentikan genjotanku dan kucabut penisku.

    Anis berbalik terlentang dan sebentar kemudian aku naik ke atas tubuhnya dan kembali menggenjot vaginanya. Kusedot putingnya dan kugigit bahunya. Kutarik rambutnya sampai mendongak dan segera kujelajahi daerah sekitar leher sampai telinganya. Ia semakin mendesah dan mengerang dengan keras. Ketika ia mengerang cukup keras, maka segera kututup bibirnya dengan bibirku. Ia menyambut bibirku dengan ciuman yang panas. Lidahnya menyusup ke mulutku dan menggelitik langit-langit mulutku. Aku menyedot lidahnya dengan satu sedotan kuat, melepaskannya dan kini lidahku yang masuk ke dalam rongga mulutnya.

    kami berguling sampai Anis berada di atasku. Anis menekankan pantatnya dan peniskupun semakin dalam masuk ke lorong kenikmatannya.
    “Ouhh.. Anis,” desahku setengah berteriak.

    Anis bergerak naik turun dan memutar. Perlahan-lahan kugerakkan pinggulku. Karena gerakan memutar dari pinggulnya, maka penisku seperti disedot sebuah pusaran.

    Anis mulai mempercepat gerakannya, dan kusambut dengan irama yang sama. Kini ia yang menarik rambutku sampai kepalaku mendongak dan segera mencium dan menjilati leherku. Hidungnya yang mancung khas Timur Tengah kadang digesekkannya di leherku memberikan suatu sensasi tersendiri.

    Anis bergerak sehingga kaki kami saling menjepit. kaki kirinya kujepit dengan kakiku dan demikian juga kaki kiriku dijepit dengan kedua kakinya. dalam posisi ini ditambah dengan gerakan pantatnya terasa nikmat sekali.

    Kepalanya direbahkan didadaku dan bibirnya mengecup putingku.
    Kuangkat kepalanya, kucium dan kuremas buah dadanya yang menggantung. Setelah kujilati dan kukecup lehernya kulepaskan tarikan pada rambutnya dan kepalanya turun kembali kemudian bibirnya mencari-cari bibirku. Kusambut mulutnya dengan satu ciuman yang dalam dan lama.

    Anis kemudian mengatur gerakannya dengan irama lamban dan cepat berselang-seling. Pantatnya diturunkan sampai menekan pahaku sehingga penisku masuk terbenam dalam-dalam menyentuh rahimnya.

    kakinya bergerak agar lepas dari jepitanku dan kini kedua kakiku dijepit dengan kedua kakinya. Anis menegakkan tubuhnya sehingga ia dalam posisi duduk setengah jongkok di atas selangkanganku. Ia kemudian menggerakan pantatnya maju mundur sambil menekan kebawah sehingga penisku tertelan dan bergerak ke arah perutku.

    Rasanya seperti diurut dan dijepit sebuah benda yang lembut namun kuat. Semakin lama semakin cepat ia menggerakkan pantatnya, namun tidak menghentak-hentak. darah yang mengalir ke penisku kurasakan semakin cepat dan mulai ada aliran yang merambat disekujur tubuhku.

    “Ouhh.. Sshh.. Akhh!” Desisannyapun semakin sering. Aku tahu sekarang bahwa iapun akan segera mengakhiri pertarungan ini dan menggapai puncak kenikmatan.
    “Tahan Nis, turunkan tempo.. Aku masih lama lagi ingin merasakan nikmatnya bercinta denganmu”.

    Aku menggeserkan tubuhku ke atas sehingga kepalaku menggantung di bibir ranjang. Ia segera mengecup dan menciumi leherku. Tak ketinggalan hidungnya kembali ikut berperan menggesek kulit leherku. Aku sangat suka sekali ketika hidungnya bersentuhan dengan kulit leherku.

    “Jokaw.. Ouhh.. Aku tidak tahan lagi!” ia mendesah. Kugelengkan kepalaku memberi isyarat untuk bertahan sebentar lagi.

    Aku bangkit dan duduk memangku Anis. Penisku kukeraskan dengan menahan napas dan mengencangkan otot PC. Ia semakin cepat menggerakkan pantatnya maju mundur sementara bibirnya ganas melumat bibirku dan tangannya memeluk leherku. Tanganku memeluk pinggangnya dan membantu mempercepat gerakan maju mundurnya. Dilepaskan tangannya dari leherku dan tubuhnya direbahkan ke belakang. Kini aku yang harus bergerak aktif.

    Kulipat kedua lututku dan kutahan tubuhnya di bawah pinggangnya. Gerakanku kuatur dengan irama cepat namun penisku hanya setengahnya saja yang masuk sampai beberapa hitungan dan kemudian sesekali kutusukkan penisku sampai mentok.

    Ia merintih-rintih, namun karena posisi tubuhnya ia tidak dapat bergerak dengan bebas. Kini aku sepenuhnya yang mengendalikan permainan, ia hanya dapat pasrah dan menikmati.

    Kutarik tubuhnya dan kembali kurebahkan tubuhnya ke atas tubuhku, matanya melotot dan bola matanya memutih. Giginya menggigit bahuku. Kugulingkan tubuhku, kini aku berada diatasnya kembali.

    Kuangkat kaki kanannya ke atas bahu kiriku. Kutarik badannya sehingga selangkangannya dalam posisi menggantung merapat ke tubuhku. Kaki kirinya kujepit di bawah ketiak kananku. Dengan posisi duduk melipat lutut aku menggenjotnya dengan perlahan beberapa kali dan kemudian kuhentakkan dengan keras.

    Iapun berteriak dengan keras setiap aku menggenjotnya dengan keras dan cepat. Kepalanya bergerak-gerak dan matanya seperti mau menangis.

    Kukembalikan kakinya pada posisi semula.
    Aku masih ingin memperpanjang permainan untuk satu posisi lagi.
    kakiku keluar dari jepitannya dan ganti kujepit kedua kakinya dengan kakiku. Vaginanya semakin terasa keras menjepit penisku. Aku bergerak naik turun dengan perlahan untuk mengulur waktu. Anis kelihatan sudah tidak sabar lagi. Matanya terpejam dengan mulut setengah terbuka yang terus merintih dan mengerang. Gerakan naik turunku kupercepat dan semakin lama semakin cepat.

    Kini kurasakan desakan kuat yang akan segera menjebol keluar lewat lubang penisku. Kukira sudah lebih dari setengah jam lamanya kami bergumul. Akupun sudah puas dengan berbagai posisi dan variasi. Keringatku sudah berbaur dengan keringatnya.

    Kurapatkan tubuhku di atas tubuhnya, kulepaskan jepitan kakiku. Betisnya kini menjepit pinggangku dengan kuat. Kubisikan, “OK baby, kini saatnya..”.
    Ia memekik kecil ketika pantatku menekan kuat ke bawah. Dinding vaginanya berdenyut kuat menghisap penisku. Ia menyambut gerakan pantatku dengan menaikan pinggulnya. Bibirnya menciumku dengan ciuman ganas dan kemudian sebuah gigitan hinggap pada bahuku.

    Satu aliran yang sangat kuat sudah sampai di ujung lubang penisku. Kutahan tekanan penisku ke dalam vaginanya. Gelombang-gelombang kenikmatan terwujud lewat denyutan dalam vaginanya bergantian dengan denyutan pada penisku seakan-akan saling meremas dan balas mendesak.

    Denyut demi denyutan, teriakan demi teriakan dan akhirnya kami bersama-sama sampai ke puncak sesaat kemudian setelah mengeluarkan teriakan keras dan panjang.

    “Anis.. Ouhh.. Yeaahh!!”
    “Ahhkk.. Lakukan Jokaw.. Sekarang!!”

    Akhirnya aliran yang tertahan sejak tadipun memancar dengan deras di dalam vaginanya. Kutekan penisku semakin dalam di vaginanya. Tubuhnya mengejang dan pantatnya naik. Ia mempererat jepitan kakinya dan pelukan tangannya. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan tangannya menekan kepalaku di atas dadanya. Ketika dinding vaginanya berdenyut, maka kubalas dengan gerakan otot PC-ku. Iapun kembali mengejang dan bergetar setiap otot PC-ku kugerakkan.

    Napas dan kata-kata penuh kenikmatan terdengar putus-putus, dan dengan sebuah tarikan napas panjang aku terkulai lemas di atas tubuhnya. kami masih saling mengecup bibir dan keadaan kamarpun menjadi sunyi, tidak ada suara yang terdebgar. hanya ada napas yang panjang tersengal-sengal yang berangsur-angsur berubah menjadi teratur.

    Lima belas menit kemudian kami berdua sudah bermain dengan busa sabun di kamar mandi. Kami saling menyabuni dengan sesekali melakukan cumbuan ringan. Setelah mandi barulah kami merasa lapar setelah dua ronde kami lalui. Sambil makan Anis menelpon familinya, kalau malam ini ia tidak pulang dengan alasan menginap di rumah temannya. Tentu saja ia tidak bilang kalau temannya adalah seorang laki-laki bernama Jokaw.

    Malam itu dan malam berikutnya tentu saja tidak kami lewatkan dengan sia-sia. Mandi keringat, mandi kucing, mandi basah dan tentunya mandi kenikmatan menjadi acara kami berdua.

    Esoknya setelah mengecek ke agen Merpati ternyata aku masih mendapat seat penerbangan ke kota propinsi, seat terakhir lagi. Ketika chek out dari hotel kusisipkan selembar dua puluh ribuan ke tangan security temanku. Ia tersenyum.

    “Terima kasih Pak,” katanya sambil menyambut tasku dan membawakan ke mobil.

    “Kapan kesini lagi, Pak? kalau Anis nggak ada, nanti akan saya carikan Anis yang lainnya lagi,” bisiknya ketika sudah berangkat ke bandara.
    Anis mengantarku sampai ke bandara dan sebelum turun dari mobil kuberikan kecupan mesra di bibirnya. Sopir mobil hotel hanya tersenyum melihat tingkah kami.

    Setahun kemudian aku kembali lagi ke kota itu dan ternya Anis tidak berada di kota itu lagi. Ketika kutelpon ke nomor yang diberikannya, penerima telepon menyatakan tidak tahu dimana sekarang Anis berada. Dengan bantuan security temanku maka aku mendapatkan perempuan lainnya, orang Jawa Tinur. Lumayan, meskipun kenikmatan yang diberikannya masih di bawah Anis.

  • Wanita Setengah Baya Terlihat Menggairahkan Bagiku

    Wanita Setengah Baya Terlihat Menggairahkan Bagiku


    1355 views

    Perawanku – Sebut saja aku Anto, usiaku saat ini sudah berkepala empat menjelang lima, sudah berkeluarga dengan anak dua. Perilaku dalam kehidupan seks normal, hanya saja jika pada umumnya laki-laki tertarik pada wanita yang usianya lebih muda, berbody seksi dengan pantat bahenol dan dada montok, sementara aku justru lebih tertarik pada wanita yang memiliki rambut tebal dan panjang, usia tidak masalah yang penting bukan ABG.

    Karena itu walau usiaku kini sudah termasuk setengah baya, namun jika melihat wanita yang berambut tebal dan panjang (kendati pemiliknya sudah setengah baya).. langsung saja gairah seksku meningkat. Yach..bisa jadi kondisiku ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa puberku dalam berhubungan badan dengan lawan jenis.

    Ketika itu usiaku baru 15 tahun dan kata orang betawi merupakan masa yang sedang ngebet-ngebetnya pengin ngesek (ngerasain seks). Cuma karena belum cukup umur, biasanya keinginan tersebut hanya disalurkan secara swalayan sambil membayangkan si “Nani” dengan berdesah.. Ooo.. na.. ni, o.. na.. ni (eh mungkin saja karena itu jadi banyak orang mengatakan kegiatan swalayan dengan istilah “onani”.).

    Pengalamanku diusia tersebut sedikit beruntung.. karena tidak harus berlama-lama swalayan. Dirumahku ada Bulik Anna yang saat itu sudah berusia 36 tahun tapi bodynya masih OK, rambutnya tebal, ikal, hitam dan panjang sepunggung. Dia sejatinya teman ibuku namun pada kesempatan-kesempatan tertentu dia bertindak sebagai “guru” sekaligus menjadi muara birahiku yang sedang menggebu-gebu. Bulik anna sangat pandai menjaga citra diri dan berakting manis didalam keluarga kami. Sehingga meskipun kami sudah ML berkali-kali ? kedua orang tuaku tidak curiga sama sekali. Kami sama-sama menikmati, dia puas karena dapat “burung muda” sementara akupun puas sebab tidak harus konak sendirian, lumayanlah ngirit sabun, hee..hee.. (O.. ya, pengalaman tentang pendaratan pertama “apollo”ku di “bulan”nya Bulik Anna sudah kuceritakan di situs ceritaseks15 ini loh.

    Suatu hari, tepatnya malam minggu tapi tanggal, bulan dan tahunnya lupa, Aku benar-benar bingung dan resah. Waktu itu aku baru pulang nonton film “Intan perawan kubu” dengan pemeran utama artis YO.(tahu khan??) Nah disalah satu adegannya ia tampil polos, hanya rambutnya yang ikal, panjang dibelah dua dan dipindahkan kedepan sehingga menutupi payudaranya.! Woouu.. aku jadi konak berat menyaksikan adegan tersebut dan yang bikin tambah resah ketika aku pulang kerumah. Inginnya langsung kusalurkan ke Bulik anna, namun lagi-lagi sial karena orangtuaku tidak jadi pergi malam itu, ketika aku pulang mereka sedang ngobrol diruang keluarga sambil nonton TV. Pokoknya..benar-benar suntuk aku malam itu, dan terpaksalah aku “onana”..(karena yang dikhayalin bulik anna)

    Paginya, aku dapat akal dan setelah sarapan pagi aku langsung bilang sama Ibuku..
    “Ma.. besok ada pelajaran sejarah, tapi kata Pak guru kami disuruh cari referensi buku lain, jadi aku pagi ini mau ke toko buku ya.”!
    “Lho emangnya kamu berani sendiri, khan Pak rus (sopir) libur hari ini” tanya ibuku..
    ” Berani sih, tapi kalau Bulik Anna mau nemani juga boleh, kami naik taksi aja ” jawabku sambil melirik bulik anna yang duduk disebelah ibuku.
    ” Enak.. aja kamu, tanya dulu tuh sama bulik..!! Piye.. Mbak, iso ora..! jawab ibuku sambil bertanya ke bulik Anna.
    ” ya.. udah bulik anterin..dasar anak manja “!! bulik anna menimpali pembicaraan kami sambil tersenyum dikulum penuh arti.
    ” Tuh..bulik mau khan Ma”!!, Nah minta uangnya dong
    ” Ah .. dasar kamu to!!”

    Selesai sarapan kami langsung bersiap-bersiap. Bulik Anna memakai rok terusan, rambutnya yang lebat dan panjang hanya dilipat setengah, sehingga tampak ia hanya memiliki rambut sebahu. Kamipun berpamitan pada kedua orang tuaku dengan tidak lupa minta sanggu yang lebih dengan alasan kami mau makan diluar. Kira -kira lima puluh meter setelah kami meninggalkan rumah, langsung saja kucubit bulik anna sambil kukatakan..
    “Ma’kasih ya bulik mau ngantar, sebenarnya aku pusing nih bulik”!!
    “Bulik tau koq.. dari tadi malam khan?! kata bulik anna sambil senyum sensasional.
    “Lho ..kalau bulik tahu, koq tadi malam tidak kekamarku setelah papa mama tidur??”
    “Tenang kita selesaikan ditempat biasa” sambungnya lagi, dan taksipun melaju ke arah kemayoran,..

    Setelah turun dari taksi kami langsung check in di suatu tempat yang sudah tidak asing lagi bagi kami. Disinilah kami sering ML jika keadaan dirumah tidak memungkinkan, tempat memang tidak terlalu bagus tetapi cukup nyaman untuk menyalurkan hasrat sesaat, apalagi para petugasnya sudah kenal dengan kami.

    Aku yang sudah menahan hasrat sejak tadi malam, makanya begitu masuk kamar langsung kuserbu bulik anna, kami berguling-gulung dikasur dengan bibir berpagutan lengket sekali. Mendapat serbuan mendadak, bulik anna sempat terperangah, sambil terenggah-enggah bulik Anna juga mengimbangi aktivitasku dengan sesekali bergumam..” huuh dasar anak muda!! tapi .. oenaak koq”.

    Bibir kami terus saling melumat sementara tangan kami saling beraksi melepas pakaian masing-masing.. sampai akhirnya kami berdua dalam keadaan polos tanpa ada lagi yang melekat ditubuh. Setelah melepas pakaiannya, tanganku kembali aktif meremas payudara bulik anna yang masih terasa kenyal..kumainkan pentilnya yang sudah mulai menjulang hitam semu merah. Jemari tangan bulik anna juga tidak kalah aktifnya, ia sudah mengocok lembut “apollo”ku. Hanya ketika dia berancang-ancang mengulum penisku.. kutahan tubuhnya.. dia sempat heran..

    “Sebentar bulik..” tadi malam aku konak berat dengan penampilan YO di film, jadi aku ingin bulik seperti dia..!! kataku menjelaskan.
    “Ok.. lah terserah kamu!! jawab bulik Anna pasrah..

    Dengan tetap berdiri, kubalik tubuh mulusnya, aku rapatkan tubuhku sehingga penisku nempel kepantat bulik Anna.. Kugesek-gesek pantatnya dengan penis, sementara tangganku mengurai rambut bulik Anna yang tebal, panjang dan harum..kusisir dengan jemari tanganku.. kemudian ku bagi dua..dan kupindahkan kedepan sehingga menutupi kedua payudara bulik Anna yang sudah tegang. Masih dari belakang dengan posisi tubuh berhimpitan.. tanganku meremas payudara yang tertutup rambut.. woauu asiknya bukan main.. diapun menikmati. Tubuhnya menggeliat.. sampai dia tidak tahan lagi dan langsung berbalik sambil berjongkok dan memegang penisku..yang sudah semakin mengeras.

    Dalam posisi dia jongkok aku berdiri, ia tidak langsung mengulum.. namun ia pindahkan rambutnya yang sudah tergerai berserakan keatas penisku..kini gantian dia yang memainkan penisku dengan rambutnya..
    “Auouu.. ah.. ahh.. enak sekali bulik”!! rintihku menahan geli bercampur nikmat yang luar biasa. Mendapat sensasi rambut seperti itu..aku hampir tidak tahan, tapi aku tidak ingin air maniku muncrat dirambutnya. Kudorong bahu bulik Anna.. agar Ia menghentikan sejenak pemainan rambutnya. Bulik Anna yang sudah mulai terangsang, tidak mau berhenti begitu saja.. dari pemainan rambut ia beralih melumat penisku dengan mulutnya.. Sambil dikulum penisku, kedua tanganku mengacak-acak rambut bulik Anna kesukaanku..

    Bayangkan.. aku merasa seperti diawang-awang, terasa darahku mengalir cepat, penisku terasa berdenyut-denyut menikmati kombinasi permainan lidah bulik Anna dikepala burung dengan sensasi rambut nya yang lebat berserakkan. Rambut bulik Anna yang sudah acak-acakan terus saja kumainkan..sehingga denyutan penisku terasa semakin cepat.. Mungkin hanya sekitar tiga menit aku menikmati permainan itu karena benar-benar tidak mampu lagi menahan sensasi yang luar biasa,.. “Ahh..auu..ahh.. bulik.. ahh.. aku keluar..”!! Air maniku muncrat deras. Saking banyaknya sampai tidak tertampung dimulut bulik Anna sehingga sebagian mengenai wajah dan rambutnya. Bulik Anna tampak belum orgasme, namun dia dengan sabar.. membantuku dalam menikmati saat konsolidasi..

    “Terimakasih Bulik..nikmat sekali”!! Kataku puas.
    “Sama-sama, istirahat dulu lah “! Kata Bulik Anna sambil memeluk dan mengibas-ngibaskan rambutnya ketubuhku..

    Aku merebahkan diri di kasur.., Bulik Annapun mengikuti tiduran disampingku. Sekitar lima menit aku tergolek dikasur, Ia masih memelukku, kemudian setelah dia melihat aku sudah siuman dari kenimatan, Ia mulai beraksi lagi dengan rambutnya. Dia geraikan rambutnya diatas tubuhku, mulai dari dadaku.. terus turun kebawah.., Persis diatas penisku dia gusel-guselkan kepalanya.. tampak benar.. rambut yang lebat dan harum berserakan..menutupupi sekitar penisku. Lalu dia atur lagi rambutnya untuk membalut payudaranya kemudian dia himpitkan payudara yang sudah dibalut rambutnya ke dadaku dan digerakkan naik turun.. Sensasional sekali .. sehingga tanpa terasa penisku tegak lagi, bahkan ketegangannya jauh lebih tegang dari yang pertama.

    Karena ini giliranku untuk memuaskan Bulik Anna, aku segera mengambil insiatif, kuputar tubuhnya menjadi aku diatas dia dibawah dengan selangkangannya tepat dimukaku sementara kepalanya juga tepat menghadap penisku..dan.. mulailah aktivitas 69. Posisi ini yang paling disukai oleh Bulik Anna, semakin aktif aku mempermainkan lidahku di liang vaginanya..semakin erotis gerakkan dia mengimbanginya. Tangganku memeluk erat kedua pahanya sehingga kepalaku semakin terbenam diselakangan. Puas lidahku mengitari lubang, kulanjutkan dengan menyedot dalam-dalam bagian tepinya. Tubuh Bulik Anna melonjak-lonjak sementara vaginanya sudah semakin basah.

    “Ayoo.. To masukin.. Bulik sudah ngga tahan nih..”!! seru Bulik Anna sambil membalikan tubuhnya. Ia berjongkok di atasku dan mengarahkan penisku menusuk liang vaginanya.. “slleebb”!!terdengar suara bersamaan dengan Bulik Anna menurunkan pantatnya. Dengan posisi itu, lalu dia bergerak meliuk-liuk sehingga payudara berguncang tersamar dengan rambutnya yang tergerai kian kemari mengikuti irama gerakkan. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan, langsung kutangkap dan kuremas-kuremas dengan penuh nafsu. Dengan aktivitas masing-masing, kami benar-benar saling menikmati, pantatku ikut bergerak naik turun seiirama dengan gerakan Bulik Anna, ..
    “Akh..oo.. enak..!! erang kami bergantian, disela-sela desahan nafas.

    Cukup lama kami bermain dengan posisi ini dan kulihat gerakan tubuh Bulik Anna sudah tidak beraturan. Segera aku mengangkat badan sehingga aku dapat memeluk Bulik Anna seperti orang memangku dan setelah beberapa kali kusodok-sodok.. kubalikan tubuhnya. Kami sempat bergumul namun tampaknya Bulik Anna sudah hampir orgasme, jadi begitu tubuhnya kutindihi, ia mengapitkan kedua pahanya, terasa lubang vagina Bulik Anna menyempit dan berdenyut-denyut.


    “Aouu.. to.. Bulik mauu keluar.. nih!!” .. Tubuhku dipeluk erat sekali..mulutnya langsung kututup dengan bibirku sementara tanganku menjambak lembut rambutnya untuk mengantar Bulik Anna mencapai orgasme. Kubiarkan penisku menancap di lubangnya..dan setelah beberapa saat ia mengalami orgasme, kubalik lagi tubuh Bulik Anna. Kini dia terlungkup dengan penisku tetap dalam sarang. Kumainkan maju mundur.. sementara tanganku meremas payudara dari belakang, sedang wajahku kubenamkam dirambutnya yang harum. Bulik Anna mengerang nikmat lagi.., Beberapa saat kemudian kusibak rambutnya.. lalu bibirku mengecup tengkuknya yang mulus..Mungkin karena dia belum tuntas orgasmenya sehingga ketika menerima perlakuan tersebut.. Dia menggeliat-mengeliat lagi..

    “Ayoo..to.. keluarin.. aku juga mau keluar lagi nih.. sama-sama ya”!! pinta Bulik Anna sambil terenggah-enggah.
    Aku tidak menjawab tetapi kecupanku semakin menguat ditengkuknya..tubuh Bulik Anna kembali mengejang, dan.. akhh..akhh.. lengkuh Bulik Anna berbarengan dengan semprotan airmaniku untuk kedua kalinya.
    Kami tergolek bersama, sambil mengatur nafas masing-masing..

    “Ohh.. Bulik puas sekali To”!! Kamu sudah semakin pandai saja..
    “Ya.. siapa dulu, dong gurunya”!! balasku sambil melumat lagi bibirnya..

    Setelah cukup istirahat, kami saling merapikan diri..Aku membantu menyisirkan rambut Bulik Anna yang kusut karena tadi terus kuacak-acak. Tampak ditengkuk Bulik Anna bekas kecupanku, untung saja ketika pergi dari rumah tadi, Bulik Anna tidak sanggulan penuh.. sehingga sepintas masih tertutup oleh rambutnya..

    “Terima kasih Bulik.. sekarang saya sudah ngga pusing lagi”!! kataku manja sambil mengecup pipinya.. dan berlalulah kami ke-toko buku.

  • Cerita Sex Kisah Ibu Ngentot

    Cerita Sex Kisah Ibu Ngentot


    3640 views

    Perawanku – Cerita Sex Kisah Ibu Ngentot, Namaku Sa’adah. Aku adalah seorang ibu rumah tangga. Usiaku 42 tahun. Suamiku namanya Prasojo, umur 47 tahun, seorang pegawai pemerintahan di kota B. Aku bahagia dengan suami dan kedua anakku. Suamiku seorang laki-laki yang gagah dan bertubuh besar, biasalah dulu dia seorang tentara. Penampilanku sendiri walaupun sudah berumur tapi sangat terawat karena aku rajin ke salon, fitnes dan yoga. Kata orang, aku mirip seperti Donna Harun. Tubuhku masih bisa dikatakan langsing, walaupun payudaraku termasuk besar karena sudah punya anak 2.

    Anakku yang pertama bernama Rika, seorang gadis remaja yang beranjak dewasa. Dia baru saja masuk ke PTN Favorit. Yang kedua namanya Sangga, masih sekolah SMA kelas 2. Si Rika walaupun tinggal serumah dengan kami tapi lebih sering menghabiskan waktu di tempat kosnya di kawasan Gejayan. Kalau si Sangga, karena cowok remaja, lebih sering berkumpul dengan teman-temannya atau pun sibuk berkegiatan di sekolahnya.

    Semenjak tidak lagi sibuk mengurusi anak-anak, kehidupan sex ku semakin tua justru semakin menjadi-jadi. Apalagi suamiku selain bertubuh kekar, juga orang yang sangat terbuka soal urusan sex. Akhir-akhir ini, setelah anak-anak besar, kami berlangganan internet. Aku dan suamiku sering browsing masalah-masalah sex, baik video, cerita, atau pun foto-foto. Segala macam gaya berhubungan badan kami lakukan.

    Kami bercinta sangat sering, minimal seminggu 3 kali. Entah mengapa, semenjak kami sering berseluncur di internet, gairah seksku semakin menggebu. Sebagai pejabat, suamiku sering tidak ada di rumah, tapi kalau pas di rumah, kami langsung main kuda-kudaan, hehehe.

    Sudah lama kami memutuskan untuk tidak punya anak lagi. Tapi aku sangat takut untuk pasang spiral. Dulu aku pernah mencoba suntik dan pil KB. Tapi sekarang kami lebih sering pakai kondom, atau lebih seringnya suamiku ‘keluar’ di luar. Biasanya di mukaku, di payudara, atau bahkan di dalam mulutku. Pokoknya kami sangat hati-hati agar Sangga tidak punya adik lagi. Dan tenang saja, suamiku sangat jago mengendalikan muncratannya, jadi aku tidak khawatir dia muncrat di dalam rahimku.

    Sebagai wanita berumur, tubuhku termasuk sintal dan seksi. Payudaraku memang sudah agak melorot, tapi tentu saja lumrah seperti itu karena ukurannya yang memang termasuk besar. Tapi yang jelas, bodiku masih semlohai karena aku masih punya pinggang walapun pantatku termasuk besar. Aku sadar, kalau tubuhku masih tetap sanggup membuat para pria menelan air liurnya. Apalagi aku termasuk ibu-ibu yang suka pakai baju yang agak ketat. Sudah kebiasaan sih dari remaja. Apalagi sekarang susuku tambah besar.

    Suamiku termasuk seorang pejabat yang baik. Dia ramah pada setiap orang. Di kampung dia termasuk aparat yang disukai oleh para tetangga. Apalagi suamiku juga banyak bergaul dengan anak-anak muda kampung. Kalau pas di rumah, suamiku sering mengajak anak-anak muda untuk bermain dan bercakap-cakap di teras rumah.

    Semenjak setahun yang lalu, di halaman depan rumah kami dibangun semacam gazebo untuk nongkrong para tetangga. Setelah membeli televisi baru, televisi lama kami taruh di gazebo itu sehingga para tetangga betah nongkrong di situ. Yang jelas, banyak bapak-bapak yang curi-curi pandang ke tubuhku kalau pas aku bersih-bersih halaman atau ikutan nimbrung sebentar di tempat itu. Maklumlah, aku khan ibu-ibu yang semlohai, hehehe.

    Selain bapak-bapak, ada juga pemuda dan remaja yang sering bermain di rumah. Salah satunya karena gazebo itu juga dipergunakan sebagai perpustakaan untuk warga. Salah satu anak kampung yang paling sering main ke rumah adalah Indun, yang masih SMP kelas 2. Dia anak tetangga kami yang berjarak 3 rumah dari tempat kami. Anaknya baik dan ringan tangan. Sama suamiku dia sangat akrab, bahkan sering membantu suamiku kalau lagi bersih-bersih rumah, atau membelikan kami sesuatu di warung. Sejak masih anak-anak, Indun dekat dengan anak-anak kami, mereka sering main karambol bareng di gazebo. Bahkan kadang-kadang Indun menginap di situ, karena kalau malam gazebo itu diberi penutup oleh suamiku, sehingga tidak terasa dingin.

    Pada suatu malam, aku dan suamiku sedang bermesraan di kamar kami. Semenjak sering melihat adegan blowjob di internet, aku jadi kecanduan mengulum kontol suamiku. Apalagi kontol suamiku adalah kontol yang paling gagah sedunia bagiku. Tidak kalah dengan kontol-kontol yang biasa kulihat di BF. Padahal dulu waktu masih manten muda aku selalu menolak kalau diajak blowjob. Entah kenapa sekarang di usia yang sudah lebih 42, aku justru tergila-gila mengulum batang suamiku. Bahkan aku bisa orgasme hanya dengan mengulum batang besar itu. Tiap nonton film blue pun mulutku serasa gatal. Kalau pas tidak ada suamiku, aku selalu membawa pisang kalau nonton film-film gituan. Biasalah, sambil nonton sambil makan pisang, hehehe.

    Malam itu pun aku dengan rakus menjilati kontol suamiku. Bagi mas Prasojo, mulutku adalah tempik keduanya. Dengan berseloroh, dia pernah bilang kalau sebenarnya dia sama saja sudah poligami, karena dia punya dua lubang yang sama-sama hotnya untuk dimasuki. Ucapan itu ada benarnya, karena mulutku sudah hampir menyerupai tempik, baik dalam mengulum maupun dalam menyedot. Karena kami menghindari kehamilan, bahkan sebagian besar sperma suamiku masuk ke dalam mulutku.

    Malam itu kami lupa kalau Indun tidur di gazebo depan. Seperti biasa, aku teriak-teriak pada waktu kontol suamiku mengaduk-aduk isi memekku. Suamiku sangat kuat. Malam itu aku sudah berkali-kali orgasme, sementara suamiku masih segar bugar dan menggenjotku terus-menerus. Tiba-tiba kami tersentak ketika kami mendengar suara berisik di jendela.
    Segera suami mencabut batangnya dan membuka jendela. Di luar nampak Indun dengan wajah kaget dan gemetaran ketahuan mengintip kami. Suamiku nampak marah dan melongokkan badannya keluar jendela. Indun yang kaget dan ketakutan meloncat ke belakang. Saking kagetnya, kakinya terantuk selokan kecil di teras rumah. Indun terjerembab dan terjungkal ke belakang. Suamiku tak jadi marah, tapi dia kesal juga.

    “Walah, Ndun! Kamu itu ngapain?” bentaknya.

    Indun ketakutan setengah mati. Dia sangat menghormati kami. Suamiku yang tadinya kesal pun tak jadi memarahinya. Indun gelagepan. Wajahnya meringis menahan sakit, sepertinya pantatnya terantuk sesuatu di halaman.

    Aku tadinya juga sangat malu diintip anak ingusan itu. Tapi aku juga menyayangi Indun, bahkan seperti anakku sendiri. Aku juga sadar, sebenarnya kami yang salah karena bercinta dengan suara segaduh itu. Aku segera meraih dasterku dan ikut menghampiri Indun.

    “Aduh, mas. Kasian dia, gak usah dimarahin. Kamu sakit Ndun?” Aku mendekati Indun dan memegangi tangannya. Wajah

    Indun sangat memelas, antara takut, sakit, dan malu.

    “Sudah gak papa. Kamu sakit, Ndun?” tanyaku. “Sini coba kamu berdiri, bisa gak?”

    Karena gemeteran, Indun gagal mencoba berdiri, dia malah terjerembab lagi. Secara reflek, aku memegang punggungnya, sehingga kami berdua menjadi berpelukan. Dadaku menyentuh lengannya, tentu saja dia dapat merasakan lembutnya gundukan besar dadaku karena aku hanya memakai daster tipis yang sambungan, sementara di dalamnya aku tidak memakai apa-apa lagi.

    “Aduh sorri, Ndun,” pekikku.

    Tiba-tiba suamiku tertawa. Agak kesal aku meliriknya, kenapa dia menertawai kami? “Aduh, Mas ini. Ada anak jatuh kok malah ketawa,”

    “Hahaha.. lihat itu, Dik. Si Indun ternyata udah gede, hahaha…” kata suamiku sambil menunjuk selangkangan Indun.

    Weitss… ternyata mungkin tadi Indun mengintip kami sambil mengocok, karena di atas celananya yang agak melorot, batang kecilnya terlihat mencuat ke atas. Kontol kecil itu terlihat sangat tegang dan berwarna kemerah-merahanan. Malu juga aku melihat adegan itu, apalagi si Indun. Dia tambah gelagepan.

    “Hussh, Mas. Kasihan dia, udah malu tuh,” kataku yang justru menambah malu si Indun.
    “Kamu suka lihat barusan, Ndun? Wah, hayooo… kamu nafsu ya lihat Bu Sa’adah?” goda suamiku. Dia malah ketawa-ketawa sambil berdiri di belakangku.

    Tentu saja wajah Indun jadi tambah memerah, walaupun tetap saja kontol kecilnya tegak berdiri. Kesal juga aku sama suamiku. Udah gak menolonng malah menertawakan anak ingusan itu.

    “Huh, Mas… mbok jangan godain dia, mbok tolongin nih, angkat dia!”
    “Lha dia khan udah berdiri.. ya tho, Ndun? Wakakak,” kata suamiku.

    Aku sungguh tidak tega melihat muka anak itu yang merah padam karena malu. Aku segera berdiri mengangkang di depannya dan memegangi dua tangannya untuk menariknya berdiri. Berat juga badannya. Kutarik kuat-kuat, akhirnya dia terangkat juga. Tapi baru setengah jalan, mungkin karena dia masih gemetar dan aku juga kurang kuat, tiba-tiba justru aku yang jatuh menimpanya.

    Ohhh… aku berusaha untuk menahan badanku agar tidak menindih anak itu, tapi tanganku malah menekan dada Indun dan membuatnya jatuh terlentang sekali lagi. Bahkan kali ini, aku ikut jatuh terduduk di pangkuannya. Dan… ohhhh!

    Sleppp… terasa sesuatu masuk tepat di tempikku.

    Waah…!! Aku tersentak dan sesaat bingung apa yang terjadi, begitu juga dengan Indun, wajahnya nampak sangat ketakutan. “Aduuuhhh!” teriakku. Sementara suamiku justru tertawa melihat kami jatuh lagi.

    Tiba-tiba aku sadar apa yang masuk tepat di lobang tempikku, ternyata kontol kecil si Indun! Kontol itu dengan mudah masuk ke tempikku karena di samping tempikku masih basah sisa persetubuhanku dengan suamiku, juga karena aku tidak mengenakan apa-apa di balik daster pendekku.

    Ohhhhh… apa yang terjadi? pikirku. Mungkin juga karena kontol Indun yang masih imut dan lobang tempikku yang biasa digagahi kontol besar suami, jadinya sangat mudah diselipin batang kecil itu.

    “Ohhh.. Masss?!!” desisku pada suamiku. Kali ini suamiku berhenti tertawa dan agak mendongal kaget.
    “Kenapa, Dek?” tanyanya heran.

    Kami bertiga sama-sama kaget, suamiku nampaknya juga menyadari apa yang terjadi. Dia mendekati kami, dan melihat bahwa batang Indun sudah amblas di lobang tempikku. Beberapa saat kami bertiga terdiam bingung dengan apa yang terjadi. Aku merasakan kontol Indun berdenyut-denyut di dalam lobangku. Lobangku juga segera meresponnya, mengingat rasa tanggung setelah persetubuhanku dengan suamiku yang tertunda.

    Aku mencoba bangkit, tapi entah kenapa, kakiku jadi gemetar dan kembali selangkanganku menekan tubuh si Indun. Tentu saja kontolnya kembali menusuk lobangku. Ohhh… aku merasakan sensasi yang biasa kutemui kala sedang bersetubuh.

    “Ohhh…” desisku.
    “Ahhh…” Indun ikut terpekik tertahan. Wajahnya memerah. Tapi aku merasakan pantatnya sedikit dinaikkan merespon selangkanganku.

    Slepppp…!! kembali kontol itu menusuk ke dalam lobangku. Yang mengherankan, suamiku diam saja, entah karena dia kaget atau apa. Hanya aku lihat wajahnya ikut memerah dan sedikit membuka mulutnya, mungkin bingung juga untuk bereaksi dengan situasi aneh ini.

    Aku diam saja menahan napas sambil menguatkan tanganku yang menahan tubuhku. Tanganku berada di sisi kanan dan kiri si Indun. Sementara Indun dengan wajah merah padam menatap mukaku dengan panik. Agak mangkel juga aku lihat mukanya, panik, takut, tapi kok kontolnya tetap tegang di dalam tempikku. Dasar anak mesum, pikirku.

    Tapi aneh juga, aku justru merasakan sensasi yang luar biasa dengan adanya kontol anak yang sudah kuanggap saudaraku sendiri itu di dalam tempikku. Agak kasihan juga melihat mukanya, dan juga muncul rasa sayang. Pikirku, kasihan juga anak ini, dia sangat bernafsu mengintip kami, dan juga apalagi yang dikawatirkan, karena kontolnya sudah terlanjur menusuk ke dalam tempikku.

    Aku melirik suamiku sambil tetap duduk di pangkuan si Indun. Suamiku tetap diam saja. Agak kesal juga aku lihat respon mas Prasojo. Tiba-tiba pikiran nakal menyelimuti. Kenapa tidak kuteruskan saja persetubuhanku dengan Indun, toh kontolnya sudah menancap di tempikku. Apalagi kalau lihat muka hornynya yang sudah di ubun-ubun, kasihan lihat Indun kalau tidak diteruskan.

    Dengan nekat aku pun kembali menekan pantatku ke depan. Tempikku meremas kontol Indun di dalam.
    Merasakan remasan itu, Indun terpekik kaget. Suamiku mendengus kaget juga.

    “Dik, a-a-apa yang kau lakukan?” kata suamiku gagap.

    Aku diam saja, hanya saja aku mulai menggoyang pantatku maju mundur.

    Suamiku melongo sekarang. Wajahnya mendekat melihat mukaku setengah tak percaya. Indun tidak berani melihat suamiku.

    Dia menatap wajahku keheranan dan penuh nafsu.

    “Mas… aku teruskan saja ya, kasihan si Indun. Apalagi khan sudah terlanjur masuk, toh sama saja…” bisikku berani.

    Aku tak bisa lagi menduga perasaan suamiku. Kecelakaan ini benar-benar di luar perkiraan kami semua. Tapi suamiku memegang pundakku, yang kupikir mengijinkan kejadian ini. Entah apa yang ada di pikiranku, aku tiba-tiba sangat ingin menuntaskan nafsu si Indun.

    “Ahh… hh.. hh… ughh!!” Si Indun mengerang-erang sambil tetap berbaring di rerumputan di halaman rumah kami.

    Kembali aku memaju-mundurkan pantatku sambil meremas-remas kontol kecil itu di dalam lobangku. Remasanku selalu bikin suamiku tak tahan karena aku rajin ikut senam. Apalagi ini si Indun, anak ingusan yang tidak berpengalaman.

    Tiba-tiba, karena sensasi yang aneh ini, aku merasakan orgasme di dalam vaginaku. Jarang aku orgasme secepat itu. Aku merintih dan mengerang sambil memegang erat lengan suamiku. Banjir mengalir dalam lobangku. Otomatis remasan dalam tempikku menguat, dan kontol kecil si Indun dijepit dengan luar biasa.

    Indun meringis dan mengerang. Pantatnya melengkung naik dan… crooooott-crooooott-crooooott…!! Cairan panasnya meledak membanjiri rahimku.

    Aku seperti hilang kendali, semua tiba-tiba gelap dan aku diserbu oleh badai kenikmatan… Ohh, aku terkulai lemas sambil menunduk menahan tubuhku dengan kedua tangan. Nafasku terengah-engah tidak karuan. Sejenak aku diam tak tahu harus bagaimana.

    Aku dan suamiku saling berpandangan. “Dik, I-Indun gak p-pakai kondom.” kata suamiku terbata-bata.
    Kami sama-sama kaget menyadari bahwa percintaan itu tanpa pengaman sama sekali, dan aku telah menerima banyak sekali sperma dalam rahimku, sperma si anak ingusan. Ohh… tiba-tiba aku sadar akan risiko dari persetubuhan ini. Aku dalam masa subur, dan sangat bisa jadi aku bakalan mengandung anak dari Indun, bocah SMP yang masih ingusan. Oohhhh…

    Pelan-pelan aku berdiri dan mencabut kontol Indun dari tempikku. Kontol itu masih setengah berdiri dan berkilat basah oleh cairan kami berdua. Aku dan suamiku menghela nafas. Cepat-cepat aku memperbaiki dasterku. Dengan gugup, Indun juga menaikkan celananya dan duduk ketakutan di rerumputan.

    “Ma-ma’af, Bu..” akhirnya keluar juga suaranya.

    Aku menatap Indun dengan wajah seramah mungkin. Suamiku yang akhirnya pegang peranan.

    “Sudahlah, Ndun. Sana kamu pulang, mandi dan cuci-cuci!” perintahnya tegas.

    “Iya, om. Ma-maaf ya, Om,” kata Indun sambil menunduk.

    Segera dia meluncur pergi lewat halaman samping.

    “Masuk!” suamiku melihat ke arahku dengan suara agak keras.

    Gemetar juga aku mendengar suamiku yang biasanya halus dan mesra padaku. Aduuh, apa yang akan terjadi?
    Kami berdua masuk ke rumah, aku tercekat tidak bisa mengatakan apa-apa. Tiba-tiba pikiran-pikiran buruk menderaku, jangan-jangan suamiku tak memaafkanku. Ohh, apa yang bisa kulakukan?

    Di dalam kamar tangisanku pecah. Aku tak berani menatap suamiku. Selama ini aku adalah istri yang setia dan bahagia bersama suamiku, tapi malam ini… tiba-tiba aku merasa sangat-sangat kotor dan hina. Agak lama suamiku membiarkanku menangis. Pada akhirnya dia mengelus pundakku.

    “Sudahlah bu, ini khan kecelakaan.” katanya.

    Hatiku sangat lega. Aku menatap suamiku, dan mencium bibirnya. Tiba-tiba aku menjadi sangat takut kehilangan dia. Kami berpelukan lama sekali.

    “Tapi, mas… kalau aku hamil… gimana?” tanyaku memberanikan diri.
    “Ah.. mana mungkin, dia khan masih ingusan. Dan kalau pun Dik Idah hamil, khan gak papa, si Sangga juga sudah siap kalau punya adik lagi,” kata suamiku.

    Jawaban itu sedikit menenangkan hatiku. Akhirnya kami bercinta lagi. Kurasakan suamiku begitu mengebu-gebu mengerjaiku. Apa yang ada di pikirannya, aku tak tahu, padahal dia barusan saja melihat istrinya disetubuhi anak muda ingusan. Sampai-sampai aku kelelehan melayani suamiku. Pada orgasme yang ketiga aku pun menyerah.

    “Mas, keluarin di mulutku saja ya… aku tak kuat lagi,” bisikku pada orgasme ketigaku ketika kami dalam posisi doggy.

    Suamiku mengeluarkan kontolnya dan menyorongkannya ke mulutku. Sambil terbaring aku menyedot-nyedot kontol besar itu. Sekitar setengah jam kemudian, mulutku penuh dengan sperma suamiku. Dengan penuh kasih sayang aku menelan semua cairan kental itu.

    Hari-hari selanjutnya berlalu dengan biasa. Aku dan suamiku tetap dengan kemesraan yang sama. Kami seolah-olah melupakan kejadian malam itu. Hanya saja, Indun belum berani main ke rumah. Agak kangen juga kami dengan anak itu. Sebenarnya rumah kami dekat dengan rumah Indun, tapi aku juga belum berani untuk melihat keadaan anak itu. Hanya saja aku masih sering ketemu ibunya, dan sering iseng-iseng nanya keadaan Indun. Katanya sih dia baik-baik saja, hanya sekarang lagi sibuk persiapan mau naik kelas 3 SMP.

    Seminggu sebelum bulan puasa, Indun datang ke rumah mengantarkan selamatan keluarganya. Wajahnya masih kelihatan malu-malu ketemu aku. Aku sendiri dengan riang menemuinya di depan rumah.

    “Hai, Ndun, kok kamu jarang main ke rumah?” tanyaku.
    “Eh.. iya, bu. Gak papa kok, Bu,” jawabnya sambil tersipu.
    “Bilang ke mamamu, makasih ya,”
    “Iya, bu,” jawab Indun dengan canggung. Dia bahkan tak berani menatap wajahku.

    Entah kenapa aku merasa kangen sekali sama anak itu. Padahal dia jelas masih anak ingusan, dan bukan type-type anak SMP yang populer dan gagah kayak yang jago-jago main basket. Jelas si Indun tidak terlalu gagah, tapi ukuran sedang untuk anak SMP. Hanya badannya memang tinggi.

    “Ayo masuk dulu. Aku buatin minum ya,” ajakku.

    Indun tampak masih agak malu dan takut untuk masuk rumah kami. Siang itu suamiku masih dinas ke Kulonprogo. Anak-anak juga tidak ada yang di rumah. Kami bercakap-cakap sebentar tentang sekolahnya dan sebagainya. Sekali-kali aku merasa Indun melirik ke badanku. Wah, gak tahu kenapa, aku merasa senang juga diperhatiin sama anak itu. Waktu itu aku mengenakan kaos agak ketat karena barusan ikut kelas yoga bersama ibu-ibu Candra Kirana. Tentunya dadaku terlihat sangat menonjol.

    Akhirnya tidak begitu lama, Indun pamit pulang. Dia kelihatan lega sikapku padanya tidak berubah setelah kejadian malam itu.

    Hingga pada bulan selanjutnya, aku tiba-tiba gelisah. Sudah hampir lewat dua minggu aku belum datang bulan. Tentu saja kejadian waktu itu membuatku bertambah panik. Gimana kalau benar-benar jadi? Aku belum berani bilang pada Mas Prasojo. Untuk melakukan test saja aku sangat takut. Takutnya kalau positif.

    Hingga pada suatu pagi aku melakukan test kehamilan di kamar mandi. Dan, deg! Hatiku seperti mau copot. Lembaran kecil itu menunjukkan kalau aku positif hamil.
    Oh, Tuhan!!

    Aku benar-benar kaget dan tak percaya. Jelas ini bukan anak suamiku. Kami selalu bercinta dengan aman. Dan jelas sesuai dengan waktu kejadian, ini adalah anak Indun, si anak SMP yang belum cukup umur. Aku benar-benar bingung.
    Seharian aku tidak dapat berkonsentrasi. Pikiranku berkecamuk tidak karuan. Bukan saja karena aku tidak siap untuk punya anak lagi, tapi juga bagaimana reaksi suamiku bahwa aku hamil dari laki-laki lain. Itulah yang paling membuatku bingung.

    Hari itu aku belum berani untuk memberi tahu suamiku. Dua hari berikutnya, justru suamiku yang merasakan perbedaan sikapku.

    “Dik Idah, ada apa? Kok sepertinya kurang sehat?” tanyanya penuh perhatian.

    Waktu itu kami sedang tidur bedua. Aku tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Yang kulakukan hanya memeluk suamiku erat-erat. Suamiku membalas pelukanku.

    “Ada apa sayang?” tanyanya. Badan kekarnya memelukku mesra. Aku selalu merasa tenang dalam pelukan laki-laki perkasa itu.

    Aku tidak berani menjawab. Suamiku memegang mukaku, dan menghadapkan ke mukanya. Sepertinya dia menyadari apa yang terjadi. Sambil menatap mataku, dia bertanya,

    “Benarkah?”

    Aku mengangguk pelan sambil menangis,

    “Aku hamil, mas…”

    Jelas suamiku juga kaget. Dia diam saja sambil tetap memelukku. Lalu dia menjawab singkat,

    “Besok kita ke dokter Merlin.”

    Aku mengangguk, lalu kami saling berpelukan sampai pagi tiba.

    Hari selanjutnya, sore-sore kami berdua menemui dokter Merlin. Setelah dilakukan test, dokter cantik itu memberi selamat pada kami berdua.

    “Selamat, Pak dan Bu Prasojo. Anda akan mendapatkan anak ketiga,” kata dokter itu riang.
    Kami mengucapkan terimakasih atas ucapan itu, dan sepanjang jalan pulang tidak berkata sepatah kata pun.

    Setelah itu suamiku tidak menyinggung masalah itu lagi, bahkan dia memberi tahu pada anak-anak kalau mereka akan punya adik baru. Anak-anak ternyata senang juga karena sudah lama tidak ada anak kecil di rumah. Bagi mereka, adik kecil akan menyemarakkan rumah yang sekarang sudah tidak lagi ada suara anak kecilnya.

    Malamnya, setelah tahu aku hamil, suamiku justru menyetubuhiku dengan ganas. Aku tidak tahu apakah dia ingin agar anak itu gugur atau karena dia merasa sangat bernafsu padaku. Yang jelas aku menyambutnya dengan tak kalah bernafsu. Bahkan kami baru tidur menjelang jam 3 dini hari setelah sepanjang malam kami bergelut di atas kasur. Aku tidak tahu lagi bagaimana wujud mukaku malam itu karena sepanjang malam mulutku disodok-sodok terus oleh kontol suamiku, dan dipenuhi oleh muncratan spermanya yang sampai tiga kali membasahi muka dan mulutku.

    Aku hampir tidak bisa bangun pagi harinya karena seluruh tubuhku seperti remuk dikerjain suamiku. Untungnya esok itu hari libur, jadi aku tidak harus buru-buru menyiapkan sekolah anak-anak.

    Hari-hari selanjutnya berlalu dengan luar biasa. Suamiku bertambah hot setiap malam. Aku juga selalu merasa horny. Wah, beruntung juga kalau semua ibu-ibu ngidamnya kontol suami seperti kehamilanku kali ini. Hamil kali ini betul-betul beda dengan kehamilanku sebelumnya yang biasanya pakai ngidam gak karuan. Hamil kali ini justru aku merasa sangat santai dan bernafsu birahi tinggi.

    Setiap malam tempikku terasa senut-senut, ada atau tak ada suamiku. Kalau pas ada ya enak, aku tinggal naik dan goyang-goyang pinggang. Kalau pas gak ada, aku yang jadi kebingungan dan akhirnya mencari-cari film-film porno di internet. Sesudah itu pasti aku mainin tempekku pakai pisang, yang jadi langgananku di pasar setiap pagi, hehehe.
    Yang jadi masalah adalah perlukah aku memberi tahu si Indun bahwa aku hamil dari benihnya? Aku tidak berani bertanya pada suamiku. Dia mendukung kehamilanku saja sudah sangat membahagiakanku. Aku menjadi bahagia dengan kehamilan ini. Di luar dugaanku, ternyata kami sekeluarga sudah siap menyambut anggota baru keluarga kami. Itulah hal yang sangat aku syukuri.

    Pas bulan puasa, tiba-tiba suamiku melakukan sesuatu yang mengherankan. Dia mengajak Indun untuk membantu bersih-bersih rumah kami. Tentu saja aku senang karena suamiku sudah bisa menerima kejadian waktu itu. Aku senang melihat mereka berdua bergotong-royong membersihkan halaman dan bagian dalam rumah.

    Indun dan Mas Prasojo nampak sudah bersikap biasa sebagaimana sebelum kejadian malam itu. Bahkan sesekali Indun kembali menginap di gazebo kami, karena kami merasa sepi juga tanpa kehadiran anak-anak. Si Rika semakin sibuk dengan urusan kampusnya, sementara si Sangga hanya pada malam hari saja menunjukkan mukanya di rumah.
    Semenjak itu, suasana di rumah kami menjadi kembali seperti sediakala. Tetap saja gazebo depan rumah sering ramai dikunjungi orang. Cuma sekarang Indun tidak pernah lagi menginap di sana. Mungkin karena hampir ujian, jadi dia harus banyak belajar di rumah.

    Beberapa bulan kemudian, tubuhku mulai berubah. Perutku mulai terlihat membuncit. Kedua payudara membesar. Memang kalau hamil, aku selalu mengalami pembengkakan pada kedua payudaraku. Hormonku membuatku selalu bernafsu.
    Mas Prasojo pun seolah-olah ikut mengalami perubahan hormon. Nafsu seksnya semakin menggebu melihat perubahan di tubuhku. Kalau pas di rumah, setiap malam kami bertempur habis-habisan. Gawatnya, payudaraku yang memang sebelumnya sudah besar menjadi bertambah besar. Semua bra yang kucoba sudah tidak muat lagi, padahal bra yang kupakai adalah ukuran terbesar yang ada di toko. Kata yang jual, aku harus pesan dulu untuk membeli bra yang pas di ukuran dadaku sekarang.

    Akhirnya aku nekat kalau di rumah jarang memakai bra. Kecuali kalau keluar, itupun aku menjadi tersiksa karena pembengkakan payudaraku. Aku menjadi seperti mesin seks. Dadaku besar dan pantatku membusung. Seolah tak pernah puas dengan bercinta setiap malam. Suamiku mengimbangiku dengan nafsunya yang juga bertambah besar.

    Indun akhirnya tahu juga kehamilanku. Dia sering curi-curi pandang melihat perutku yang mulai membuncit. Aku tidak tahu, apakah dia sadar kalau anak dalam kandunganku adalah hasil dari perbuatannya. Yang jelas, Indun menjadi sangat perhatian padaku. Setiap sore dia ke rumah untuk membantu apa saja.

    Pada suatu malam, Mas Prasojo harus pergi dinas ke luar kota. Malam itu kami membiarkan Indun sampai malam di rumah kami, sambil membantu menjaga rumah. Aku harus ikut pengajian dengan ibu-ibu kampung. Jam setengah sepuluh malam aku baru pulang. Sampai di rumah, aku lihat Indun masih mengerjakan tugas sekolahnya di ruang tamu.

    “Ndun, Sangga sudah pulang?” tanyaku sambil menaruh payung karena malam itu hujan turun cukup deras.
    “Belum, Bu,”

    Aku lalu menelpon anak itu. Ternyata dia sedang mengerjakan tugas di rumah temannya. Aku percaya dengan Sangga, karena dia tidak seperti anak-anak yang suka hura-hura. Dia tipe anak yang sangat serius dalam belajar. Apalagi sekolahnya adalah sekolah teladan di kota kami. Jadi kubiarkan saja dia menginap di rumah temannya itu.

    Aku lalu berkata ke Indun,

    “Kamu nginap sini aja ya, aku takut nih, hujan deres banget dan Mas Prasojo gak pulang malam ini.” Memang aku selalu gak enak hati kalau cuaca buruk tanpa mas Prasojo. Takutnya kalau ada angin besar dan lampu mati. Apalagi kami sudah tidak ada lagi masalah dengan kejadian waktu itu.

    “Iya, bu, sekalian aku ngerjain tugas di sini,” jawab Indun.

    Aku melepas kerudungku dan duduk di depan tivi di ruang keluarga. Agak malas juga aku ganti daster, dan juga ada si Indun, gak enak kalau dia nanti keingat kejadian dulu. Sambil masih tetap pakai baju muslim panjang aku menyelonjorkan kakiku di sofa, sementara si Indun masih sibuk mengerjakan kalkulus di ruang tamu.

    Bajuku baju panjang terusan. Agak gerah juga karena baju panjang itu, akhirnya aku masuk kamar dan melepas bra yang menyiksa payudara bengkakku. Aku juga melepas cd ku karena lembab yang luar biasa di celah tempikku. Maklum ibu hamil. Kalau kalian lihat aku malam itu mungkin kalian juga bakalan nafsu deh, soalnya walaupun pakai baju panjang, tapi seluruh lekuk tubuhku pada keliatan karena pantat dan payudaraku memang membesar.

    Acara tivi gak ada yang menarik. Akhirnya aku ingat untuk membuatkan Indun minuman. Sambil membawa kopi ke ruang tamu aku duduk menemani anak itu.

    “Wah.. makasih, Bu. Kok repot-repot?” katanya sungkan.
    “Gak papa, kok.”

    Aku duduk di depannya sambil tak sengaja mengelus perutku. Indun malu-malu melihat perutku.

    “Bu, udah berapa bulan ya?” tanyanya kemudian sambil meletakkan penanya.
    “Menurutmu berapa bulan? Masak nggak tahu?” tanyaku iseng menggodanya.

    Tiba-tiba mukanya memerah. Indun lalu menunduk malu. “Ya nggak tahu, bu… Kok saya bisa tahu darimana?” jawabnya tersipu.

    Tiba-tiba aku sangat ingin memberi tahunya, kabar gembira yang sewajarnya juga dirasakan oleh bapak kandung dari anak dalam kandunganku ini. Dengan santai aku menjawab, “Lha bapaknya masak gak tahu umur anaknya?”
    Indun kaget, gak menyangka aku akan menjawab sejelas itu. Dia langsung gelagapan, hehehe. Apa yang kau harap dari seorang anak ingusan yang tiba-tiba akan menjadi bapak? Wajahnya melongo menatapku takut-takut. Dia tidak tahu akan menjawab apa. Aku jadi tambah ingin menggodanya.

    “Kamu sih bapak yang gak bertanggung jawab. Sudah menghamili pura-pura tidak tahu lagi,” kataku sambil melirik menggodanya.

    Aku mengelus-elus perutku. Geli juga lihat wajah Indun saat itu. Antara kaget dan bingung serta perasaan-perasaan yang tidak dimengertinya.

    “Aku… eee… maaf, Bu… aku tidak tahu…” Indun menyeka keringat dingin di dahinya.
    “Memangnya kamu tidak suka anak dalam perutku ini anakmu?” tanyaku.
    “Eh… aku suka banget, Bu.. Aku seneng…” Indun benar-benar kalut.
    “Ya udah.. kalau benar-benar seneng, sini kamu rasakan gerakannya,” kataku manja sambil mengelus perutku.
    “Boleh, Bu, aku pegang?” tanyanya khawatir.
    “Ya, sini, kamu rasakan aja. Biar kalian dekat,” perutku terlihat sangat membuncit karena baju muslim yang kupakai hampir tidak muat menyembunyikan bengkaknya.

    Indun bergeser dan duduk di sebelahku. Matanya menunduk melihat ke perutku. Takut-takut tangannya menuju ke perutku. Dengan tenang kupegang tangan itu dan kudaratkan ke bukit di perutku. Sebenarnya aku berbohong, karena umur begitu gerakan bayi belum terasa, tapi Indun mana tahu. Dengan hati-hati dia meletakkan telapaknya di perutku.

    “Maaf ya, bu,” ijinnya.

    Aku membiarkan telapaknya menempel ketat di perutku. Dia diam seolah-olah mencoba mendengar apa yang ada di dalam rahimku. Aku merasa senang sekali karena biar bagaimanapun anak ingusan ini adalah bapak dari anak dalam kandunganku ini.

    “Kamu suka punya anak, Ndun?” tanyaku.
    “Aku suka sekali, Bu, punya anak dari Ibu. Ohh.. Bu, maafkan saya ya, Bu,” jawab Indun hampir tak kedengaran.

    Tangannya gemetar di atas perutku. Indun terlihat sangat kebingungan, tak tahu harus berbuat apa.
    Aku juga ikut bingung, dengan perasaan campur aduk. Antara bahagia, bingung, geli, dan macam-macam rasa gak jelas.

    Tiba-tiba dadaku berdebar-debar menatap anak muda itu. Anak itu sendiri masih takut-takut melihat mukaku. Kami berdua tiba-tiba terdiam tanpa tahu harus melakukan apa. Tangan Indun terdiam di atas perutku.

    “Ndun, gimana perasaanmu lihat ibu-ibu yang lagi bengkak-bengkak kayak aku?” tanyaku memecah kesunyian.
    “Saya suka sekali, Bu..” jawabnya.
    “Kenapa?”
    “Ibu jadi makin cantik.” jawabnya dengan muka memerah.
    “Ihh.. cantik dari mana? Aku khan udah tua, dan lagian sekarang badanku kayak gini..” jawabku.

    Indun mengangkat wajahnya pelan dan menatapku malu-malu.

    “Gak kok, Ibu tetep cantik banget…” jawabnya lirih. Tangannya mulai mengelus-elus perutku lagi. Aku merasa geli, yang tiba-tiba jadi sedikit horny. Apalagi tadi malam Mas Prasojo belum sempat menyetubuhiku.

    “Kok waktu itu kamu tegang ngintip aku sama Mas Prasojo?” tanyaku manja. Mukaku memerah. Aku benar-benar bernafsu.

    Aneh juga, anak kecil ini pun sekarang membuatku pengen disetubuhi. Apa yang salah dengan diriku?

    “Aku nafsu lihat badan Ibu…” kali ini Indun menatap wajahku. Mukanya merah. Jelas dia bernafsu. Aku tahu banget muka laki-laki yang nafsu lihat aku.

    “Kalau sekarang, masa masih nafsu juga? Aku khan sudah membukit kayak gini..”

    Indun blingsatan.

    “Sekarang masih iya..” jawabnya sambil membetulkan celana.
    “Idiiih…. mana, coba lihat?” godaku.

    Indun makin berani. Tangannya gemetar membuka celananya. Dari dalam celananya tersembul keluar sebatang kontol jauh lebih kecil dari punya suamiku. Yang jelas, kontol itu sudah sangat tegang.

    “Wah, kok sudah tegang banget. Pengen nengok anakmu ya?” godaku.

    Indun sudah menurunkan semua celananya. Tapi dia tidak tahu harus melakukan apa. Lucu lihat batang kecil itu tegak menantang. Aku sudah sangat horny. Tempikku sudah mulai basah. Tak tahu kenapa bisa senafsu itu dekat dengan anak SMP ini. Dengan gemes aku pegang kontol Indun.

    “Mau dimasukin lagi?” tanyaku gemetaran.
    “Iya, bu.. mau banget!”

    Tanpa menunggu lagi aku menaikkan baju panjangku dan mengangkangkan kakiku. Segera tempikku terpampang jelas di depan Indun. Rambut hitam tempikku serasa sangat kontras dengan kulit putihku. Segera kubimbing kontol anak itu ke dalam lobang tempikku. Indun mengerang pelan, matanya terbeliak melihat kontolnya pelan-pelan masuk ditelan oleh tempikku.

    “Ohhhh…. Buuu…” desisnya.

    Bless!! Segera kontol itu masuk seluruhnya ke dalam lobang tempikku. Aku sendiri merasakan kenikmatan yang aneh. Entah kenapa, aku sangat ingin mengisi lobangku dengan batang kecil itu.

    “Diemin dulu di dalam sebentar, biar kamu gak cepat keluar,” perintahku.
    “I-iya, Bu..” erangnya. Indun mendongakkan kepalanya menahan kenikmatan yang luar biasa baginya. Sengaja pelan-pelan

    kuremas kontol itu dengan vaginaku, sambil kulihat reaksinya.

    “Ohhh…” Indun mengerang sambil mendongak ke atas.

    Kubiarkan dia merasakan sensasi itu. Pelan-pelan tanganku meremas pantatnya. Indun menunduk menatap wajahku di bawahnya. Pelan-pelan dia mulai bisa mengendalikan diri. Tampak nafasnya mulai agak teratur. Kupegang leher anak itu dan kuturunkan mukanya. Muka kami semakin berdekatan. Bibirku lalu mencium bibirnya.

    “Hssh..” kami berdua melenguh, lalu saling mengulum dan bermain lidah.

    Tangannya meremas dadaku. Aku merasakan kenikmatan yang tiada tara. Segera kuangkat sedikit pantatku untuk merasakan seluruh batang itu semakin ambles ke dalam tempikku.

    “Ndun, ayo gerakin maju mundur pelan-pelan..” perintahku.

    Indun mulai memaju-mundurkan pantatnya. Kontolnya walaupun kecil, kalau sudah keras ternyata begitu nikmat sekali di dalam tempikku. Aku mengerang-erang sekarang. Tempikku sudah basah sekali. Banjir mengalir sampai ke pantatku, bahkan mengenai sofa ruang tamu. Aku mengarahkan tangan Indun untuk meremas-remas payudaraku lagi. Dengan hati-hati dia berusaha tidak mengenai perutku karena takut akan menyakiti kandunganku.
    Ohhh… aku sudah sangat bernafsu!

    Sekitar 15 menit Indun memaju-mundurkan pantatnya. Aku tidak mengira dia sekarang sekuat itu. Mungkin dulu dia panik dan belum terbiasa. Aku tiba-tiba merasakan orgasme yang luar biasa.

    “Ohhhh…” teriakku. Tubuhku melengkung ke atas. Indun terdiam dengan tetap menancapkan kontolnya dalam lobangku. “Aku sampai, Ndunnnn…” kataku terengah-engah. Sambil tetap membiarkan kontolnya di dalam tempikku, aku memeluk

    pria kecil itu. Badannya penuh keringat. Kami terdiam selama berepa menit sambil berpelukan. Kontol Indun masih keras dan tegang di dalam tempikku.

    “Ndun, pindah ke kamar yuk,” ajakku.

    Indun mengangguk. Dicabutnya penisnya dan berdiri di depanku. Aku ikut berdiri gemetar karena dampak dari orgasme yang menggebu-gebu barusan. Kemudian aku membimbing tangan anak itu, membawanya ke kamarku.

    Di dalam, aku meminta dia melepaskan bajuku karena agak repot melepas baju muslim panjang ini. Di depan pemuda itu aku kini telanjang bulat. Indun juga melepas bajunya. Sekarang kami berdua telanjang dan saling berpelukan. Aku lihat kontolnya masih tegak mengacung ke atas. Aku rebahkan pemuda itu di kasur, lalu aku naik ke atas dan kembali memasukkan kontolnya ke tempikku. Kali ini aku yang menggenjotnya maju mundur. Tangan Indun meremas-remas susuku.
    Ohh, nikmat sekali.

    Kontol kecil itu benar-benar hebat. Dia berdiri tegak terus tanpa mengendor sedikit pun. Aku sengaja memutar-mutar pantatku supaya kontol itu cepat muncrat. Tapi tetap saja posisinya sama. Aku kembali orgasme, bahkan sampai dua kali lagi.

    Orgasme ketiga aku sudah didera kelelahan yang luar biasa. Aku peluk pemuda itu dan kupegang kontolnya yang masih tegak mengacung. Kami berpelukan di tengah ranjang yang biasa kupakai bercinta dengan suamiku.

    “Aduuuh, Ndun.. kamu kuat juga ya. Kamu masih belum keluar ya?”
    “Gak papa, Bu…” jawabnya pelan.

    Tiba-tiba aku punya ide untuk membantu Indun. Kuraih batang kecil itu dan kembali kumasukkan dalam tempikku. Kali ini kami saling berpelukan sambil berbaring bersisian.

    “Ndun, Ibu udah lelah banget. Batangmu dibiarin aja ya di dalam, sampai kamu keluar…” bisikku.

    Indun mengangguk. Kami kembali berpelukan bagai sepasang kekasih. Tempikku berkedut-kedut menerima batang itu. Kubiarkan banjir mengalir membasahi tempikku, Indun juga membiarkan kontolnya tersimpan rapi dalam tempikku. Karena kelelahan, aku tertidur dengan sebatang kontol ada di dalam tempikku.

    Gak tahu berapa jam aku tertidur dengan kontol Indun masih tertanam dalam-dalam, ketika jam 1 malam tiba-tiba hapeku menerima sms. Aku terbangun dan melihat Indun masih menatap wajahku sambil membiarkan kontolnya diam dalam lobangku.

    “Aduh, Ndun. Kamu belum bisa bobok? Aduuuh, soriiii ya…” kataku sambil meremas kontolnya dengan tempikku.
    “Gak papa kok, Bu. Aku seneng banget di dalam..” kata Indun.

    Tanpa merubah posisi aku meraih hp yang ada di meja samping ranjang. Kubuka sms, ternyata dari Mas Prasojo:

    “Hai Say, udah bobok? Kalau belum, aku pengen telp.”

    Aku segera balas:

    “Baru terbangun, telp aja, kangen.”

    Segera setelah kubalas sms, Mas Prasojo menelponku. Aku menerima teleponnya sambil berbaring dan membiarkan kontol Indun tetap berada di dalam tempikku.

    “Hei… Sorii ganggu, udah bobok belum?” tanyanya.
    “Gak papa, Mas, kangen. Kapan jadinya balik?” tanyaku.
    “Lusa, Dik, ini aku masih di jalan. Lagi ada pembekalan masyarakat. Gimana anak-anak?”
    “Hmmm…. “ aku agak menggeliat.

    Indun memajukan pantatnya, takut lepas kontolnya dari lobangku. Aku meletakkan jariku di bibirnya agar dia tak bersuara. Indun mengangguk sambil tersenyum.

    “Baik, mereka oke-oke saja kok. Udah pada makan dan bobok nyenyak dari jam 9 tadi. Aku kangen, mas…”
    “Sama.. pengen nih,” kata suamiku.
    “Sini, mau di mulut apa di bawah?” tanyaku nakal.
    “Mana aja boleh,”
    “Nih, pakai mulutku aja. Udah lama gak dikasih. Udah gatel, hihi…” godaku.
    “Aduh, Dik. Aku lagi di kampung sepi. Malah jadi kangen sama kamu. Gimana hayooo?” rengek suamiku. Kami memang biasa saling terbuka soal kebutuhan seks kami.
    “Kocok aja, Mas. Aku juga mau,” kataku manja.

    Kemudian aku menggeser Indun agar menindih di atas tubuhku. Sambil tanganku menutup hp, aku berbisik ke Indun,

    “Sekarang kamu genjot aku sekencang-kencangnya sampai keluar ya. Sekuat-kuatnya!”

    Indun mengangguk. Aku lalu menjawab telepon suamiku lagi,

    “Ayo, mas, buka celananya..” Aku mengambil cd milikku yang ada di samping ranjang lalu kujejalkan ke mulut Indun.

    Indun tahu maksudku agar dia tidak bersuara.

    “Oke, Dik. Aku sudah menghunus rudalku..”

    Sambil menjawab mesra, aku menekan pantat Indun agar segera memaju-mundurkan kontolnya dalam tempikku. Indun segera membalasnya dan mulai menggenjotku. Aku menyuruhnya untuk menurunkan kakinya ke samping ranjang sehingga perutku tidak tertindih badannya. Sementara aku mengangkang dengan dua kakiku terangkat ke samping kiri dan kanan badan pemuda abg itu.

    Ohhh, Ya Tuhan. Bagai kesetanan, Indun menggenjotku seperti yang kuperintahkan. Aku mengerang-erang, begitu juga suamiku.

    “Mas, aku masturbasi kesetanan ini… pengen banget! Kamu kocok kuat-kuat yaaa… ahhhhh!!”
    “Iyaah… oohhh, untung aku bawa cdmu, buat ngocok nih…. ohhhhh!!” erang suamiku.

    Tak kalah hebatnya, Indun terus menggasak lobangku dengan tanpa kompromi. Badan kurusnya maju mundur secepat bor listrik. Aku mengerang-erang tidak karuan. Suara lobangku berdecit-decit karena banjir dan gesekan dengan kontol Indun.

    Benar-benar gila malam ini. Aku sudah tidak ingat lagi berapa lama aku digenjot Indun. Suaraku penuh nafsu bertukar kata-kata mesra dengan suamiku. Indun seolah-olah tak pernah lelah. Tubuhnya sudah banjir keringat. Stamina mudanya benar-benar membanggakan. Keringat juga membanjiri tubuhku. Sementara suara suamiku juga meraung-raung kenikmatan, semoga kamar dia di perjalan dinas itu kamar yang kedap suara.

    Beberapa saat kemudian aku kehabisan tenaga. Kuminta Indun untuk berhenti sejenak. Pemuda itu nampak terengah-engah sehabis menggenjotku habis-habisan.

    Setelah itu kami melanjutkan permainan kami. Indun dengan kuatnya menggenjotku habis-habisan. Aku tak tahu lagi apa yang kecerecaukan di telepon, tapi nampaknya suamiku juga sama saja. Beberapa saat kemudian aku dan suamiku sama-sama berteriak, kami sama-sama keluar.

    Aku terengah-engah mengatur nafasku. Lalu suamiku memberi salam mesra dan ciuman jarak jauh. Kami betul-betul terpuaskan malam ini. Setelah ngobrol-ngobrol singkat, suamiku menutup teleponnya.

    Di kamarku, Indun masih menggenjotku pelan-pelan. Dia belum keluar rupanya. Wah, gila. Aku kawatir jepitanku mungkin sudah tidak mempan untuk kontolnya yang masih tumbuh. Kubiarkan kontol pemuda itu mengobok-obok tempikku.

    Tiba-tiba kudorong Indun, sehingga lepas kontol dari lobangku. Ohhh, lenguhnya kecewa. Lalu aku tarik dia naik ke tempat tidur dan aku segera menungging di depannya. Indun tahu maksudku. Dia segera mengarahkan kontolnya ke tempikku. Tapi segera kupegang kontol itu dan kuarahkan ke lobang yang lain. Pantatku! Mungkin di sanalah kontol Indun akan dijepit dengan maksimal, pikirku tanpa pertimbangan.

    Indun sadar apa yang kulakukan. Disodokkannya kontolnya ke lobang pantatku. Tapi lobang itu ternyata masih terlalu kecil bahkan buat kontol Indun. Aku berdiri dan menyuruhnya menunggu. Lalu aku turun dan mengambil jelli organik dari dalam rak obat di kamar mandi. Dengan setia Indun menunggu dengan kontol yang juga setia mengacung. Jelli itu kuoleskan ke seluruh batang Indun, dan sebagian kuusap-usapkan ke sekitar lobang pantatku. Kembali aku menunggingkan pantatku. Indun mengarahkan kotolnya kembali dan pelan-pelan lobang itu berhasil diterobosnya.

    “Ohhhhh…” desisku. Sensasinya sangat luar biasa. Pelan-pelan batang kontol itu menyusup di lobang yang sempit itu.
    “Aaughhh…” Indun mengerang keras. Setengah perjalanan, kontol itu berhenti. Baru separo yang masuk. Indun terengah-engah, begitu juga aku.
    “Pelan-pelan, Ndun…” bisikku.

    Indun memegangi bongkahan pantatku dan kembali menyodokkan kontolnya ke lobangku. Dan akhirnya seluruh batang itu masuk dalam lobang pantatku. Ohhh, Tuhan… rasanya sangat luar biasa, antara sakit dan nikmat yang tak terceritakan. Aku mengerang.

    Kami berdiam beberapa menit, membiarkan lobangku terbiasa dengan batang kontol itu. Setelah itu Indun mulai memaju-mundukan pinggangnya. Rasanya luar biasa. Pengalaman baru yang membuatku ketagihan.

    Beberapa saat kemudian, Indun mengerang-erang keras. Dia memaksakan menggejot pantatku dengan cepat, tapi karena sangat sempit, genjotannya jadi tidak bisa lancar. Kemudian, ohhhhhhhh…

    Indun memuncratkan spermanya dalam pantatku!! Crooooott… crooooott… crooooott…

    Aku tersungkur dan Indun terlentang ke belakang. Muncratannya sebagian mengenai punggungku. Kami sama-sama terengah-engah dan didera kelelahan yang luar biasa. Aku membalikkan tubuhku dan memeluk Indun yang terkapar tanpa daya. Kami berpelukan dengan telanjang bulat sepanjang malam.

    Esoknya, aku bangun jam 6 pagi. Indun masih ada dalam pelukanku. Oh, Tuhan. Untung aku mengunci pintu kamar. Mbok Imah, tetangga yang biasa bantuin ngurusin anak-anak, sudah terdengar suaranya di belakang.

    Oh.. apa yang sudah kulakukan tadi malam? Aku benar-benar tidak habis pikir. Kalau malam waktu itu benar-benar hanya sebuah kecelakaan. Tapi malam ini, aku dan Indun benar-benar melakukannya dengan penuh kesadaran. Apa yang kulakukan pada anak abg ini? Aku jadi gelisah memikirkannya, aku takut membuat anak ini menjadi anak yang salah jalan. Rasa bersalah itu membuatku merasa bertambah sayang pada anak kecil itu. Kurangkul kembali tubuh kecil itu dan kuciumin pipinya. Tubuh kami masih sama-sama telanjang.

    Aku lihat si Indun masih nyenyak tidur. Mukanya nampak manis sekali pagi itu. Aku mengecup pipi anak itu dan membangunkannya.

    “Ndun, bangun. Kamu sekolah khan?” bisikku.

    Indun nampak kaget dan segera duduk.

    “Oh, Bu.. maaf, aku kesiangan.” katanya gugup.
    “Gak papa, Ndun, aku yang salah mengajakmu tadi malam.” Kami berpandangan.
    “Maaf, Bu. Aku benar-benar tidak sopan,”
    “Lho, khan bukan kamu yang mengajak kita tidur bersama. Aku yang salah, Ndun.” bisikku pelan.

    Indun menatapku,

    “Aku sayang sama Ibu…” katanya pelan.
    “Ndun, kamu punya pacar?”
    “Belum, bu,”
    “Kamu janji ya jangan cerita-cerita ke siapa-siapa soal kita,”
    “Iya, bu, gak mungkinlah,”
    “Aku takut kamu rusak karena aku,”
    “Gak kok, Bu. Aku sayang sama Ibu.”
    “Kamu jangan melakukan ini ke sembarang orang ya,” kataku khawatir.
    “Tidak, Bu, aku bukan cowok seperti itu. Tapi kalau sama Ibu, masih boleh kan?” katanya pelan.

    Tiba-tiba aku sangat ingin memeluk anak ini.

    “Aku juga sayang kamu, Ndun. Sini Ibu peluk.”

    Indun mendekat dan kami berpelukan sambil berdiri. Tangannya merangkul pinggangku dan aku memegang pantatnya. Kami berpelukan lama dan saling berpandangan. Lalu bibir kami saling berpagutan. Gila, aku benar-benar serasa berpacaran dengan anak kecil ini. Mulut kami saling bergumul dengan panasnya.

    Aku lihat kontol anak itu masih tegak berdiri, mungkin karena efek pagi hari. Tanganku meraih batang itu dan mengocoknya pelan-pelan. Aku berpikir cepat, karena pagi ini Indun harus sekolah, aku harus segera menuntaskan ketegangan kontol itu.

    Maka aku segera membalikkan tubuhku dan berpegangan pada meja rias. Sambil melihat Indun lewat cermin, aku menyuruhnya,

    “Ndun, kamu pakai jeli itu lagi. Cepat masukin lagi kontolmu ke pantat Ibu.”

    Indun buru-buru melumasi batangnya. Aku menyorongkan bongkahan pantatku. Dari cermin aku dapat melihat muka dan badanku sendiri. Ohh… agak malu juga aku melihat tubuhku yang mulai membengkak di sana-sini, tapi masih penuh dengan nafsu birahi.

    “Cepat, Ndun, nanti kamu terlambat sekolah,” perintahku.

    Sambil memeluk perutku, Indun mendorong kontolnya masuk ke lobang pantatku. Lobang yang semalam sudah disodok-sodok itu segera menerima batang yang mengeras itu.
    Segera kami sudah melakukan persetubuhan lagi. Aku dapat melihat adegan seksi itu lewat cermin, di mana mukaku terlihat sangat bernafsu dan juga muka Indun yang mengerang-erang di belakangku.

    “Ayo, Ndun, sodok yang kuat!”
    “I-iya, Bu..”
    “Terusss… lebih cepat!”

    Sodokan-sodokan Indun semakin bersemangat. Lobang pantatku semakin elastis menerima batang imutnya. Sungguh kenikmatan yang luar biasa. Tidak berapa lama kemudian kami berdua sama-sama mencapai puncak kenikmatan. Indun membiarkan cairan spermanya meluncur deras dalam pantatku. Kami sama-sama terengah-engah menikmati puncak yang barusan kami daki.

    “Ohhh…” Sejenak kemudian aku lepaskan pantatku dari kontolnya.

    “Udah, Ndun. Sana kamu mandi, pulang. Nanti kamu terlambat lho sekolahnya,” kataku sambil tersenyum.

    Indun mencari-cari pakaiannya. Tiba-tiba kami sadar kalau celana Indun ada di ruang tamu. Aku suruh si Indun nunggu di kamar, sementara aku segera berpakaian dan keluar ke ruang tamu. Moga-moga belum ada yang menemukan celana itu. Untungnya celana itu teronggok di bawah sofa dan terselip sehingga Mbok Imah yang biasanya sibuk dulu menyiapkan sarapan belum sempat membereskan ruang tamu. Celana itu segera kuambil dan kubawa ke kamar. Si Indun yang tadinya nampak panik, kini berubah tenang.

    Setelah memakai celananya, Indun kusuruh cepat-cepat keluar ke ruang tamu dan mengambil tas belajarnya yang semalam tergeletak di meja. Setelah itu dia pamit pulang.

    Aku sendiri segera mandi. Di kamar mandi aku merasakan sedikit perih di bagian lobang pantatku. Baru kali ini lobang itu menjadi alat seks, itu pun justru dengan anak kecil yang belum tahu apa-apa. Ada sedikit rasa sesal, tapi segera kuguyur kepalaku untuk menghilangkan rasa gundah di dadaku.

    Sorenya Indun kembali main ke rumah. Dia sudah sibuk membereskan buku-buku di gazebo kami.

    Malam itu Indun tidur lagi di kamarku. Mas Prasojo baru pulang besok harinya. Selama berjam-jam kami kembali bercinta. Kami saling berpelukan dan berbagi kasih selayaknya sepasang kekasih. Tapi sebelum jam 1, aku suruh Indun untuk segera tidur. Aku khawatir sekolahnya akan terganggu karena aktivitasku.

    “Ndun, tadi kamu di sekolah gimana?” bisikku setelah kami selesai ronde ke tiga. Kami berpelukan dengan mesra di tengah ranjang.
    “Biasa aja, Bu.”
    “Kamu gak kelelahan atau ngantuk di sekolah?”
    “Iya, Bu, sedikit. Tapi gak papa, aku tadi sempat tidur siang.”
    “Aku takut menganggu sekolahmu,”
    “Gak kok, Bu. Tadi aku bisa ngikutin pelajaran,”
    “Okelah kalau gitu. Tapi setelah ini kamu tidur ya, gak usah diterusin dulu.”
    “Iya, Bu.”
    “Besok Mas Prasojo pulang, kamu gak bisa nginap disini,”
    “Iya, Bu. Tapi kapan-kapan saya siap menemani Ibu di sini,”
    “Yee…. maunya. Ya, gak papa,” kataku sambil mencubit pinggangnya.
    “Aku mau jadi pacar Ibu,”
    “Lho, aku khan sudah bersuami?”
    “Ya gak papa, jadi apa saja deh,”
    “Aku justru kasihan sama kamu. Besok-besok kalau kamu udah siap, kamu cari pacar yang bener ya?”
    “Iya, Bu. Aku tetap sayang sama Ibu. Mau dijadiin apa saja juga mau,”
    “Idihh.. ya udah, bobok yuk!” kataku kelelahan. Kami tidur berpelukan sampai pagi.

    Setelah malam itu, aku semakin sering bercinta dengan Indun. Kapan pun ada kesempatan, kami berdua akan melakukannya. Indun sangat memperhatikan bayi dalam kandunganku. Setiap ada kesempatan, dia menciumi perutku dan mengelus-elusnya. Kasihan juga aku lihat anak kecil itu sudah merasa harus jadi bapak.
    Herannya, aku juga kecanduan dengan kontol kecil anak ini. Padahal aku sudah punya kontol yang jauh lebih besar dan tersedia untukku.

    Bayangkan, beda usiaku dengan Indun mungkin sekitar 27 tahun. Bahkan anak itu lebih cocok menjadi adik anak-anakku. Tapi hubungan kami bertambah mesra seiring usia kehamilanku yang semakin membesar. Indun bahkan sering ikut menemaniku ke dokter tatkala suamiku sedang dinas keluar. Indun semakin perhatian padaku dan anak dalam kandunganku. Kami sangat bahagia karena bayi dalam kandunganku berada dalam kondisi sehat.

    Aku selalu mengingatkan Indun untuk tetap fokus pada sekolahnya, dan jangan terlalu memikirkan anaknya. Yang paling tidak bisa dicegah adalah, Indun semakin lama semakin kecanduan lobang pantatku. Lama-lama aku juga merasakan hal yang sama. Seolah-olah lobang pantatku menjadi eksklusif milik Indun, sementara lobang-lobangku yang lain dibagi antara Indun dan suamiku. Sampai sekarang, suamiku tidak pernah tahu kalau pantatku sudah dijebol oleh Indun.
    Lama-lama aku khawatir juga dengan cerita tentang hubungan kelamin lewat pantat dapat menimbulkan berbagai penyakit, termasuk AIDS. Aku akhirnya menyediakan kondom untuk Indun kalau dia minta lobang pantatku. Indun sih oke-oke saja.

    Dia juga khawatir, walaupun dia sangat senang ketika masuk ke lubang pantatku.

    Untung aku dan suamiku juga kadang-kadang memakai kondom, sehingga aku tidak canggung lagi membeli kondom di apotik. Bahkan aku sering mendapat kondom gratis dari kelurahan.

    Mungkin karena masih masa pertumbuhan dan sering kupakai, aku melihat lama kelamaan kontol Indun juga mengalami pembesaran. Kontol yang semakin berpengalaman itu tidak lagi seperti kontol imut pada waktu pertama kali masuk ke tempikku, tapi sudah menjelma menjadi kontol dewasa dan berurat ketika tegang. Aku sadar, kalau aku adalah salah satu sebab dari pertumbuhan instant dari kontol Indun. Kekuatan kontolnya juga semakin luar biasa. Dia tidak lagi gampang keluar, bahkan kalau dipikir-pikir, dia mungkin lebih kuat dari suamiku.

    Karena perutku semakin membesar, aku jadi sering memakai celana legging yang lentur dan baju kaos ketat yang berbahan sangat lentur. Kalau di rumah aku bahkan hanya pakai kaos panjang tanpa bawahan. Orang pasti mengira aku selalu pakai cd, padahal sering aku malas memakainya. Entah karena bawaan ibu hamil atau karena nafsu birahiku yang semakin gila.

    Waktu ibu Indun mau naik haji, aku ikut sibuk dengan ibu-ibu kampung untuk mempersiapkan pengajian haji. Biasalah, kalau mau naik haji pasti hebohnya minta ampun. Aku termasuk dekat dengan ibu Indun. Namanya bu Masuroh, yang biasa dipanggil Bu Ro. Karena keluarga Indun termasuk keluarga yang terpandang di desa kami, maka acara pengajian itu menjadi acara yang besar-besaran. Banyak ibu-ibu yang ikut sibuk di rumah Bu Ro. Kalau aku ke sana aku lebih sering karena ingin ketemu Indun.

    Acara pengajian dan keberadaan Mas Prasojo di rumah membuat kesempatanku bertemu dengan Indun menjadi sangat terbatas. Sudah lama Indun tidak merasakan lobang pantatku. Aku sendiri bingung bagaimana mencari kesempatan untuk ketemu Indun. Walaupun aku sering pergi ke rumahnya dan kadang-kadang juga diantar Indun untuk berbelanja sesuatu untuk keperluan pengajian, tapi tetap saja kami tidak punya kesempatan untuk bercinta. Akhirnya pada saat pengajian besar itu aku mendapatkan ide.

    Sorenya, segera kutelepon Indun menggunakan telepon rumah, karena aku sangat hati-hati memakai hp, apalagi untuk urusan Indun.

    “Assalamu’alaikum, Bu. Ini Bu Sa’adah. Gimana Bu persiapan nanti malam, sudah beres semua?”
    “Oh, Bu Sa’adah. Sudah Bu. Nanti datangnya agak sorean ya, bu. Kalau gak ada Ibu, kita bingung nih,” jawab Bu Ro.
    “Iya, beres, Bu. Saya sama Bu Anjar sudah janjian setelah maghrib langsung kesitu. Indun ada, Bu Ro?”
    “Ada, Bu, sebentar ya,”

    Setelah Indun yang memegang telepon, aku segera bilang: “Ndun, nanti malam kamu pake celana yang bisa dibuka depannya ya,” kataku pelan.

    “Iya, Bu,” jawab Indun agak bingung.
    “Terus kamu pakai kondom kamu…”

    Indun mengangguk lagi, dan telepon segera kututup.

    Malam itu pengajian dilangsungkan dengan besar-besaran. Halaman RW kami yang luas hampir tidak bisa menampung jama’ah yang datang dari seluruh penjuru kota. Bu Ro memang tokoh yang disegani masyarakat. Aku datang bersama ibu-ibu RT. Aku memakai kerudung, dengan baju atasan longgar yang menutup sampai bawah pinggang. Bawahannya aku memakai legging ketat, karena memang lagi biasa dipakai ibu-ibu pada saat ini. Apalagi aku lagi hamil, pasti orang-orang pada maklum akan kondisiku.

    Yang tidak biasa adalah bahwa aku tidak memakai apapun di balik celana leggingku. Sengaja aku tinggalkan cd-ku di rumah, karena aku punya sebuah ide untuk Indun.

    Setelah semua urusan kepanitiaan beres, aku segera bergabung dengan ibu-ibu jama’ah pengajian. Tapi kemudian aku dan beberapa ibu yang lain pindah ke halaman, karena lebih bebas dan bisa berdiri. Hanya saja halaman itu sudah sangat penuh dan berdesak-desakan. Justru aku memilih tempat yang paling ramai oleh pengunjung. Di kejauhan aku melihat Indun dan memberinya kode untuk mengikutiku.

    Indun beranjak menuju ke arahku, sementara aku mengajak Bu Anjar untuk ke sebuah lokasi di bawah pohon di lapangan RW. Lokasi itu agak gelap karena bayangan lampu tertutup rindangnya pohon. Walaupun demikian, banyak anggota jama’ah di situ yang berdiri berdesak-desakan.

    “Kita sini aja, Bu, kalau Ibu mau. Tapi kalau ibu keberatan, silakan Ibu pindah ke sana,” kataku pada Bu Anjar.
    “Gak papa, Bu, di sini lebih bebas. Bisa bolos kalau udah kemaleman, hihihi..” kata Bu Anjar.
    “Iya, ya. Biasanya pengajian ginian bisa sampai jam 12 lho,”

    Kami lalu bercakap-cakap dengan seru sambil mendengarkan pengajian. Ternyata di sebelah Bu Anjar adan Bu Kesti yang juara negrumpi. Kami segera terlibat pembicaraan serius sambil sekali-kali mendengarkan ceramah kalau pas ada cerita-cerita lucu. Kami berdiri agak di barisan tengah, Bu Anjar dan Bu Kesti mendapat tempat duduk di sebelahku.

    “Bu, monggo kalau mau duduk,” tawarnya padaku.
    “Wah, gak usah, Bu. Saya lebih suka berdiri gini aja,” jawabku. Padahal aku sedang menunggu Indun yang sedang berusaha menyibak kerumunan menuju ke arah kami.

    Akhirnya Indun tiba di belakangku. Dua ibu-ibu sebelahku tidak memperhatikan kehadiran Indun, tapi aku melirik anak muda itu dan menyuruhnya berdiri tepat di belakangku. Aku bergeser berdiri sedikit di belakang bangku Bu Anjar dan
    Bu Kesti. Sementara Indun dengan segera berdiri tepat di belakangku.

    Dengan diam-diam aku menempelkan pantatku ke badan Indun. Indun tersenyum dan memajukan badannya. Pantatku yang semlohai segera menempel pada kontol Indun yang sudah tegang di balik celananya.

    Aku berbisik pada Indun, “Buka, Ndun. Udah pakai kondom?”

    Indun mengangguk dan membuka risliting celananya. Segera tersembul batangnya yang sudah mengeras. Segera kusibakkan baju panjangku ke atas dan nampaklah leggingku sudah kuberi lobang di bagian belahan pantat. Indun nampak terkejut, dan sekaligus mengerti maksudku.

    Dengan pelan-pelan diarahkannya batang kerasnya ke lobang pantatku. Dan, slepppp… masuklah batang itu ke lobang favoritnya. Tangan Indun masuk ke dalam baju kurungku sambil mengelus-elus perutku. Batangnya berada di dalam lobangku sambil sesekali dimaju-mundurkan. Kami bercinta di tengah keramaian dengan tanpa ada yang menyadari. Walaupun begitu aku tetap bercakap-cakap dengan dua ibu-ibu tetanggaku, sementara di kanan kiri kami orang-orang sibuk mendengarkan ceramah dengan berdesak-desakan.

    Sekitar satu jam Indun memelukku dalam gelap dari belakang. Tiba-tiba tempikku berkedut-kedut, pengen ikut disodok. Kalau dari belakang berarti aku harus lebih menunduk lagi. Pelan-pelan kutarik keluar kontol Indun dan kulepas kondomnya. Aku kembali mengarahkannya, kali ini ke lubang tempikku. Indun mengerti. Lalu, bless… dengan lancarnya kontol itu masuk ke tempikku dari arah belakang.

    Ohh, enak sekali. Aku mulai tidak konsentrasi terhadap ceramah maupun obrolan dua ibu-ibu itu. Karena hanya sesekali kami bergoyang, maka adegan persetubuhan itu berlangsung cukup lama. Kepalaku sudah mulai berkunang-kunang penuh kenikmatan. Di tengkukku aku merasakan nafas Indun semakin ngos-ngosan.

    Beberapa saat kemudian, aku mengalami orgasme hebat, tanganku gemetar dan langsung memegang sandaran bangku di depanku. Indun juga kemudian memuncratkan maninya dalam tempikku. Kami berdua hampir bersamaan mengalami orgasme itu.
    Setelah agak reda, aku mendorong Indun dan mengeluarkan kontolnya.

    Cepat-cepat Indun memasukkan kembali ke dalam celana, dan kuturunkan baju bagian belakangku. Aku dan ibu-ibu itu memutuskan untuk pulang sebelum acara selesai. Untung saja aku dan Indun sudah selesai. Dengan mengedipkan mata, aku menyuruh Indun untuk meninggalkan lokasi. Akhirnya terpuaskan juga hasrat kami setelah hari-hari yang sibuk yang memisahkan kami.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,